Sistem CRM adalah salah
satu teknik konservasi tanah dan air (KTA) yang dilakukan sepanjang tahun
terutama ditujukan untuk mengurangi erosi tanah oleh angin dan air. Sistem CRM
ini termasuk dalam kategori KTA secara agronomi, karena dilakukan sepanjang
tahun. Praktek-praktek KTA lainnya
seperti contouring, terasering, grassed
air, kontur strip rotasi tanaman, cropping strip angin, penghalang angin,
dan lapangan windbreaks (Scherts dan Kemps, 1994). Praktek-praktek tersebut
termasuk dalam kegiatan budidaya. Menurut Gajri dan Prihar (1984) budidaya
adalah proses pengelolaan tanah untuk produksi tanaman yang diterapkan oleh
manusia, hewan, atau mesin untuk mengolah tanah dengan mengubah lingkungan
fisik.
Sistem CRM dimulai
dengan menanam tanaman penghasil, kemudian setelah panen residu tanaman
(residu) penghasil tersebut dibiarkan di atas permukaan tanah. Untuk itu tanah
yang dikelola perlu direncanakan dengan hati-hati untuk menghindari penguburan
residu tanaman secara berlebihan. Persentase luas area residu tanaman yang
menutupi permukaan perlu ditentukan, mengingat mungkin saja sebelumnya telah
ada praktek-praktek konservasi lain yang digunakan untuk mengurangi erosi tanah
(Scherts dan Kemps, 1994).
Sistem CRM
digunakan untuk tujuan mengurangi atau meningkatkan infiltrasi air atau kelembaban
tanah, atau untuk meningkatkan kualitas air. Dengan demikian akan diperoleh
hasil panen yang memberikan keuntungan optimal (Scherts dan Kemps, 1994).
Sistem ini merupakan sistem perencanaan pengelolaan tanah yang mencakup
beberapa cara. Menurut CTIC (1993) seperti dirujuk oleh Scherts dan Kemps (1994) di USA
terdapat beberapa kategorisasi pengolahan tanah.
1. No-till, tanah dibiarkan tak terganggu dari panen kecuali untuk
injeksi gizi pada saat penanaman atau pada slot oleh coulters, pembersih baris,
cakram pembuka, pahat ataupun roto-tillers. Penanaman atau pengeboran dilakukan
di persemaian yang sempit, sementara itu pengendalian
gulma dengan herbisida. Budidaya juga untuk pengendalian gulma darurat.
2. Mulch-till/mulsa, sebelum penanaman tanah dikerjakan
dengan alat seperti pahat, pembudidaya lapangan, coulters,
cakram, penyapu atau bilah. Pengendalian gulma dicapai dengan herbisida dan/atau budidaya.
3. Ridge-till, tanah dibiarkan tak terganggu dari panen kecuali untuk
injeksi gizi pada saat penanaman. Penanaman dilakukan dalam punggungan
persemaian yang telah dipersiapkan sebelumnya dengan menyapu, disc pembuka,
coulters, atau baris pembersih. Residu tanaman yang tersisa terdapat di
permukaan antara punggungan. Pengendalian gulma dicapai dengan herbisida dan/atau budidaya. Selanjutnya punggungan tersebut
dibangun kembali selama budidaya.
4. 15-30% residu tanaman, ditinggalkan setelah
penanaman/budidaya atau setara dengan 560 kg/ha residu tanaman butir kecil
untuk 1.120 kg /ha yang diperoleh selama terjadinya periode kritis erosi karena
angin.
5. < 15% residu tanaman, ditinggalkan setelah
penanaman/budidaya atau kurang dari 560 kg/ha residu
tanaman butir kecil yang diperoleh selama terjadinya periode kritis erosi
karena angin.
0 komentar:
Posting Komentar