Ø Model
Fiedler
Model kemungkinan Fiedler menyatakan bahwa kelompik yang efektif bergantung
pada kesesuaian antara gaya interaksi seorang pemimpin dengan bawahannya serta
sejauh mana situasi tersebut menghasilkan kendali dan pengaruh untuk pemimpin
tersebut.
Fiedler mengidentifikasi tiga dimensi kemungkinan yang menurutnya,
menentukan faktor - faktor situasional kunci yang menentukan efektivitas
kepemimpinan. Faktor - faktor tersebut adalah hubungan pemimpin - anggota,
struktur tugas, dan kekuatan posisi. Ketiganya didefinisikan sebagai berikut :
1. Hubungan pemimpin-anggota
Tingkat kepatuhan, kepercayaan, dan rasa hormat yang dimiliki oleh bawahan
terhadap pimpinan mereka.
2. Struktur tugas
Tingkat sejauh mana penentuan pekerjaan diproseduralkan (yaitu, terstruktur
atau tidak terstruktur)
3. Kekuatan Posisi
Pengaruh yang berasal dari posisi struktural formal seseorang dalam
organisasi; termasuk kekuatan untuk mempekerjakan, memecat, mendisiplinkan,
mempromosikan, dan memberikan kenaikan gaji.
Berdasarkan penelitiannya, Fiedler menyimpulkan bahwa pemimpin yang
berorientasi tugas cenderung bekerja secera lebih baik dalam situasi yang
sangat tidak menguntungkan mereka. Fiedler mengatakan bahwa pemimpin yang
berorientasi tugas bekerja sangat baik dalam situasi - situasi dengan tingkat
kontrol yang tinggi dan rendah, sementara pemimpin yang berorientasi hubungan
kerja sangat baik dalam situasi - situasi dengan tingkat kontrol yang modern.
Terdapat dua cara untuk meningkatkan efektivitas pemimpin. Pertama,
mengganti pemimpin tersebut agar sesuai dengan situasi yang ada. Misalnya,
apabila situasi kelompok dinilai sangat tidak menguntungkan tetapi saat itu
mereka tengah dipimpin oleh seorang manajer yang berorientasi hubungan, konerja
kelompok dapat ditingkatkan dengan mengganti manajer tersebut dengan seorang
manajer lain yang berorientasi tugas. Yang kedua, mengubah situasi agar sesuai
dengan sang pemimpin. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara melakukan
restrukturisasi tugas atau meningkatkan atau mengurangi kekuatan yang dimiliki
oleh pemimpin untuk mengontrol berbagai faktor seperti kenaikan gaji, promosi,
dan tindakan disipliner.
Ø Teori Stuasional Hersey dan Blanchard
Paul Hersey dan Ken Blanchard telah mengembangkan sebuah
model kepemimpinan yang disebut ”Teori
Kepemimpinan Situasional”(Situational
Leadership Theory-SLT).Kepemimpinan situasional adalah sebuah teori
kemungkinan yang berfokus pada para pengikut. Kepemimpinan yang berhasil
dicapai dengan cara memilih gaya kepemimpinan yang benar yang menurut Hersey
dan Blanchard bergantung pada tingkat kesiapan para pengikut.
Penekanan
pada para pengikut dalam efektifitas kepemimpinan mencerminkan realitas bahwa
para pengikutlah yang menerima atau menolak pemimpin tersebut. Istilah kesiapan
sebagaimana didefinisikan oleh Hersey dan Blanchard, merujuk pada tingkat
sampai mana orang memiliki kemampuan dan kesediaan untuk menyelesaikan tugas
tertentu.
Hersey
dan Blanchard mengidentifikasikan empat perilaku pemimpin yang khusus-dari
sangat direktif sampai sangat laissez-faire. Perilaku mana yang paling efektif
bergantung pada kemampuan dan motivasi seorang pengikut.SLT berasumsi bila
seorang pengikut tidak mampu dan tidak bersedia, pemimpin harus
memberikan pengarahan secara jelas dan spesifik. Bila para pengikut tidak mampu namun bersedia, pemimpin harus menampilkan orientasi tugas yang tinggi
untuk mengimbangi kurangnya kemampuan para pengikut. Apabila para pengikut mampu namun tidak
bersedia, pemimpin harus menggunakan gaya yang suportif dan partisipatif,
Sementara bila karyawan mampu dan bersedia, pemimpin tidak perlu berbuat
banyak.
SLT
memiliki daya tarik yang intuitif. Pendekatan ini mengakui arti penting
pengikut dan dibangun di atas logika bahwa para pemimpin bisa mengompensasi
keterbatasan kemampuan dan motivasi dalam diri para pengikut mereka.
Ø Teori Pertukaran Pemimpin-Anggota
Teori-teori kepemimpinan yang telah kita pelajari
sampai saat ini sebagian besar mengasumsikan bahwa pemimpin memperlakukan semua
pengikut mereka dengan cara yang sama. Artinya, berbagai teori tersebut
berasumsi bahwa para pemimpin menggunakan gaya yang cukup homogen dengan semua
orang di dalam unit kerja mereka.Teori
Peryukaran Pemimpin-Anggota menyatakan bahwa karena tekanan waku, pemimpin
membangun suatu hubungan khusus dengan suatu kelompok kecil dari para
pengikutnya.
Para
pemimpin menjalankan LMX dengan cara memberikan semacam penghargaan kepada
karyawan-karyawan yang ingin mereka ajak membangun hubungan yang lebih dekat
dan memberikan hukuman-hukuman kepada orang-orang yang tidak mereka inginkan
dalam hubungan yang lebih baik.Poin utama yang perlu diperhatikan disini adalah
meskipun pemimpin yang memilih, karakteristik-karakteristik pengikutlah yang
menentukan keputusan pengategorian sang pemimpin.
Pemimpin
menginvestasikan sumber-sumber daya mereka dengan orang-orang yang mereka harap
bisa bekerja dengan baik. Selain itu “mengetahui” bahwa anggota-anggota
kelompok kesayanganya adalah yang paling cakap, para pemimpin memperlakukan
mereka sedemikian rupa dan tanpa disadari mewujudkan ramalan itu.
Ø Teori Jalan-Tujuan
Teori jalan-tujuan (path-goal theory) merupakan tugas
pemimpin untuk memberikan informasi, dukungan, atau sumber-sumber daya lain
yang dibutuhkan kepada para pengikut agar mereka bisa mencapai berbagai tujuan
mereka.perilaku pemimpin.House
mengidentifikasi empat perilaku kepemimpinan.
·
Pemimpin yang direktif
yaitu member tahu kepada para pengikut mengenai apa yang diharapkan dari
mereka, menentukan pekerjaan yang harus mereka selesaikan,dan memberikan imbingan khusus terkait dengan menyelesaikan
berbagai tugas.
·
Pemimpiun yang suportif
adalah pemimpin yang ramah dan memperhatikan kebutuhan para pengikut
·
Pemimpin yang
partisipatif yaitu berunding dengan para
pengikut dan menggunakan saran-saran mereka sebelum mengambil sebuah keputusan
·
Pemimpin yang
berorientasi pencapaian yaitu menetapkan
tujuan-tujuan yang besar dan mengharapkan para pengikutnya untuk bekerja dengan
sangat baik.
Ø Beragam Variabel dan Prediksi Kemungkinan
Teori jalan-tujuan
menawarkan dua kelas variable kemungkinan yang menghubungkan perilaku
kepemimpinan dengan hasil variable-variabel dalam lingkungan yang berada diluar
kendali karyawan .Faktor-faktor lingkungan menentukan jenis perilaku pemimpin
yang dibutuhkan sebagai pelengkap apabila hasil pengikut ingin dimaksimalkan,
sementara karakteristik personal karyawan menentukan bagaimana lingkungan dan
perilaku pemimpin diinterpretasikan. Karenanya teori ini menyatakan bahwa
perilaku pemimpin akan menjadi tidak efektif bila perilaku tersebut tumpang
tindih dengan sumber-sumber struktur lingkungan atau kongruen dengan
karakteristik karyawan.
Ø Model Pemimpin-Partisipasi
Victor Vroom dan Philip
Yetton mengembangkan sebuah model
pemimpin partisipasi yang mengaitkan perilaku kepemimpinan dan partisipasi
dalam pembuatan keputusan. Model yang dikembangkan Vroom dan Yetton tersebut
bersifat normatif. Model itu menyediakan serangkaian peraturan yang harus
diikuti ketika menentukan bentuk dan besarnya partisipasi dalam pembuat keputusan.Model
pemimpin partisipasi merupakan sebuah batang tubuh keputusan yang
menginkoporasikan tujuh kemungkinan ( yang relevansinya bisa diidentifikasi
dengan membuat pilihan “ya” atau “tidak” ) dan lima gaya kepemimpinan
alternatif.
Peneliti yang bertujuan menguji model pemimpin
partisipasi yang asli maupun yang merupakan hasil revisi belum memberikan hasil
yang membesarkan hati. Kritik umumnya terfokus pada berbagai variable yang
dihapuskan dan pada kerumitan model ini. Teori-teori kemungkinan yang lain menunjukkan
bahwa stress, kecerdasan, dan pengalaman merupakan variable situasional yang
penting. Namun, model pemimpin partisipasi tidak mencakupnya.
0 komentar:
Posting Komentar