Dalam keadaan fisiologis, insulin
disekresikan sesuai dengan kebutuhan tubuh normal oleh sel beta dalam dua fase,
sehingga sekresinya berbentuk biphasic. Seperti dikemukakan, sekresi
insulin normal yang biphasic ini akan terjadi setelah adanya rangsangan
seperti glukosa yang berasal dari makanan atau minuman. Insulin yang dihasilkan
ini, berfungsi mengatur regulasi glukosa darah agar selalu dalam batas-batas
fisiologis, baik saat puasa maupun setelah mendapat beban. Dengan demikian, kedua
fase sekresi insulin yang berlangsung secara sinkron tersebut, menjaga kadar
glukosa darah selalu dalam batas-batas normal, sebagai cerminan metabolisme
glukosa yang fisiologis.
Sekresi fase 1 (acute insulin secretion
responce = AIR) adalah sekresi insulin yang terjadi segera setelah ada
rangsangan terhadap sel beta, muncul cepat dan berakhir juga cepat. Sekresi
fase 1 (AIR) biasanya mempunyai puncak yang relatif tinggi, karena hal itu
memang diperlukan untuk mengantisipasi kadar glukosa darah yang biasanya
meningkat tajam, segera setelah makan. Kinerja AIR yang cepat dan adekuat ini sangat
penting bagi regulasi glukosa yang normal karena pasa gilirannya berkontribusi
besar dalam pengendalian kadar glukosa darah postprandial. Dengan demikian,
kehadiran AIR yang normal diperlukan untuk mempertahankan berlangsungnya proses
metabolisme glukosa secara fisiologis. AIR yang berlangsung normal, bermanfaat
dalam mencegah terjadinya hiperglikemia akut setelah makan atau lonjakan
glukosa darah postprandial (postprandial spike) dengan segala akibat
yang ditimbulkannya termasuk hiperinsulinemia kompensatif.
Selanjutnya, setelah sekresi fase 1 berakhir,
muncul sekresi fase 2 (sustained phase, latent phase), dimana sekresi
insulin kembali meningkat secara perlahan dan bertahan dalam waktu relatif
lebih lama. Setelah berakhirnya fase 1, tugas pengaturan glukosa darah
selanjutnya diambil alih oleh sekresi fase 2. Sekresi insulin fase 2 yang
berlangsung relatif lebih lama, seberapa tinggi puncaknya (secara kuantitatif)
akan ditentukan oleh seberapa besar kadar glukosa darah di akhir fase 1,
disamping faktor resistensi insulin. Jadi, terjadi semacam mekanisme penyesuaian
dari sekresi fase 2 terhadap kinerja fase 1 sebelumnya. Apabila sekresi fase 1
tidak adekuat, terjadi mekanisme kompensasi dalam bentuk peningkatan sekresi
insulin pada fase 2. Peningkatan produksi insulin tersebut pada hakikatnya
dimaksudkan memenuhi kebutuhan tubuh agar kadar glukosa darah (postprandial)
tetap dalam batas batas normal. Dalam prospektif perjalanan penyakit, fase 2
sekresi insulin akan banyak dipengaruhi oleh fase 1. Pada gambar dibawah ini (
Gb. 2 ) diperlihatkan dinamika sekresi insulin pada keadaan normal, Toleransi
Glukosa Terganggu ( Impaired Glucose Tolerance = IGT ), dan Diabetes Mellitus
Tipe 2.
Biasanya, dengan kinerja fase 1 yang normal,
disertai pula oleh aksi insulin yang juga normal di jaringan ( tanpa resistensi
insulin ), sekresi fase 2 juga akan berlangsung normal. Dengan demikian tidak
dibutuhkan tambahan ( ekstra ) sintesis maupun sekresi insulin pada fase 2
diatas normal untuk dapat mempertahankan keadaan normoglikemia. Ini adalah
keadaan fisiologis yang memang ideal karena tanpa peninggian kadar glukosa
darah yang dapat memberikan dampak glucotoxicity, juga tanpa
hiperinsulinemia dengan berbagai dampak negatifnya.
0 komentar:
Posting Komentar