Fungi Biokontrol Sebagai Penghasil Enzim-Enzim Hidrolitik Penting Untuk Berbagai Proses Industri Ramah Lingkungan

Proses industri ramah lingkungan adalah proses dengan sesedikit mungkin limbah. Kalaupun ada, idealnya limbah yang dihasilkan dapat dengan mudah terdegradasi (terurai) secara biologis atau alamiah, dan tidak menimbulkan dampak yang membahayakan kehidupan.  Penggunaan biokatalis seperti enzim, merupakan faktor kunci dalam industri ramah lingkungan ini, sebagai pengganti katalis logam. Hal ini disebabkan enzim bersifat spesifik dan selektif, sehingga umumnya tidak menghasilkan senyawa samping.  Karena enzim untuk industri umumnya merupakan protein, maka enzim juga mudah dipisahkan dari produk yang dihasilkan, dan enzim juga mudah didegradasi secara alamiah.  Hal ini berbeda dengan penggunaan katalis logam, yang seringkali menimbulkan masalah industri, yakni menghasilkan senyawa samping dalam proses reaksi, dan masalah penanganan limbah.  Enzim hidrolitik juga dapat digunakan dalam proses-proses industri untuk menggantikan senyawa-senyawa korosif dan berbahaya bagi lingkungan seperti asam kuat HCl, dan Klorin.

            Berbagai fungi biokontrol, terutama dari genus Trichoderma, merupakan penghasil enzim hidrolitik ekstraseluler (disekresi ke luar sel). Enzim atau biokatalisator ini diproduksi Trichoderma bukan hanya untuk proses mikoparasitisme, tetapi juga untuk memperoleh nutrisi dari lingkungan hidupnya. Trichoderma reesei (Hypocrea jecorina) adalah produsen enzim sellulase dan xilanase terkenal, dan enzim-enzim ini telah lama dikomersialisasi oleh perusahaan-perusahaan besar seperti Novozyme dan Genencor International.  Pada tahun 2003 saja, nilai pasar dari selulase di Amerika Serikat adalah US$ 280 juta, hanya untuk industri tekstil, deterjen dan makanan (Cavaco-Paulo dan Gubitz, 2003).  Dalam industri tekstil  misalnya, selulase digunakan untuk membuat hasil cucian atau tekstil menjadi lebih kinclong.  Selulase digunakan antara lain dalam industri jins, untuk membuat jins dengan efek stone wash (seolah dicuci dengan dipukulkan pada batu), atau jins denim lembut (Miettinen-Oinonen & Suominen, 2002).

            Dalam era pengembangan energi alternatif minyak bumi seperti dewasa ini, selulase menjadi enzim yang sangat penting untuk penyediaan bahan baku bioetanol dari limbah pertanian. Enzim ini dinilai begitu penting, sehingga US Department of Energy Office (DOE) menyediakan dana besar untuk riset selulase, untuk menekan biaya produksi selulase, sekaligus merekayasa selulase yang stabil (Potera, 2006). Trichoderma reesei mendapat perhatian khusus, untuk pengembangan enzim ini, ditunjukkan dengan telah disekuensnya seluruh genom dari fungi ini (Druzhinina et al., 2006).

            Selain selulase dan xilanase, berbagai spesies Trichoderma sp. menghasilkan enzim-enzim lain yang tidak kalah pentingnya untuk industri.  Tabel 1 memberikan contoh-contoh enzim ekstrasellular yang dihasilkan oleh berbagai spesies Trichoderma, termasuk spesies Trichoderma biokontrol isolat Riau.

            Beberapa enzim untuk industri yang penting juga dihasilkan oleh Trichoderma dan Gliocladium isolat Riau, yaitu keluarga kitinase (EC 3.2.1.14) dan N-asetilglukosaminidase (NAG) (EC 3.2.1.52) (Nugroho et al., 2003). Kitinase dan NAG digunakan dalam industri bioteknologi untuk memproses kitin menjadi berbagai turunannya (Binod et al., 2007, Nagy et al., 2007).  Kitin adalah polimer karbohidrat yang juga berada dalam kulit udang dan kepiting. Berbagai turunan kitin digunakan dalam produk kesehatan seperti benang untuk pembedahan (Di Martino et al., 2005, Muzzarelli et al., 2005),  produk farmasi untuk kosmetik, suplemen makanan dan penjernihan air (Sashiwa et al., 2003, Muzzarelli et al., 1999).  Penggunaan kitinase untuk produksi turunan kitin merupakan usaha untuk menekan penggunaan asam kuat HCl yang umum digunakan dalam proses produksi turunan kitin konvensional.

            Trichoderma dan Gliocladium isolat Riau juga menghasilkan laminarinase (Silitonga, 2008, Ulina, 2008, Nugroho et al., 2008).  Laminarinase adalah istilah umum untuk kumpulan enzim yang dapat memutus ikatan Beta-1,6-glikosidik (EC 3.2.1.75) dan ikatan Beta-1,3-glikosidik ekso-(EC 3.2.1.58) maupun endo-(EC 3.2.1.6 dan EC 3.2.1.39).  Beberapa aplikasi penting dari laminarinase adalah di bidang farmasi, untuk memodifikasi beberapa karbohidrat jamur yang digunakan sebagai obat antitumor dan penekan imunitas (Ooi dan Liu, 2000; Kimura et al.,2006). Modifikasi ini sering diperlukan untuk menghasilkan obat dengan aktivitas yang lebih baik (Nobe et al., 2003; Nobe et al.,2004). Campuran laminarinase dan kitinase juga digunakan untuk menghasilkan protoplasma berbagai jamur dan khamir untuk proses fusi sel dan rekayasa genetika, dalam rangka penciptaan galur-galur unggul untuk industri fermentasi antibiotik, pelarut organik, bioetanol dan bahan baku obat lainnya (Jung et al., 2000, Bekker et al., 2009).

            Beberapa galur Trichoderma menghasilkan enzim 1,3-glukanase (Sanz et al., 2005) dan amilase (Noguchi et al., 2008). 1,3-glukanase berpotensi untuk digunakan sebagai pasta gigi enzimatik, untuk menghambat pertumbuhan streptocooci penyebab gigi berlubang (Ait-Lahsen et al., 2001; Fuglsang et al., 2000). Noguchi et al. (2008) menggunakan amilase Trichoderma viride JCM22452, untuk modifikasi berbagai senyawa bioaktif flavonoid, yang akan diulas lebih lanjut pada bagian IV makalah ini.

            Trichoderma harzianum T34, suatu galur biokontrol, menghasilkan enzim kutinase (Rubio et al., 2008).  Enzim kutinase adalah enzim yang dapat menghidrolisis ester dari asam lemak, dan trigliserida, seefisien lipase.  Kelebihan kutinase dari  lipase, adalah kutinase tak perlu diaktivasi pada antarmuka lipid-air, sehingga memiliki aplikasi industri, sebagai deterjen.  Karena kegunaan industri sebagai deterjen, Rubio et al. (2008) mengisolasi gen kutinase dari T. harzianum T34 tersebut, dan memasukkannya ke dalam ragi Pichia pastoris, untuk memudahkan produksi kutinase dalam skala industri ekonomis.

Tabel 1.  Beberapa enzim produksi berbagai spesies dan galur Trichoderma sp.dengan kegunaan aplikasi dalam industri

Galur Trichoderma
Enzim-enzim karbolitik
Rujukan
T. reesei (anamorph)/Hypocrea jecorina (teleomorph)
Selulase, Xilanase  & Kitinase
Clayssens et al., 1998, Seidl , 2008, Rauscher et al.,2006.
T. harzianum CECT 2413
Ekso--Glukanase (AGN13.1),
Endo--1,6-Glukanase (BGN16.1)
Ait-Lahsen et al.,2001; De La Cruz and Llobell, 1999
T. harzianum IMI206040
1,3-Glukanase, endokitinase
Vazquez-Garciduenas et al.,1998.
T.harzianum 1073 D3
Xilanase
Isil dan Nulifer, 2005
T.harzianum TUBF 966
Kitinase
Sandya et al., 2004
T. asperellum T.N.J63 (dahulu T. viride TNJ63)
Endokitinase, 1,4-Kitobiosidase, N-acetyl--D-glukosaminidase (NAGase), Selulase, Xilanase, Laminarinase
Nugroho et al., 2003, Devi et al.,2000, Zainal et al., 2007, Silitonga, 2008
T. asperellum T.N.C52 (dahulu T. harzianum TNC52)
Endokitinase, 1,4--Kitobiosidase, N-acetyl--D-glukosaminidase (NAGase), Selulase, Laminarinase
Nugroho et al., 2000, Devi et al., 2001, Silitonga, 2008
T. asperellum T32
-Glukanase (AGN13.2)
Sanz et al.,2005
T. asperellum (galur Brazil)
Ekso-Glukanase
Bara et al., 2003
T. virens G-6
Xilanase
Hanson and Howell, 2004.
T. atroviride (anamorph)/ Hypocrea atroviridis (teleomorph) (former identified as T.harzianum) P1 (ATCC 74058)
Kitinases:  Endokitinase, 1,4--Kitobiosidase, N-acetyl--D-glukosaminidase (NAGase)
 Lorito et al.,1993, Lorito et al., 1998, Seidl et al., 2005.
T.viride
Endoxilanase
Fuchs et al.,1989;
T.viride U-1
-1,3:1,6-glukanase (lam AI), 1,3-glukanase (lam AII), -1,6-glukanase (lam B)
Nobe et al., 2003, Nobe et al., 2004
T. harzianum T34
Kutinase
Rubio et al. 2008


0 komentar:

Posting Komentar

 

Serba Ada Blog Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger