Sebagaimana
yang telah disebutkan, dalam banyak ayat Al Quran Allah memerintahkan manusia
untuk memperhatikan alam dan melihat “tanda-tanda” di dalamnya. Semua makhluk
hidup dan tak hidup di alam semesta diliputi oleh tanda-tanda yang menunjukkan
bahwa mereka semua “diciptakan”, bahwa mereka menunjukkan kekuasaan, ilmu, dan
seni dari “Pencipta” mereka. Manusia bertanggung jawab untuk mengenali
tanda-tanda ini dengan menggunakan akal budinya, untuk memuliakan Allah.
Walau
semua makhluk hidup memiliki tanda-tanda ini, beberapa tanda dirujuk Allah
secara khusus dalam Al Quran. Nyamuk adalah salah satunya. Di surat Al Baqarah ayat 26, nyamuk disebutkan:
“Sesungguhnya, Allah tiada segan membuat
perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang
yang beriman, mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka,
tetapi mereka yang kafir mengatakan, “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk
perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan
dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak
ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.”(Al Bagarah, ayat 26)
Nyamuk sering dianggap sebagai makhluk hidup yang
biasa dan tidak penting. Namun, ternyata nyamuk itu sangat berarti untuk
diteliti dan dipikirkan sebab di dalamnya terdapat tanda kebesaran Allah.
Inilah sebabnya “Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang
lebih rendah dari itu”.
Seekor nyamuk
jantan yang telah cukup dewasa untuk kawin akan menggunakan antenanya—organ
pendengar—untuk menemukan nyamuk betina. Fungsi antena nyamuk jantan berbeda
dengan antena nyamuk betina. Bulu tipis di ujung antenanya sangat peka terhadap
suara yang dipancarkan nyamuk betina. Tepat di sebelah organ seksual nyamuk
jantan, terdapat anggota tubuh yang membantunya mencengkeram nyamuk betina
ketika mereka melakukan perkawinan di udara. Nyamuk jantan terbang berkelompok,
sehingga terlihat seperti awan. Ketika seekor betina memasuki kelompok
tersebut, nyamuk jantan yang berhasil mencengkeram nyamuk betina akan melakukan
perkawinan dengannya selama penerbangan. Perkawinan tidak berlangsung lama dan
nyamuk jantan akan kembali ke kelompoknya setelah perkawinan. Sejak saat itu,
nyamuk betina memerlukan darah untuk perkembangan telurnya.
Pada
umumnya, nyamuk dikenal sebagai pengisap dan pemakan darah. Hal ini ternyata
tidak terlalu tepat, karena yang mengisap darah hanya nyamuk betina. Selain
itu, nyamuk betina tidak membutuhkan darah untuk makan. Baik nyamuk jantan
maupun betina hidup dari nektar bunga. Nyamuk betina mengisap darah hanya
karena ia membutuhkan protein dalam darah untuk membantu telurnya berkembang.
Dengan kata lain, nyamuk betina mengisap darah hanya untuk memelihara
kelangsungan spesiesnya.
Proses perkembangan nyamuk merupakan salah satu
aspek yang paling mengesankan dan mengagumkan. Berikut ini adalah kisah singkat
tentang transformasi makhluk hidup dari seekor larva renik melalui beberapa
tahap menjadi seekor nyamuk:
Telur nyamuk, yang berkembang dengan diberi makan
darah, ditelurkan nyamuk betina di atas daun lembap atau kolam kering selama musim
panas atau musim gugur. Sebelumnya, si induk memeriksa permukaan tanah secara
menyeluruh dengan reseptor halus di bawah perutnya. Setelah menemukan tempat
yang cocok, ia mulai bertelur. Telur-telur tersebut panjangnya kurang dari satu
milimeter, tersusun dalam satu baris, secara berkelompok atau satu-satu.
Beberapa spesies bertelur dalam bentuk tertentu, saling menempel sehingga
menyerupai sampan. Sebagian kelompok telur ini bisa terdiri atas 300 telur.
Telur-telur
berwarna putih yang disusun rapi ini segera menjadi gelap warnanya, lalu
menghitam dalam beberapa jam. Warna hitam ini memberikan perlindungan bagi
larva, agar tak terlihat oleh burung atau serangga lain. Selain telur, warna
kulit sebagian larva juga berubah sesuai dengan lingkungan, sehingga mereka
lebih terlindungi.
Larva berubah warna dengan memanfaatkan faktor-faktor tertentu melalui
berbagai proses kimia rumit. Jelaslah, telur, larva, ataupun induk nyamuk
tersebut tidak mengetahui proses-proses di balik perubahan warna dalam tahap
perkembangan nyamuk. Tidak mungkin ia bisa membuat sistem ini. dengan kemampuan
sendiri. Tidak mungkin pula sistem ini terbentuk secara kebetulan. Nyamuk telah
diciptakan dengan sistem ini sejak mereka pertama kali muncul.
Seusai masa inkubasi,
larva-larva mulai keluar dari telur secara hampir bersamaan. Larva, yang
terus-menerus makan, tumbuh dengan cepat. Kulit mereka segera menjadi sempit,
sehingga mereka tidak bisa tumbuh lebih besar lagi. Ini berarti sudah tiba
saatnya untuk pergantian kulit yang pertama. Pada tahap ini, kulit yang keras
dan rapuh ini mudah pecah. Larva nyamuk berganti kulit dua kali lagi sampai
selesai berkembang.
Metode
makan larva pun menakjubkan. Larva membuat pusaran kecil di dalam air, dengan
menggunakan dua anggota badan yang berbulu dan mirip kipas angin. Pusaran ini
membuat bakteri atau mikroorganisme lainnya mengalir ke mulutnya. Sambil
bergantung terjungkir di dalam air, larva bernapas melalui pipa udara yang
mirip “snorkel” yang digunakan para penyelam. Tubuhnya mengeluarkan cairan
kental yang mencegah masuknya air ke lubang yang digunakannya untuk bernapas.
Singkatnya, makhluk hidup ini dapat bertahan hidup melalui banyak keseimbangan
rumit yang berhubungan timbal-balik dan saling mempengaruhi. Jika tidak memiliki
pipa udara, ia tidak akan mampu bertahan hidup. Jika tidak ada cairan kental,
pipa pernapasannya akan dipenuhi air. Pembentukan dua sistem ini pada dua waktu
yang berbeda akan menyebabkan kematian pada tahap ini. Ini menunjukkan bahwa
keseluruhan sistem nyamuk tersebut itu utuh sejak awal. Dengan
kata lain, ia telah diciptakan.
Larva berganti kulit sekali lagi. Pergantian yang terakhir ini agak berbeda
dengan sebelumnya. Pada tahap ini, larva memasuki tahap pendewasaan terakhir,
yaitu tahap kepompong. Kepompong yang mereka tempati menjadi sangat
sempit. Ini berarti sudah tiba saatnya bagi larva untuk keluar dari kepompong.
Makhluk yang keluar dari kepompong ini sedemikian berbeda, sehingga sulit
dipercaya bahwa kedua wujud ini adalah dua fase perkembangan dari satu makhluk
yang sama. Sebagaimana yang terlihat, proses perubahan ini terlalu rumit dan
sulit untuk dirancang baik oleh larva ataupun nyamuk betina.
Selama tahap terakhir perkembangan ini, larva menghadapi bahaya terputusnya
pernapasan, sebab lubang pernapasannya yang mencapai permukaan air melalui pipa
udara akan tertutup. Sejak tahap ini, pernapasan nyamuk tidak lagi menggunakan
lubang ini, tetapi melalui dua pipa yang baru saja muncul pada bagian depan
tubuhnya. Oleh karena itulah, pipa-pipa ini tersembul di permukaan air sebelum
pergantian kulit. Nyamuk dalam kepompong ini sekarang telah dewasa. Ia siap
terbang, lengkap dengan semua organ dan organelnya, seperti antena, tubuh,
kaki, dada, sayap, perut, dan matanya yang besar.
Kepompong
tersebut tersobek di bagian atas. Bahaya terbesar pada tahap ini adalah
bocornya air ke dalam kepompong. Akan tetapi, bagian atas kepompong yang
tersobek ini ditutupi suatu cairan kental khusus, yang berfungsi melindungi
kepala nyamuk dari sentuhan air. Ini saat yang sangat penting.
Karena ia dapat jatuh ke air dan mati akibat tiupan angin, nyamuk harus
memanjat ke atas air dan hanya kakinya yang boleh menyentuh permukaan air. Ia
berhasil.
Bagaimana nyamuk pertama kali mendapatkan
“kemampuan” bertransformasi seperti ini? Mungkinkah sebuah larva “memutuskan”
untuk berubah menjadi seekor nyamuk setelah berganti kulit tiga kali? Tentu
tidak! Sangatlah jelas bahwa makhluk hidup mungil ini, yang dijadikan
perumpamaan oleh Allah, telah diciptakan sedemikian secara khusus.
Dalam
sistem pernapasannya, larva mengisap udara dengan menggunakan pipa berongga
yang didorong ke atas permukaan air. Sementara itu, larva menggantung
terjungkir di bawah air. Suatu cairan kental mencegah masuknya air ke lubang
yang digunakan larva untuk bernapas.
Gnats
during their pupal stages = Nyamuk dalam tahap kepompong
Ketika nyamuk keluar dari air, kepalanya
tidak boleh menyentuh air sama sekali. Jika tidak bernapas satu saat saja,
napasnya akan terputus. Angin sepoi atau riak kecil pada permukaan air pun
dapat berakibat fatal bagi nyamuk.
Nyamuk dilengkapi dengan penerima panas
yang sangat peka. Mereka mengindra segala sesuatu di sekitar mereka dalam
berbagai warna menurut panasnya, sebagaimana terlihat pada gambar di sebelah
kanan. Karena pengindraannya tidak bergantung pada cahaya, nyamuk sangat mudah
menentukan letak pembuluh darah dalam ruangan yang gelap sekalipun. Penerima
panas pada nyamuk cukup peka untuk mendeteksi perbedaan suhu hingga sekecil
1/1000°C.
Teknik
nyamuk untuk mengisap darah ini bergantung pada sistem kompleks yang mengatur
kerja sama antara berbagai struktur yang sangat terperinci.
Setelah
mendarat pada sasaran, mula-mula nyamuk mendeteksi sebuah titik dengan bibir
pada belalainya. Sengat nyamuk yang mirip alat suntik ini dilindungi bungkus
khusus yang membuka selama proses pengisapan darah.
Tidak
seperti anggapan orang, nyamuk tidak menusuk kulit dengan cara menghunjamkan
belalainya dengan tekanan. Di sini, tugas utama dilakukan oleh rahang atas yang
setajam pisau dan rahang bawah yang memiliki gigi yang membengkok ke belakang.
Nyamuk menggerakkan rahang bawah maju-mundur seperti gergaji dan mengiris kulit
dengan bantuan rahang atas. Ketika sengat diselipkan melalui irisan pada kulit
ini dan mencapai pembuluh darah, proses pengeboran berakhir. Sekarang waktunya nyamuk mengisap darah.
Namun, sebagaimana kita ketahui, luka seringan apa
pun pada pembuluh darah akan menyebabkan tubuh manusia mengeluarkan enzim yang
membekukan darah dan menghentikan kebocoran. Enzim ini tentunya menjadi masalah
bagi nyamuk, sebab tubuh manusia juga akan segera bereaksi membekukan darah
pada lubang yang dibuat nyamuk dan menutup luka tersebut. Artinya, nyamuk tidak
akan bisa mengisap darah lagi.
Akan
tetapi, masalah ini dapat diatasi. Sebelum mulai mengisap darah, ia
menyuntikkan cairan khusus dari tubuhnya ke dalam irisan yang telah terbuka. Cairan ini menetralkan enzim pembeku darah. Maka, nyamuk dapat mengisap
darah yang ia butuhkan tanpa terjadi pembekuan darah. Rasa gatal dan bengkak
pada titik yang digigit nyamuk diakibatkan oleh cairan pencegah pembekuan darah
ini.
Ini tentulah sebuah proses yang luar biasa dan memunculkan
pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Bagaimana nyamuk tahu dalam tubuh manusia ada enzim pembeku?
2. Untuk memproduksi cairan penetral enzim tersebut,
nyamuk perlu mengetahui struktur kimianya. Bagaimana ini bisa terjadi?
3.
Andaipun entah bagaimana nyamuk mendapatkan pengetahuan itu (!), bagaimana ia
memproduksi cairan tersebut dalam tubuhnya sendiri dan membuat “rantai teknis”
yang dibutuhkan untuk mentransfer cairan tersebut ke belalainya?
Jawaban
semua pertanyaan ini telah jelas: tidak mungkin nyamuk bisa melakukan semua hal
di atas. Ia tidak pula memiliki akal, ilmu kimia, ataupun lingkungan
“laboratorium” yang diperlukan untuk memproduksi cairan tersebut. Yang kita
bicarakan adalah seekor nyamuk yang hanya beberapa milimeter panjangnya, tanpa
akal ataupun kecerdasan, itu saja!
Jelaslah
bahwa Allah, Tuhan dari langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di
dalamnya, telah menciptakan nyamuk dan manusia, dan memberikan
kemampuan-kemampuan luar biasa dan menakjubkan tersebut kepada nyamuk.
“Segala sesuatu yang ada di langit dan bumi
bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Mahabesar, Maha Bijaksana. Kekuasaan dari
langit dan bumi adalah miliknya. Ia memberikan hidup dan menjadikan mati. Ia
memiliki kekuasaan atas segala sesuatu.” (QS. Al Hadid: 1-2)
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah,
“Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di
tempat-tempat yang dibikin manusia,” kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam)
buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari
perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya
terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
memikirkan.” (QS. An-Nahl: 68-69)
Hampir semua orang tahu bahwa madu adalah sumber makanan penting bagi tubuh
manusia, tetapi sedikit sekali manusia yang menyadari sifat-sifat luar biasa
dari penghasilnya, yaitu lebah madu.
Sebagaimana kita ketahui, sumber makanan lebah adalah nektar, yang tidak
dijumpai pada musim dingin. Oleh karena itulah, lebah mencampur nektar yang
mereka kumpulkan pada musim panas dengan cairan khusus yang dikeluarkan tubuh
mereka. Campuran ini menghasilkan zat bergizi yang baru—yaitu madu—dan
menyimpannya untuk musim dingin mendatang.
Sungguh menarik untuk dicermati bahwa lebah menyimpan madu jauh lebih
banyak dari yang sebenarnya mereka butuhkan. Pertanyaan pertama yang muncul
pada benak kita adalah: mengapa lebah tidak menghentikan produksi berlebih ini,
yang tampaknya hanya membuang-buang waktu dan energi? Jawaban untuk pertanyaan
ini tersembunyi dalam kata “wahyu” yang telah diberikan kepada lebah, seperti
disebutkan dalam ayat tadi.
Lebah memproduksi madu bukan untuk diri mereka sendiri, melainkan juga
untuk manusia. Sebagaimana makhluk lain di alam, lebah juga mengabdikan diri
untuk melayani manusia; sama seperti ayam yang bertelur setidaknya sebutir
setiap hari kendatipun tidak membutuhkannya dan sapi yang memproduksi susu jauh
melebihi kebutuhan anak-anaknya.
Kehidupan
lebah di sarang dan produksi madunya sangatlah menakjubkan. Tanpa membahas
terlalu terperinci, marilah kita amati ciri-ciri utama “kehidupan sosial”
lebah. Lebah harus melaksanakan banyak “tugas” dan mereka mengatur semua ini
dengan organisasi yang luar biasa.
Pengaturan kelembapan dan ventilasi:
Kelembapan sarang, yang membuat madu memiliki kualitas perlindungan tinggi,
harus dijaga pada batas-batas tertentu. Pada kelembapan di atas atau di bawah
batas ini, madu akan rusak serta kehilangan kualitas perlindungan dan gizinya.
Begitu juga, suhu sarang harus 35°C
selama sepuluh bulan pada tahun tersebut. Untuk menjaga suhu dan kelembapan
sarang ini pada batas tertentu, ada kelompok khusus yang bertugas menjaga
ventilasi.
Jika hari
panas, terlihat lebah sedang mengatur ventilasi sarang. Jalan masuk sarang
dipenuhi lebah. Sambil menempel pada struktur
kayu, mereka mengipasi sarang dengan sayap. Dalam sarang standar, udara yang
masuk dari satu sisi terdorong keluar pada sisi yang lain. Lebah ventilator
yang lain bekerja di dalam sarang, mendorong udara ke semua sudut sarang.
Sistem ventilasi ini juga bermanfaat melindungi sarang
dari asap dan pencemaran udara.
Sistem kesehatan: Upaya lebah untuk menjaga kualitas madu tidak terbatas hanya pada
pengaturan kelembapan dan panas. Di dalam sarang terdapat sistem pemeliharaan
kesehatan yang sempurna untuk mengendalikan segala peristiwa yang mungkin
menimbulkan bakteri. Tujuan utama sistem ini adalah menghilangkan zat-zat yang
mungkin menimbulkan bakteri. Prinsipnya adalah mencegah zat-zat asing memasuki
sarang. Untuk itu, dua penjaga selalu ditempatkan pada pintu
sarang. Jika suatu zat asing atau serangga memasuki sarang walau sudah ada
tindakan pencegahan ini, semua lebah bereaksi untuk mengusirnya dari sarang.
Untuk benda asing yang lebih besar yang tidak dapat dibuang dari sarang,
digunakan mekanisme pertahanan lain. Lebah membalsam benda asing tersebut. Mereka
memproduksi suatu zat yang disebut “propolis” (resin lebah) untuk pembalsaman.
Resin lebah ini diproduksi dengan cara menambahkan cairan khusus yang mereka
keluarkan dari tubuh kepada resin yang dikumpulkan dari pohon-pohon seperti
pinus, hawwar, dan akasia. Resin lebah juga digunakan
untuk menambal keretakan pada sarang. Setelah ditambalkan pada retakan, resin
tersebut mengering ketika bereaksi dengan udara dan membentuk permukaan yang
keras. Dengan demikian, sarang dapat bertahan dari ancaman luar. Lebah
menggunakan zat ini hampir dalam semua pekerjaan mereka.
Sampai di sini, berbagai pertanyaan muncul dalam pikiran. Propolis mencegah
bakteri apa pun hidup di dalamnya. Ini membuat propolis ideal untuk
pembalsaman. Bagaimana lebah mengetahui bahwa zat tersebut ideal? Bagaimana
lebah memproduksi suatu zat, yang hanya bisa diproduksi manusia dalam
laboratorium dan menggunakan teknologi, dengan pemahaman ilmu kimia? Bagaimana
mereka mengetahui bahwa serangga yang mati dapat menimbulkan tumbuhnya bakteri
dan bahwa pembalsaman akan mencegah hal ini?
Sudah jelas lebah tidak memiliki pengetahuan apa pun tentang ini, apalagi
laboratorium. Lebah hanyalah seekor serangga yang panjangnya 1-2 cm dan ia
melakukan ini semua dengan apa yang telah diilhamkan Tuhannya.
Sarang yang dibangun
lebah dapat menampung 80 ribu lebah yang hidup dan bekerja bersama-sama, dengan
menggunakan sedikit bagian dari lilin lebah.
Sarang tersebut
tersusun atas sarang madu berdinding lilin lebah, dengan ratusan sel-sel kecil
pada kedua permukaannya. Semua sel sarang madu berukuran sama persis. Keajaiban
teknik ini dicapai melalui kerja kolektif ribuan lebah. Lebah menggunakan
sel-sel ini untuk menyimpan makanan dan memelihara lebah muda.
Selama jutaan
tahun, lebah telah menggunakan struktur segi enam untuk membangun sarangnya.
(Sebuah fosil lebah yang berusia 100 juta tahun telah ditemukan). Sungguh
menakjubkan bahwa mereka memilih struktur segi enam, bukan segi delapan atau
segi lima . Ahli
matematika memberikan alasannya: “struktur segi enam adalah bentuk geometris
yang paling cocok untuk memanfaatkan setiap area unit secara maksimum”. Jika
sel-sel sarang madu dibangun dengan bentuk lain, akan terdapat area yang tidak
terpakai, sehingga lebih sedikit madu yang bisa disimpan dan lebih sedikit
lebah yang mendapatkan manfaatnya.
Pada kedalaman
yang sama, bentuk sel segi tiga atau segi empat dapat menampung jumlah madu
yang sama dengan sel segi enam. Akan tetapi, dari semua bentuk geometris
tersebut, segi enam memiliki keliling yang paling pendek. Kendatipun memiliki
volume yang sama, jumlah lilin yang diperlukan untuk membangun sel segi enam
lebih sedikit daripada untuk membangun sel segi tiga atau segi empat.
Kesimpulannya:
sel berbentuk segi enam memerlukan jumlah lilin paling sedikit dalam
pembangunannya, dan menyimpan madu paling banyak. Lebah tentu tidak akan mampu
menghitung ini, yang hanya dapat dilakukan manusia dengan perhitungan geometris
yang rumit. Hewan kecil ini menggunakan bentuk segi enam secara fitrah, hanya
karena mereka diajari atau “diilhami” oleh Tuhan mereka.
Desain sel segi enam ini sangat praktis dalam banyak hal. Sel-sel tersebut
pas saat disusun dan menggunakan satu dinding bersama-sama. Sekali lagi, hal
ini menjamin penyimpanan maksimal dengan lilin minimal. Kendatipun agak tipis,
dinding sel ini cukup kuat untuk menahan berat beberapa kali lebih besar dari
beratnya sendiri.
Selain pada dinding sisi sel, lebah juga menggunakan prinsip penghematan
maksimal ini ketika membangun ujung-ujung bagian bawah.
Sarang dibuat seperti sebuah potongan pipih dengan dua baris sel yang
saling membelakangi. Dalam hal ini, terjadi masalah pada titik pertemuan dua
sel. Masalah ini diselesaikan dengan cara membangun permukaan bawah sel dengan
menggabungkan tiga bujur sangkar. Ketika tiga sel dibangun pada satu sisi
sarang, permukaan bawah sel pada sisi lain pun otomatis terbentuk.
Karena permukaan bawah tersusun dari plat-plat lilin bujur sangkar, bagian
bawah sel-sel yang dibuat dengan cara ini jadi bertambah dalam. Ini berarti
volume sel bertambah, dan berarti bertambah pula jumlah madu yang dapat
disimpan.
Satu
hal lain yang dipertimbangkan ketika membangun sarang madu adalah kemiringan
sel. Dengan menaikkan kemiringan sel 13° pada kedua sisinya,
lebah mencegah sel berposisi sejajar dengan tanah. Dengan
demikian, madu tidak akan bocor dari mulut sel.
Selagi bekerja, lebah madu saling bergelantungan membentuk lingkaran dan
bergerombol. Dengan melakukan hal ini, mereka menghasilkan suhu yang dibutuhkan
untuk produksi lilin. Kantung kecil dalam perut mereka memproduksi cairan
transparan, yang mengalir keluar dan mengeraskan lapisan lilin tipis. Lebah
mengumpulkan lilin dengan menggunakan kait kecil pada kakinya. Mereka
memasukkan lilin ini ke dalam mulut, lalu mengunyah serta memprosesnya sampai
lilin tersebut cukup lunak, dan membentuknya dalam sel. Sejumlah lebah bekerja
bersama untuk menjaga suhu yang dibutuhkan tempat kerja mereka, agar lilin
tersebut tetap lunak dan mudah dibentuk.
Ada satu hal lagi yang menarik untuk diketahui: pembangunan sarang madu
dimulai dari bagian atas sarang dan berlanjut ke bawah secara bersamaan pada
dua atau tiga baris yang terpisah. Sementara potongan sarang madu berkembang ke
arah yang berbeda, pertama-tama bagian bawah dari dua baris tersebut menyatu.
Proses ini dilaksanakan dengan selaras dan tertata secara menakjubkan. Oleh
karena itu, sulit dimengerti bahwa sarang madu sebenarnya terdiri atas tiga
bagian terpisah. Potongan-potongan sarang madu, yang pembangunannya dimulai
dari arah yang berbeda-beda, diatur begitu sempurna, sehingga kendatipun
terdapat ratusan sudut berbeda dalam strukturnya, sarang tetap tampak seperti
satu sarang yang seragam.
Untuk pembangunan tersebut, lebah harus terlebih dahulu memperhitungkan
jarak antara titik awal dan titik sambungan. Lalu,
mereka mendesain dimensi sel tersebut sesuai dengan ini. Bagaimana perhitungan
yang demikian rumit dapat dilakukan oleh ribuan lebah? Hal ini senantiasa
menakjubkan para ilmuwan.
Sungguh sangat tidak rasional bila kita mengira bahwa lebah telah
menyelesaikan tugas ini, yang hampir tak mampu dilakukan manusia sendiri. Hal
ini melibatkan organisasi yang sedemikian rumit dan terperinci, mustahil mereka
bisa melakukannya sendiri.
Jadi, bagaimana mereka mewujudkannya? Seorang evolusionis akan menerangkan
bahwa peristiwa ini dicapai melalui “naluri”. Akan tetapi, “naluri” apa yang
dapat mempengaruhi ribuan lebah secara bersamaan dan membuat mereka melakukan
suatu kerja kolektif? Andaipun setiap lebah bertindak berdasarkan “naluri”
masing-masing, ini belum cukup. Yang mereka kerjakan harus bersesuaian dengan
naluri lebah-lebah lain untuk dapat mencapai hasil menakjubkan ini. Oleh karena
itu, pastilah mereka diarahkan oleh sebuah “naluri” yang berasal dari satu
sumber yang unik. Menimbang bahwa lebah mulai membangun sarang dari sudut yang
berbeda-beda, lalu menggabungkan pekerjaan mereka tanpa meninggalkan satu celah
pun, dan membangun semua sel dengan ukuran sama dalam struktur segi enam
sempurna, sudah pasti bahwa lebah menerima pesan naluriah ini dari sumber yang
sama persis!
Istilah “naluri” yang digunakan di atas “hanyalah sebuah nama” sebagaimana
disebutkan dalam Al Quran, surat Yusuf ayat 40. Tidak ada gunanya berkeras
menggunakan “sekadar nama” untuk menyembunyikan kebenaran yang sudah sangat jelas.
Lebah diberi petunjuk oleh sebuah sumber unik dan karenanya mereka berhasil
melaksanakan pekerjaan mereka—yang tanpa petunjuk ini tak akan mampu mereka
lakukan. Bukan naluri—sebuah istilah tanpa arti—yang menunjuki lebah, melainkan
“wahyu” yang disebutkan dalam Surat an-Nahl. Binatang mungil ini melaksanakan
program yang telah ditetapkan Allah bagi mereka secara khusus.
Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang yang
melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)
untuk kaum yang meyakini. (QS- Al
Jatsiyah: 4)
Cara Menentukan Arah
Lebah
biasanya harus terbang menempuh jarak jauh dan menjajagi wilayah luas untuk
menemukan makanan. Mereka mengumpulkan serbuk sari bunga dan bahan pembuat madu
dalam jarak 800 m dari sarang. Seekor lebah, yang telah menemukan bunga,
terbang kembali ke sarangnya untuk memberi tahu lebah lain tentang tempat bunga
tersebut. Bagaimana lebah ini menjelaskan lokasi bunga kepada lebah lain di
sarang?
Dengan menari! Lebah yang kembali ke sarangnya mulai menari. Tarian ini
adalah sarana ekspresi, yang mereka gunakan untuk memberi tahu lebah lain
tentang lokasi bunga. Tarian yang diulang-ulang lebah tersebut mengandung semua
informasi tentang sudut, arah, jarak, dan informasi perincian lain tentang
sumber makanan, sehingga lebah lain dapat mencapai tempat itu.
Tarian ini berbentuk angka “8” yang diulang terus-menerus oleh lebah
tersebut (lihat gambar di atas). Lebah tersebut membentuk bagian tengah angka
“8” dengan mengibas-ngibaskan ekor dan bergerak zig-zag. Sudut antara gerakan
zig-zag dan garis matahari-sarang menunjukkan arah sumber makanan dengan tepat
(lihat gambar di atas).
Akan tetapi, sekadar mengetahui arah sumber makanan tidaklah cukup. Lebah
pekerja juga harus “mengetahui” seberapa jauh mereka harus menempuh perjalanan
mengumpulkan bahan pembuat madu. Jadi, lebah dari sumber bunga tersebut
memberitahukan jarak serbuk bunga dengan gerakan tubuh tertentu, yakni dengan
menggoyangkan bagian bawah tubuhnya dan menimbulkan aliran udara. Misalnya,
untuk “menjelaskan” jarak 250 m, ia mengibaskan bagian bawah tubuhnya lima kali
dalam setengah menit. Dengan demikian, lokasi pasti sumber makanan tersebut
dapat dijelaskan dengan terperinci, baik tentang jarak maupun arahnya.
Ada masalah baru bagi lebah yang memerlukan waktu lama untuk terbang ke
sumber makanan. Saat lebah—yang hanya mampu menjelaskan sumber makanan
berdasarkan arah matahari—kembali ke sarangnya, matahari bergeser 1° setiap
4 menit. Akhirnya, lebah akan melakukan kesalahan 1° setiap
4 menit perjalanannya, yang ia beri tahukan pada lebah-lebah lain.
Anehnya, lebah ini tidak menghadapi persoalan tersebut! Mata lebah terdiri
atas ratusan mata segi enam kecil. Setiap lensa berfokus pada satu wilayah
sempit, persis seperti teleskop. Lebah yang melihat ke arah matahari pada waktu
tertentu di siang hari akan selalu dapat menentukan lokasinya saat terbang.
Lebah melakukan perhitungan ini dengan memanfaatkan perubahan cahaya matahari
berdasarkan waktu. Akibatnya, lebah menentukan arah lokasi sasaran tanpa salah,
dengan melakukan koreksi dalam informasi yang ia berikan di dalam sarang ketika
matahari bergerak maju.
Lebah madu dapat mengetahui kalau bunga yang ia temui telah didatangi dan
diambil nektarnya lebih dahulu oleh lebah lain, dan ia segera meninggalkannya. Dengan demikian, ia menghemat waktu dan tenaga. Lalu, bagaimana seekor
lebah mengetahui, tanpa memeriksa, bahwa nektar bunga tersebut telah diambil?
Ini terjadi karena lebah yang mendatangi bunga terlebih dahulu menandainya
dengan tetesan berbau khas. Begitu seekor lebah baru mengunjungi bunga yang
sama, ia mencium bau tersebut dan mengetahui bahwa bunga tersebut sudah tidak
berguna dan karenanya langsung pergi ke bunga yang lain. Dengan demikian, lebah
tidak membuang waktu pada bunga yang sama.
Keajaiban Madu
Tahukah Anda, betapa madu merupakan sumber makanan
penting yang disediakan Allah untuk manusia melalui serangga kecil ini?
Madu tersusun atas beberapa senyawa gula seperti
glukosa dan fruktosa serta sejumlah mineral seperti magnesium, kalium, kalsium,
natrium, klor, belerang, besi, dan fosfat. Madu juga mengandung vitamin B1, B2,
C, B6 dan B3 yang komposisinya berubah-ubah sesuai dengan kualitas nektar dan
serbuk sari. Di samping itu, dalam madu terdapat pula sejumlah kecil tembaga,
yodium, dan seng, serta beberapa jenis hormon.
Sebagaimana firman Allah dalam Al Quran, madu adalah
“obat bagi manusia”. Fakta ilmiah ini telah dibenarkan oleh para ilmuwan yang
bertemu pada Konferensi Apikultur Sedunia (World
Apiculture Conference) yang diselenggarakan pada tanggal 20-26 September
1993 di Cina. Konferensi tersebut membahas pengobatan dengan menggunakan ramuan
yang berasal dari madu. Para ilmuwan Amerika mengatakan bahwa madu, royal
jelly, serbuk sari, dan propolis dapat mengobati berbagai penyakit. Seorang
dokter Rumania mengatakan bahwa ia mengujikan madu untuk pengobatan pasien
katarak, dan 2002 dari 2094 pasiennya sembuh total. Para dokter Polandia juga
menyatakan dalam konferensi tersebut bahwa resin lebah dapat membantu
penyembuhan banyak penyakit seperti wasir, masalah kulit, penyakit ginekologis,
dan berbagai penyakit lainnya.
Dewasa
ini, apikultur dan produk lebah telah membuka cabang penelitian baru di
negara-negara yang sudah maju dalam hal ilmu pengetahuan. Manfaat madu lainnya
dapat dijelaskan di bawah ini:
Mudah
dicerna: Karena molekul gula pada madu dapat berubah menjadi gula lain
(misalnya fruktosa menjadi glukosa), madu mudah dicerna oleh perut yang paling
sensitif sekalipun, walau memiliki kandungan asam yang tinggi. Madu membantu
ginjal dan usus untuk berfungsi lebih baik.
Rendah
kalori: Kualitas madu lain adalah, jika dibandingkan dengan jumlah gula yang
sama, kandungan kalori madu 40% lebih rendah. Walau memberi energi yang besar,
madu tidak menambah berat badan.
Berdifusi lebih cepat melalui darah: Jika dicampur
dengan air hangat, madu dapat berdifusi ke dalam darah dalam waktu tujuh menit.
Molekul gula bebasnya membuat otak berfungsi lebih baik karena otak merupakan
pengonsumsi gula terbesar.
Membantu
pembentukan darah: Madu menyediakan banyak energi yang dibutuhkan tubuh untuk
pembentukan darah. Lebih jauh lagi, ia membantu pembersihan darah. Madu berpengaruh positif dalam mengatur dan membantu peredaran darah. Madu
juga berfungsi sebagai pelindung terhadap masalah pembuluh kapiler dan
arteriosklerosis.
Membunuh bakteri: Sifat madu yang membunuh bakteri
disebut “efek inhibisi”. Penelitian tentang madu menunjukkan bahwa sifat ini
meningkat dua kali lipat bila diencerkan dengan air. Sungguh menarik bahwa
lebah yang baru lahir dalam koloni diberi makan madu encer oleh lebah-lebah
yang bertanggung jawab merawat mereka—seolah mereka tahu kemampuan madu ini.
Royal jelly: Royal jelly adalah zat yang diproduksi
lebah pekerja di dalam sarang. Zat bergizi tinggi ini mengandung gula, protein,
lemak, dan berbagai vitamin. Royal jelly digunakan untuk menanggulangi
masalah-masalah yang disebabkan kekurangan jaringan atau kelemahan tubuh.
Jelaslah
bahwa madu, yang diproduksi jauh melebihi jumlah kebutuhan lebah, dibuat untuk
kepentingan manusia. Dan telah jelas pula bahwa lebah tidak dapat melakukan
tugas-tugas yang sedemikian sulit “dengan sendirinya”.
“Dari perut lebah itu keluar minuman
(madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan
bagi manusia.” (QS. An-Nahl: 68-69)
Dan Dia menundukkan
untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai
rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir. (QS. Al Jatsiyah, 45: 13)
“Maka apakah
mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan?…”
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan
unta, bagaimana dia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan
gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan?
Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi
peringatan.” (QS. Al Ghasiyah: 17-21)
Tidak diragukan
lagi bahwa semua makhluk, dengan kemampuan mereka, menunjukkan kekuasaan dan
pengetahuan tak terbatas dari Pencipta mereka. Allah mengungkapkan hal ini
dalam berbagai ayat Al Quran, mengisyaratkan bahwa segala sesuatu yang Sia
ciptakan sebenarnya adalah sebuah tanda, yaitu lambang dan peringatan.
Dalam surat Al-Ghasiyah ayat
ke-17, Allah merujuk kepada hewan yang akan kita pelajari dan pikirkan dengan
saksama, yaitu unta.
Pada bagian ini,
kita akan mempelajari makhluk hidup yang ditunjukkan Allah dalam ungkapan Al
Quran, “Tidakkah mereka memperhatikan unta; bagaimana mereka diciptakan?”
Yang menjadikan unta “makhluk hidup istimewa” adalah
struktur tubuhnya, yang tidak terpengaruh oleh kondisi alam paling keras
sekalipun. Tubuhnya memiliki beberapa keistimewaan, yang memungkinkan unta
bertahan hidup berhari-hari tanpa air dan makanan, dan mampu mengangkut beban
ratusan kilogram selama berhari-hari.
Ciri-ciri unta, yang akan kita pelajari secara
terperinci pada halaman-halaman berikut, membuktikan bahwa hewan ini diciptakan
khusus untuk kondisi iklim kering, dan bahwa ia disediakan untuk melayani
manusia. Ini adalah tanda-tanda penciptaan yang nyata bagi orang-orang yang
berakal.
“Sesungguhnya
pada pertukaran malam dan siang itu dan pada yang diciptakan Allah di langit
dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang
yang bertakwa.” (QS.Yunus: 6).
Bulu mata memiliki sistem pengaitan.
Dalam keadaan bahaya, bulu ini secara otomatis menutup. Bulu mata yang saling
berkait ini mencegah masuknya partikel debu ke mata.
Hidung dan telinga ditutupi oleh bulu
panjang agar terlindungi dari debu dan pasir.
Lehernya yang panjang memungkinkan hewan
ini mencapai dan memakan dedaunan yang berada 3 m di atas tanah.
Kakinya memiliki dua jari kaki yang
dihubungkan dengan bantalan elastis. Struktur ini, yang memungkinkan unta
mencengkeram tanah dengan erat, terdiri dari empat bola berlemak. Ini sangat
cocok untuk berbagai jenis kondisi tanah.
Kuku melindungi kaki dari kemungkinan rusak
akibat benturan.
Lututnya tertutup kapalan, yang
terbentuk dari kulit sekeras dan setebal tanduk. Ketika hewan ini berbaring di
pasir yang panas, struktur berkapalan ini melindunginya dari luka akibat
permukaan tanah yang sangat panas.
Punuk unta, yang berupa gundukan lemak,
menyediakan sari makanan bagi hewan ini secara berkala ketika ia mengalami
kesulitan makanan dan kelaparan. Dengan sistem ini, unta dapat hidup hingga
tiga pekan tanpa air. Selama masa ini, unta kehilangan 33% berat badannya.
Dalam kondisi yang sama, seorang manusia akan kehilangan 8% berat badannya dan
meninggal dalam waktu 36 jam, dan kehilangan seluruh air dari tubuhnya.
Bulu tebal ini terdiri atas rambut yang
tebal dan kusut, yang tidak hanya melindungi tubuhnya dari kondisi cuaca dingin
maupun panas, tetapi juga mengurangi kehilangan air dari tubuh. Unta Dromedari
dapat memperlambat penguapan air dengan meningkatkan suhu tubuhnya sampai 41°C. Dengan cara
ini, ia mencegah kehilangan air.
Dengan bulu tebalnya, unta dapat
bertahan hidup dengan suhu hingga 50°C di musim panas dan hingga -50°C di musim dingin.
Unta Dromedari dapat bertahan pada suhu
-52°C, di
wilayah-wilayah paling tinggi di Asia Tengah.
Unta dapat bertahan hidup tanpa makanan dan air
selama delapan hari pada suhu 50°C. Pada masa ini, ia
kehilangan 22% dari keseluruhan berat badannya. Sementara manusia akan sekarat
jika kehilangan air setara dengan 12% berat badan, seekor unta kurus dapat
bertahan hidup kendatipun kehilangan air setara dengan 40% keseluruhan berat
badan. Penyebab lain kemampuannya bertahan terhadap haus adalah adanya
mekanisme yang memungkinkan unta meningkatkan suhu tubuh-dalamnya hingga 41°C. Dengan demikian, ia mampu meminimalkan
kehilangan air dalam iklim panas yang ekstrem di gurun pasir pada siang hari.
Unta juga mampu mengurangi suhu tubuh-dalamnya hingga 30°C pada malam yang dingin di padang pasir.
Unta mampu mengonsumsi air hingga 30 liter, yaitu
sekitar sepertiga dari berat badannya, dalam waktu kurang dari 10 menit. Di
samping itu, unta memiliki struktur selaput lendir dalam hidungnya yang seratus
kali lebih besar dari yang ada pada manusia. Dengan selaput lendir hidungnya
yang besar dan melengkung, unta mampu menyerap 66% kelembapan yang ada di
udara.
Sebagian besar binatang mati keracunan ketika urea
yang tertimbun dalam ginjal berdifusi ke dalam darah. Akan tetapi, unta
menggunakan air dan makanan secara maksimal dengan melewatkan urea ini
berkali-kali melalui hati. Struktur darah dan sel unta dikhususkan untuk
membuat hewan ini hidup lama tanpa air dalam kondisi padang pasir.
Dinding sel hewan ini memiliki struktur khusus yang
mampu mencegah kehilangan air secara berlebihan. Di samping itu, komposisi
darah mencegah terjadinya pelambatan peredaran darah, bahkan ketika jumlah air
di dalam tubuh unta berkurang hingga batas minimum. Selain itu, dalam darah
unta terdapat lebih banyak enzim albumin, yang memperkuat ketahanan terhadap
haus, dibandingkan dalam darah makhluk hidup lain.
Punuk adalah pendukung lain bagi unta. Seperlima
dari seluruh berat badan unta tersimpan dalam bentuk lemak pada punuknya.
Penyimpanan lemak tubuh hanya pada satu bagian tubuh mencegah pengeluaran air
dari seluruh tubuhnya—yang berkaitan dengan lemak. Ini memungkinkan unta
menggunakan air secara minimum.
Walau mampu mengonsumsi 30-50 kg makanan dalam
sehari, dalam kondisi yang keras unta mampu bertahan hidup hingga sebulan hanya
dengan 2 kg rumput sehari. Unta memiliki bibir yang sangat kuat dan mirip
karet, yang memungkinkannya memakan duri yang cukup tajam untuk menusuk kulit
tebal. Di samping itu, unta memiliki lambung berbilik empat dan sistem
pencernaan yang sangat kuat, yang mampu mencerna apa pun yang ia makan. Ia
bahkan mampu memakan bahan-bahan seperti karet India, yang tidak dapat dianggap
sebagai makanan. Sungguh jelas bagaimana pentingnya kualitas ini pada iklim
yang sedemikian kering.
Mata unta memiliki dua lapisan bulu mata. Bulu mata
ini saling kait seperti perangkap dan melindungi matanya dari badai pasir yang
kuat. Selain itu, unta mampu menutup lubang hidungnya, sehingga pasir tidak
dapat masuk.
Bulu tebal yang tidak tertembus pada tubuh unta
mencegah matahari padang pasir yang terik mencapai kulitnya. Bulu ini juga
menghangatkan unta dalam kondisi cuaca yang membekukan. Unta padang pasir tidak
terpengaruh oleh suhu hingga setinggi 50°C, dan unta Baktria yang
berpunuk dua mampu bertahan hidup pada suhu hingga serendah -50°C. Unta jenis ini mampu bertahan hidup bahkan
pada lembah-lembah dataran tinggi, 4000 m di atas permukaan laut.
Kaki unta, yang terlalu besar bagi tungkainya,
secara khusus “didesain” dan diperlebar untuk membantunya berjalan di atas
pasir tanpa terperosok. Kaki ini telapaknya luas dan menggembung. Selain itu,
kulit tebal khusus di bawah telapak kaki merupakan perlindungan terhadap pasir
yang membakar.
Marilah kita berpikir dengan mengingat informasi
tersebut: Apakah ia dengan sendirinya menyesuaikan diri dengan kondisi padang
pasir? Apakah ia dengan sendirinya membentuk lapisan lendir dalam hidungnya
atau punuk di punggungnya? Apakah ia dengan sendirinya mendesain hidung dan
struktur matanya agar mampu melindungi diri dari dari angin tornado dan badai?
Apakah ia dengan sendirinya mendesain darahnya sendiri dan struktur selnya
sendiri berdasarkan prinsip penghematan air? Apakah ia dengan sendirinya
memilih bentuk bulu yang menutupi tubuhnya? Apakah ia mengubah dirinya sendiri
menjadi “kapal padang pasir”?
Sebagaimana makhluk hidup lain, unta sudah pasti
tidak dapat melakukan satu pun dari hal-hal tersebut dan membuat dirinya
bermanfaat bagi manusia. Ayat di dalam Al Quran “Tidakkah mereka memperhatikan
unta; bagaimana ia diciptakan?” mengarahkan perhatian kita kepada penciptaan
hewan luar biasa ini dalam bentuk terbaik. Sebagaimana makhluk lain, unta juga
dilengkapi banyak kualitas istimewa, lalu ditempatkan di muka bumi sebagai
tanda kebesaran sang Pencipta.
Unta diciptakan dengan ciri-ciri fisik yang luar
biasa ini untuk melayani umat manusia. Umat manusia sendiri diwajibkan untuk
melihat penciptaan di seluruh jagat raya dan tunduk kepada sang Pencipta segala
makhluk: Allah SWT.
“Tidakkah
kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)-mu apa
yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir
dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah
tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.”
(QS. Lukman: 20)
Lalat
“…(mereka)
sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun”
“Hai
manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu.
Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat
menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan
jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya
kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah)
yang disembah. Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al Hajj:
73-74)
Lensa-lensa berbentuk segi enam yang
membentuk mata lalat memberikan bidang penglihatan yang jauh lebih besar daripada
lensa biasa. Pada sebagian lalat, kadangkala terdapat hingga 5000 lensa. Di
samping itu, struktur bulat mata juga memungkinkan lalat melihat ke belakang
tubuh, dan dengan demikian memberinya keunggulan atas musuhnya.
Ciri khas lalat lainnya adalah cara
mereka mencerna makanan. Tidak seperti organisme hidup lain, lalat tidak
mencerna makanan di dalam mulut, tetapi di luar tubuh mereka. Lalat menuangkan
cairan khusus ke atas makanannya dengan belalai (prosbosis), mengubah
kekentalan makanan tersebut agar sesuai untuk diserap. Kemudian, lalat menyerap
makanan tersebut dengan pompa penyerap di kerongkongannya.
0 komentar:
Posting Komentar