Menetapkan Konteks
1. Umum
Pada
dasarnya urutan kegiatan dalam proses manajemen risiko ini menggambarkan
beberapa konsep dasar sebagai berikut:
a.
Urutan
tahapan manajemen risiko menggambarkan siklus ‘problem solving’.
b.
Manajemen
risiko bersifat preventif.
c.
Manajemen
risiko sejalan dengan konsep ‘continuous
improvement’.
d.
Manajemen
risiko fokus pada ruang lingkup masalah yang akan dikelola.
2. Konteks
Strategis
Pada tahap ini kegiatan yang
dilakukan diantaranya adalah: mendefinisikan hubungan antara organisasi dan
lingkungan sekitarnya, mengidentifikasi kelebihan, kekurangan, kesempatan dan
rintangan. Konteksnya meliputi bidang keuangan, bidang operasional, pesaing,
bidang politik (persepsi umum), sosial, klien, budaya dan bidang legal dari
fungsi organisasi.
Mengidentifikasi faktor pendukung
internal dan eksternal dan mempertimbangkan tujuan, menjadikannya dalam bentuk
persepsi dan menerbitkan peraturan. Intinya tahapan ini melakukan eksplorasi
terhadap semua faktor yang dapat mendukung dan menghambat jalannya kegiatan
manajemen risiko selanjutnya.
Tahap ini berfokus pada lingkungan
dimana organisasi itu berada. Sebuah organisasi seharusnya mencoba menetapkan
elemen-elemen penting yang mungkin mendukung atau menghambat kemampuan untuk
mengelola risiko yang dihadapi, analisa strategis harus dibuat. Hal ini
seharusnya didukung pada level eksekutif, membuat parameter dasar dan memberikan
bimbingan lebih rinci bagi proses manajemen risiko. Dimana seharusnya ada
hubungan yang erat antara misi organisasi atau tujuan organisasi atau tujuan
strategis dengan pengelolaan dari seluruh risiko yang akan dilakukan.
3. Konteks
Organisasi
Sebelum
studi manajemen risiko dilakukan, merupakan hal penting untuk memahami kondisi
organisasi dan kemampuannya, seperti halnya pemahaman terhadap tujuan, sasaran
dan strategi yang dibuat untuk manajemen risiko.
Merupakan hal
penting memahami alasan-alasan berikut:
a. Manajemen risiko menempati konteks
sebagai tujuan tahap dekat untuk mencapai tujuan organisasi dan strategi
organisasi, karena hasil manajemen risiko barulah tahap awal untuk terciptanya
‘continuous improvement’.
b. Kegagalan pencapaian sebuah objektif
dari organisasi bisa dilihat sebagai salah satu risiko yang harus dikelola.
c. Jelasnya kebijakan dan pengertian
tujuan organisasi akan sangat membantu dalam menentukan kriteria penilaian
terhadap risiko yang ada, apakah dapat
diterima/ tidak, demikian juga dengan penentuan pilihan-pilihan
pengendaliannya.
4.
Konteks Manajemen Risiko
Tujuan,
strategi, ruang lingkup dan parameter dari aktifitas, atau bagian dari
organisasi dimana proses manajemen risiko harus dilaksanakan, dan ditetapkan.
Proses itu sebenarnya dilakukan dengan pemikiran dan pertimbangan yang matang
untuk memenuhi keseimbangan biaya, keuntungan dan kesempatan. Prasyarat sumber
risiko dan pencatatannya dibuat secara spesifik.
Isi dan ruang
lingkup dari aplikasi proses manajemen risiko, meliputi :
a. Identifikasi tujuan dari proyek yang
akan dilakukan (sejalan dengan manajemen perusahaan).
b. Penentuan waktu dan tempat pelaksanaan
proyek.
c. Identifikasi studi yang diperlukan
lengkap dengan ruang lingkupnya, prasyarat, dan objektifitasnya.
d. Menentukan cakupan dan ruang lingkup
dari aktifitas manajemen risiko. Kegiatan yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut:
i. Penentuan wilayah tanggung jawab setiap unit (siapa
yang berwenang).
ii. Hubungan antara proyek yang satu dengan yang lainnya
dalam organisasi tersebut (koordinasinya).
5.
Pengembangan Kriteria Dalam Melakukan
Evaluasi Risiko
Tentukan
kriteria yang diduga akan menghambat evaluasi risiko yang akan dilakukan. Hal
tersebut ditentukan oleh kesesuaian dan perlakuan risiko yang didasari kegiatan
operasional, teknis, dana, hukum, sosial, kemanusiaan atau kriteria lainnya.
Biasanya hal tersebut tergantung dari kebijakan internal, tujuan, objektifitas,
dan kebijakan organisasi perusahaan.
Kriteria
dipengaruhi oleh persepsi internal dan eksternal, serta ketentuan hukum. Sangat
penting untuk menyesuaikan kriteria tersebut dengan lingkungan yang ada.
Kriteria risiko harus dibuat sesuai dengan jenis risiko yang ada dan level
risikonya.
6. Mendefinisikan struktur
Termasuk didalamnya yaitu memisahkan
aktivitas atau proyek kedalam elemen-elemen. Elemen-elemen ini menyediakan
suatu kerangka logis untuk mengidentifikasi dan menganalisis agar dapat disusun
urutan risiko yang signifikan. Struktur yang dipilih tergantung dari risiko dan
ruang lingkup aktivitas/ proyek.
Identifikasi
Risiko
1. Umum
Pada
tahap ini dilakukan identifikasi terhadap risiko yang akan dikelola.
Identifikasi harus dilakukan terhadap semua risiko, baik yang berada didalam
ataupun diluar organisasi.
2. Apa
Yang Dapat Terjadi
Tujuannya
adalah untuk menyusun daftar risiko secara komprehensif dari kejadian-kejadian
yang dapat berdampak pada setiap elemen kegiatan. Perlu juga dilakukan
pencatatan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi risiko yang ada secara rinci
sehingga menggambarkan proses yang terjadi. Pada dasarnya tahap ini memberikan
eksplorasi gambaran permasalahan yang sedang dihadapi. Tahap ini nantinya akan
memberikan besaran konsekuensi yang dapat terjadi. Konsekuensi merupakan salah
satu variabel penting untuk penentuan level risiko nantinya.
3. Bagaimana
Dan Mengapa Itu Terjadi
Pada
tahap ini dilakukan penyusunan skenario proses kejadian yang akan menimbulkan
risiko berdasarkan informasi gambaran hasil eksplorasi masalah diatas. Skenario
menjadi penting untuk memberikan rangkaian ‘cerita’ tentang proses terjadinya
sebuah risiko, termasuk faktor-faktor yang adapat diduga menjadi penyebab
ataupun mempengaruhi timbulnya risiko. Tahap ini akan memberikan rentang
probabilitas yang ada. Sebagaimana konsekuensi, maka probabilitas juga
merupakan variabel penting yang akan menentukan level risiko yang ada.
4. Peralatan
Dan Teknik
Pendekatan
yang digunakan untuk identifikasi risiko diantaranya, checklist, penilaian berdasarkan pengalaman dan pencatatan, flowcharts, brainstorming, analisis sistem, analisis skenario, dan teknik
sistem engineering.
Analisis
Risiko
1. Umum
Tujuan
dari analisis risiko adalah untuk membedakan risiko minor yang dapat diterima
dari risiko mayor, dan untuk menyediakan data untuk membantu evaluasi dan
penanganan risiko. Analisis risiko termasuk pertimbangan dari sumber risiko,
dan konsekuensinya. Faktor yang mempengaruhi konsekuensi dapat teridentifikasi.
Risiko dianalisis dengan mempertimbangkan estimasi konsekuensi dan perhitungan terhadap program
pengendalian yang selama ini sudah dijalankan.
Analis
pendahuluan dapat dibuat untuk mendapatkan gambaran seluruh risiko yang ada.
Kemudian disusun urutan risiko yang ada. Risiko-risiko yang kecil untuk
sementara diabaikan dulu. Prioritas diberikan kepada risiko-risiko yang cukup
signifikan dapat menimbulkan kerugian.
2.
Menetapkan/ Determinasi Pengendalian
Yang Sudah Ada
Identifikasi
manajemen, sistem teknis dan prosedur-prosedur yang sudah ada untuk
pengendalian risiko, kemudian dinilai kelebihan dan kekurangannya. Alat-alat
yang digunakan dinilai kesesuainnya. Pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan
misalnya, seperti inspeksi dan teknik pengendalian dengan penilaian sendiri/ professional judgement (Control Self-Assessment Techniques/ CST).
3. Konsekuensi/ Dampak Dan Kemungkinan
Konsekuensi
dan probabilitas adalah kombinasi/ gabungan untuk memperlihatkan level risiko.
Berbagai metode bisa digunakan untuk menghitung konsekuensi dan probabilitas,
diantaranya dengan menggunakan metode statistik.
Metode
lain yang juga bisa digunakan jika data terdahulu tidak tersedia, dengan
melakukan ekstrapolasi data-data sekunder secara umum dari lembaga-lembaga
internasional maupun industri sejenis. Kemudian dibuat estimasi/ perkiraan
secara subyektif. Metode ini disebut metode penentuan dengan professional judgement. Hasilnya dapat
memberikan gambaran secara umum mengenai level risiko yang ada.
Sumber
informasi yang dapat digunakan untuk menghitung konsekuensi diantaranya adalah:
a. Catatan-catatan terdahulu.
b. Pengalaman kejadian yang relevan.
c. Kebiasaan-kebiasaan yang ada di
industri dan pengalaman-pengalaman pengendaliannya.
d. Literatur-literatur yang beredar dan
relevan.
e. Marketing
test dan penelitian
pasar.
f. Percobaan-percobaan dan prototipe.
g. Model ekonomi, teknik, maupun model
yang lain.
h. Spesialis dan pendapat-pendapat para
pakar.
Sedangkan
teknik-tekniknya adalah:
a.
Wawancara
yang terstruktur dengan para pakar yang terkait.
b.
Menggunakan
berbagai disiplin keilmuan dari para pakar.
c.
Evaluasi
perorangan dengan menggunakan kuesioner.
d.
Menggunakan
sarana komputer dan lainnya.
e.
Menggunakan
pohon kesalahan (fault tree) dan
pohon kejadian (event tree).
0 komentar:
Posting Komentar