Kondisi fisik yang dibawa
seseorang sejak lahir, merupakan potensi dasar dari kepribadiaanya. Dengan
potensi dasar yang dibawanya sejak lahir, seseorang akan mampu beradaptasi
dengan lingkungannya, baik lingkungan alamiah maupun lingkungan sosial budaya.
Zaenal Abidin (1999 : 45) mengatakan bahwa: “Factor makanan dan minuman yang
diberikan kepada seseorang pada usia dini, suara yang diperdengarkan, rumah
yang ditempati, pakaian yang dikenakan, dan lain-lain merupakan factor yang
akan memberikan warna terhadap kepribadian seseorang”.
Situasi dan kondisi di lingkungan keluarga merupakan
factor yang pertama dan utama dalam pendidikan. Proses pendidikan pada masa
anak usia dini, di dalam al-Quran dinyatakan dengan istilah Tarbiah. Aktivitas
tarbiah meliputi pemenuhan kebutuhan secara fisik maupun psikis yang
berlangsung dilingkungan keluarga. Sesuai dengan kodratnya, pada usia
kanak-kanak, seseorang mencari identifikasi diri dengan alam sekitar. Atas
dasar itu verbalisasi dan pemberian contoh merupakan metode yang tepat dalam
tarbiah. Melatih potensi tubuh baik ucapan maupun tangan, kaki, dan seluruh
anggota merupakan pendekatan dalam tarbiah. Menirukan ucapan, memperkenalkan
nama-nama anggota tubuh dan benda-benda alam yang ada disekitar seperti peralatan
rumah tangga, alat-alat permainan, dan lain-lain merupakan materi dasar dalam
tarbiah.
Pada masa anak usia dini, anak-anak merasa puas dengan
kemampuan menirukan suara atau menyebutkan nama-nama benda yang ada
disekitarnya. Pada tahap berikutnya apa yang telah di kuasai oleh seseorang
akan difungsikan dalam kehidupannya. Sesuatu akan berfungsi apabila seseorang
memahami tentang apa yang dikenalnya. Karena itu segala sesuatu yang telah ada
pada diri seseorang yang diperolehnya melalui verbalisasi akan diseleksi.
Sesuatu yang dipandang bermanfaat akan dilestarikan dan dikembangkan,
sebaliknya yang kurang atau tidak bermanfaat, kemungkinan akan dibuangnya.
Pengenalan lambang-lambang al-Quran yang tidak mengarah kepada pengertian
kemungkinan besar akan ditinggalkan jika tidak ditingkatkan kearah pemahaman
makna yang terkandung didalamnya.
Proses pertumbuhan dan perkembangan, pada dasarnya
merupkan proses pembentukan kepribadian atau proses pendewasaan yang dalam
istilah al-Quran disebut dengan balig. Seseorang dikatakan telah balig apabila
ia telah mencapai kematangan emosional, dalam arti memiliki kematangan dalam
menanggapi stimulan dan mempunyai kemampuan atau keterampilan dalam
mengekspresikannya dalam kehidupan.
Setelah memasuki usia dewasa, berbagai informasi yang
diterima akan diadaptasikan dengan tanggapan yang telah tertanam di dalam
kesadarannya. Proses pendidikan pada orang dewasa, bertujuan untuk meningkatkan
kualitas kepribadian yang telah tertanam. Jika kepribadian yang telah tumbuh
dan berkembang dinilai positif. Namun
jika kepribadian yang ada dinilai negatif, maka aktivitas pendidikan bertujuan
ganda yaitu tebang-tanam atau bongkar-pasang, yang dalam istilah al-Quran
disebut dengan musaddiq atau renovasi kepribadian. Proses pendidikan agama di
perguruan tinggi termasuk tahapan ini.
Para Rasul diutus untuk memperbaiki kepribadian ilahiyah
yang telah rusak. Strategi pendidikan yang dilakukan oleh para Rasul merupakan
strategi yang tepat dalam upaya merenovasi kepribadian guna terbentuknya
kepribadian yang qurani. Proses pendidikan yang dilakukan oleh Rasululloh
Muhammad, secara periodic dibagi menjadi dua tahap yaitu periode Makiah dan
Madaniah. Periode Makiah adalah periode yang dilakukan oleh Nabi semasa beliau
memusatkan aktivitasnya di Makkah, dan periode Madaniah adalah periode setelah
Nabi dan para sahabatnya hijrah ke Madinah. Periode Makiah, dalam kaitannya
dengan pendidikan masa kini adalah kondisi dan situasi kampus, sementara
periode madniah adalah periode penerapan, yaitu saat ketika para alumni telah
berkiprah di masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar