Teori belajar Bruner ialah
belajar penemuan atau discovery learning.
Belajar penemuan dari Jerome Bruner adalah model pengajaran yang dikembangkan
berdasarkan prinsip-prinsip konstruktivis. Di dalam discovery learning siswa didorong untuk belajar sendiri secara
mandiri. Siswa terlibat aktif dalam penemuan konsep-konsep dan prinsip-prinsip
melalaui pemecahan masalah atau hasil abstraksi sebagai objek budaya. Guru
mendorong dan memotivasi siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan
kegiatian yang memungkinkan mereka untuk menemukan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip matematika untuk mereka sendiri. Pembelajaran ini dapat
membangkitkan rasa keingintahuan siswa.
Di dalam proses belajar Bruner
mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa dam mengenal dengan baik
adalanya perbedaan kemampuan (Slameto, 2003). Untuk meningkatkan proses belajar
perlu lingkungan yang dinamakan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum
dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui.
Menurut Jerome Bruner (dalam
Ratumanan, 2002: 47), belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir
bersamaan, yakni:
1.
Memperoleh informasi baru. Informasi baru merupakan perluasan dari
informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. Atau informasi tersebut dapat
bersifat sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan informasi sebelumnya yang
dimiliki seseorang.
2.
Transformasi informasi. Transformasi informasi/pengetahuan menyangkut cara
kita memperlakukan pengetahuan. Informasi yang diperoleh, kemudian dianalisis,
diubah atau ditransformasikan ke dalam yang lebih abstrak atau konseptual agar
dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas.
3.
Evaluasi. Evaluasi merupakan proses menguji relevansi dan ketepatan
pengetahuan. Proses ini dilakukan dengan menilai apakah cara kita memperlakukan
pengetahuan tersebut cocok atau sesuai dengan prosedur yang ada. Juga sejauh
manakah pengetahuan tersebut dapat digunakan untuk memahami gejala-gejala
lainnya.
Hampir semua orang dewasa melalui
penggunaan ketiga sistem ketrampilan tersebut untuk menyatakan
kemampuan-kemampuannya secara sempurna. Ketiga sistem keterampilan itu ialah
yang disebut tiga cara penyajian (models
of presentation) oleh Bruner. Bruner (dalam Ratumanan, 2002: 48) membagi
perkembangan kognitif anak menjadi 3 tahap, yaitu:
1. Enakrif (Enactive). Tahap ini
merupakan tahap representasi pengetahuan dalam melakukan tindakan. Pada tahap
ini anak dalam belajarnya menggunakan atau memanipulasi obyek-obyek secara
langsung. Dengan cara ini anak mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa
menggunakan pikiran atau kata-kata.
2. Ikonik (Iconic). Tahap ini
merupakan tahap perangkuman bayangan secara visual. Pada tahap ini anak melihat
dunia melalui gambar-gambar atau visulisasi. Dalam belajarnya, anak tidak
memanipulasi obyek-obyek secara langsung, tetapi sudah dapat memanipulasi
dengan menggunakan gambaran atau obyek. Pengetahuan yang dipelajari anak
disajikan dalam bentuk gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak
mendefinisikan konsep itu sepenuhnya.
3. Simbolik (Symbolic). Tahap ini
merupakan tahap memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak lagi
menggunakan obyek-obyek atau gambaran obyek. Pada tahap ini anak memiliki
gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika.
Lesh (dalam Sinaga, 2007)
memperluas ketiga tahap di atas dengan membagi enaktif menjadi dua sub
kelompok, yaitu real dan manipulatif, sedangkan yang simbolik diklasifikasi
lagi menjadi dua kelompok, yaitu tertulis dan lisan. Ishida (dalam Sinaga,
2007) menggambarkan hubungan tahap-tahap di atas satu sama lain secara ruang
dan mempraktekkannya dalam pembelajaran matematika untuk mengembangkan
pemahaman siswa tentang konsep matematika. Gambar ruang keterkaitan antar
kategori representasi dapat direpresentasikan melalui gambar berikut:

Belajar penemuan sesuai dengan
pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya
memberikan hasil yang paling baik. Siswa hendaknya belajar melalui
berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar
mereka memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen-eksperimen yang
mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.
Menurut Dahar (dalam Ratumanan,
2002: 49), pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan mempunyai
beberapa kebaikan, yakni:
a.
Pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat atau lebih mudah
diingat, bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara
lain.
b.
Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada
hasil belajar lainnya. Dengan perkataan lain, konsep-konsep dan prinsip-prinsip
yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi
baru.
c.
Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan
kemampuan untuk berpikir secara bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih
keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahakan
masalah tanpa pertolongan orang lain.
Berdasarkan hasil-hasil eksperimen dan obsevasi yang dilakukan oleh
Bruner dan Kenney, pada tahun 1963 kedua pakar tersebut mengemukakan 4 prinsip
tentang cara belajar dan mengajar matematika yang masing-masing mereka sebut
sebagai ‘teorema’. Teorema tersebut terdiri dari teorema konstruksi (construction theorem), teorema notasi (notation theorem), teorema kekontrasan
dan variasi (contrast and variation
theorem), dan teorema konektivitas (connectivity
theorem).
0 komentar:
Posting Komentar