Di alam jarang sekali ditemukan kehidupan yang secara
individu terisolasi, biasanya suatu kehidupan lebih suka mengelompok atau
membentuk koloni. Kumpulan berbagai jenis organisme disebut komunitas biotik
yang terdiri atas komunitas tumbuhan (vegetasi), komunitas hewan dan komunitas
jasad renik. Ketiga macam komunitas itu berhubungan erat dan saling
bergantung. Ilmu untuk menelaah komunitas (masyarakat) ini disebut sinekologi.
Di dalam komunitas percampuran jenis-jenis tidak demikian saja terjadi,
melainkan setiap spesies menempati ruang tertentu sebagai kelompok yang saling
mengatur di antara mereka. Kelompok ini disebut populasi sehingga populasi
merupakan kumpulan individu-individu dari satu macam spesies.
Oosting memberikan definisi, komunitas adalah kumpulan organisme hidup yang
saling berhubungan baik antara mereka maupun lingkungan. Dari batasan yang ada,
komunitas mempunyai beberapa kekhususan yaitu:
1. Komunitas biotik sebagai campuran
hewan dan tumbuhan dalam jumlah besar di suatu habitat, merupakan bagian
terbesar dari ekosistem dan dicirikan adanya hubungan interaksi antara komponen
biotik dan abiotik.
2. Karena dalam habitat utama
biasanya kondisi lingkungan tidak besar variasinya maka tumbuhan yang ada
menunjukkan kesenangan/perilaku yang khas sesuai dengan kondisi lingkungan itu.
Dengan demikian vegetasi merupakan percerminan iklim dan secara umum keadaaan
iklim menampakkan pola vegetasi yang sama. Konsep ini berkembang menjadi konsep
indikator.
3. Komunitas sebagai satu kesatuan
sering terlihat batasnya, tetapi batas itu kadang-kadang tidak jelas. Habitat
yang diatasnya tumbuh vegetasi/kehidupan yang khas, atau suatu komunitas yang
dapat mengkarakteristkkan suatu unit lingkungan yang mempunyai kondisi habitat
utama yang seragam, disebut biotope.
Contoh: a. hamparan lumpur, pantai
pasir, lautan, ditentukan oleh sifat fisik.
b. padang alang-alang, hutan tusam, ditentukan
oleh unsur organismenya.
4. Setiap psesies dalam komunitas
memerlukan kondisi tertentu/toleransi tertentu terhadap habitat baik kondisi
fisik, kimia maupun biologi. Perubahan kondisi fisik yang spesies didalamnya
masih toleran disebut amplitudo ekologi.
5. Selalu ada koeksistensi (kooperasi).
Karena kelompok-kelompok spesies
dalam komunitas itu tidak berdiri sendiri-sendiri maka mereka harus dapat hidup
bersama dengan saling mengatur. Di dalam hidup bersama itu interaksi di dalam
spesies bisa bersifat searah atau dua arah.
Contoh: Tumbuhan yang hidup di
lapisan atas tidak dapat hidup tanpa ada tumbuhan yang ada dibawahnya, atau
sebaliknya sehingga terjadi saling mengatur. Di dalam hidup bersamaam terjadi
bermacam-macam interaksi seperti:
-
Mutualisme :
Hidup bersama saling menguntungkan
-
Eksploitasi
: Suatu spesies hidup atas jerih payah spesies lain
-
Parasit
: Menempel pada tanaman lain dan merugikan
-
Komensalisme : Menempel pada tanaman lain,
tidak merugikan
- Kompetisi
: Persaingan antara dua atau lebih makhluk hidup
6. Adanya dominasi spesies
Di dalam komunitas hanya ada dua
atau tiga jenis spesies yang dijumpai dalam keadaan melimpah. Spesies yang
demikian disebut spesies dominan.
7. Di dalam komunitas selalu terjadi suksesi atau perubahan
meskipun secara lambat.
Komposisi Komunitas
Karena ada hubungan yang khas antara lingkungan dan organisme, maka komunitas
di suatu lingkungan bersifat spesifik. Dengan demikian pola vegetasi di
permukaan bumi menunjukkan pola diskontinyu. Seringkali suatu komunitas
bergabung atau tumpang tindih dengan komunitas lain. Karena tanggapan setiap
spesies terhadap kondisi fisik, kimia maupun biotik di suatu habitat berlainan
maka perubahan di suatu habitat cenderung mengakibatkan perubahan
komposisi komunitas. Rentetan komunitas yang memperlihatkan pergantian gradual
dalam suatu komposisi disebut continuum.
Terdapat dua pandangan komposisi komunitas yang berlawanan:
1. Pandangan organisme
2. Pandangan individualisme
Pandangan organisme dikembangkan oleh Clements (1916). Menurut pandangan ini
komunitas dianggap sebagai “Organisme super” yang merupakan stadium tertinggi
per-kembangan organisasi organisme yang dari sel ke jaringan, organ, spesies,
populasi dan komunitas. Komunitas dianggap organisme super karena tumbuhm
beraturan dan di bawah keadaan tertentu dapat melakukan reproduksi dan secara
fungsional memperlihatkan tingkatan yang lebih tinggi daripada
vegetasi/binatang atau individu yang membentuknya.
Sedangkan pandangan individualistik dikembangkan oleh H.A. Gleason (1926) yang
disokong oleh Whittaker (1951, 1952, 1956), Curtis (1958) dan Mc Intosh (1959).
Pandangan ini pendekatannya menekankan bahwa komunitas tidak perlu mencapai
suatu komposisi yang seharusnya atau dalam keadaan stabil. Disini spesies
merupakan bagian unit essensial karena hanya spesies dan bukannya komunitas
yang dipengaruhi dalam antar hubungan dan distribusi. Spesies langsung tanggap
terhadap kondisi lingkungan secara independen, tidak menghadapinya
bersama-sama. Dalam pendekatan ini komposisi komunitas dianggap variabel yang
kontinyu.
Ekoton (Ecotona)
Suatu ekoton adalah suatu zona (daerah) peralihan (transisi) atau
pertemuan antara dua komunitas yang berbeda dan menunjukkan sifat yang
khas. Daerah transisi antara komunitas rumput dan hutan atau daerah peralihan
antara dua komunitas besar seperti komunitas akuatik dan komunitas terestrial
merupakan contoh ekoton.
Jadi ekoton merupakan pagar komunitas (batas komunitas). Seperti diketahui
biasanya berubah secara perlahan-lahan atau secara gradient. Komunitas dapat
berubah secara tiba-tiba sebagai akibat lingkungan yang tiba-tiba terputus atau
karena interaksi tanaman terutama kompetisi. Pada keadaan yang pertama
(tiba-tiba terputus) ekoton merupakan daerah peralihan yang merupakan campuran
dari dua tipe komunitas yang bersebelahan. Pada keadaan yang kedua (kompetisi)
ekoton dapat dikenal jelas. Komunitas ekoton umumnya mempunyai banyak organisme
dari dua komunitas yang saling bertautan dan yang memperlihatkan ciri-ciri yang
khas dan batas yang jelas antara ekoton dan tetangganya (disampingnya) dengan
demikian ekoton berisikan spesies yang lebih banyak dan kepadatan populasi yang
sering lebih daripada komunitas disampingnya.
Kecenderungan meingkatnya variasi dan kepadatan pada komunitas peralihan
dikenal sebagai efek pinggir/tepi (edge effect). Organisme yang paling
banyak atau paling lama dalam zone peralihan disebut jenis pinggir (edge
spesies).
Stratifikasi
Dalam komunitas vegetasi, tumbuhan yang mempunyai hubungan di antara mereka,
mungkin pohon, semak, rumput, lumut kerak dan Thallophyta, tumbuh-tumbuhan ini
lebih kurang menempati strata atau lapisan dari atas ke bawah secara horizontal,
ini disebut stratifikasi. Individu yang menempati lapisan yang berlainan
menunjukkan perbedaan-perbedaan bentuk pertumbuhan, setiap lapisan komunitas
kadang-kadang meliputi klas-klas morfologi individu yang berbeda seperti,
strata yang paling tinggi merupakan kanopi pohon-pohon atau liana. Untuk tujuan
ini, tumbuh-tumbuhan mempunyai klas morfologi yang berbeda yang terbentuk dalam
“sinusie” misalnya pohon dalam sinusie pohon, epifit dalam sinusie epifit dan
sebagainya.
Padang rumput mempunyai 3 strata:
1. Lapisan perakaran dan rhisoma
2. Lapisan atas tanah
3. Lapisan rumput (herba)
Hutan stratanya lebih kompleks:
1. Strata di bawah tanah
2. Lahan hutan
3. Permukaan tanah sampai 2 meter (herba)
4. Semak (2-5 meter)
5. Lahan pohon/lapisan atas (top
story) ¾¾ 5-15 meter, tergantung hutannya ada
yang 25-30 meter, 40-50 meter, sequoia sampai 100 meter.
Klas Bentuk Pertumbuhan (Life Form) Dan Spektrum Biologi
Iklim menentukan vegetasi di suatu wilayah, beberapa spesies dalam komunitas
dapat dikelompokkan kedalam beberapa bentuk pertumbuhan berdasarkan kenampakan
umum pertumbuhannya. Bentuk suatu vegetasi merupakan ekspresi dan indikator
iklim. Ide ini dipelopori oleh Raunkiaer (1934). Ia menganggap bahwa di bawah
kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan yang mengendalikan bentuk
pertumbuhan dan mendorong terhadap suhu yang ekstrim dan kekeringan.
Raunkiaer memberikan tiga pedoman
untuk menyatakan karakteristik bentuk pertumbuhan:
1. Karakter itu harus struktural dan
esensial dan harus memberikan adaptasi morfologi yang penting.
2. Karakter itu harus cukup jelas
dan sudah dilihat di alam.
3. Semua bentuk pertumbuhan yang
digunakan harus menggunakan kriteria dengan sistem yang sama dan secara
statistik dapat untuk membandingkan komunitas satu dengan komunitas yang lain.
1.
Phanerophytes
4. Cryptophytes
2.
Chamaephytes
5. Therophytes
3.
Hemicryptophytes
1. Phanerophytes
Termasuk golongan ini ditandai dengan terdapatnya tunas di ranting atau cabang
dan ini biasanya berkayu (pohon dan semak) juga liana, epifit dan juga rumput
tahun.
Menurut tingginya Phanerophytes
dikelompokkan menjadi:
a. Megaphanerophytes lebih dari 30 meter
b. Mesophanerophytes 8 sampai 30 meter
c. Microphanerophytes 2 sampai 8 meter
d.
Nanophanerophytes
25 cm sampai 2 meter
Kecuali itu ditambah lagi apakah
tunas (kuncup) terlindung atau telanjang dan apakah tanaman selalu hijau atau
kadang-kadang menggugurkan daunnya.
2. Chamaephytes
Tunas atau pucuk batang terletak di batang dan menjalar di atas tanah,
tinggi tanaman tidak lebih dari 25 cm, tetapi tunas selalu di atas tanah. Untuk
melindungi dari kondisi yang tidak menguntungkan tunas terletak di bawah
daun-daun yang mati di tempat-tempat yang bersalju.
Ada beberapa macam Chamaephytes:
a. Subfructicosa chamaephytes : tunas terlindung oleh
bahan-bahan mati.
b. Passive
chamaephytes
: batang menjalar di atas tanah.
c. Active
chamaephytes
: kuncup di atas tanah.
d. Cushion
chamaephytes
: transisi Chamaephytes dan Hemicryptophytes.
3. Hemicryptophytes
Tumbuhan ini hidup di permukaan tanah, rumput-rumput, begitu pula tunas dan
batang terlindung oleh tanah dan bahan-bahan mati.
4. Cryptophytes
Tunas dan batang di permukaan tanah, bahan cadangan makanan di bawah tanah
dengan katagori sebagai berikut:
a.
Geophytes
: rhizoma, semua tumbuhan dengan bulbus, tuber.
b.
Helophytes
: tumbuhan yang hidup di tanah yang jenuh air.
c. Hydrophytes : tumbuhan air.
5. Therophytes
Meliputi tumbuhan semusim dan organ reproduksinya berupa biji, keabadiannya
terbesar lewat embrio dalam biji.
Klasifikasi Braun-Blanquetes
Braun-Blanquetes (1951) mengadakan modifikasi atas
klasifikasi yang diadakan oleh Raukiaer, yang kemudian menghasilkan klasifikasi
sebagai berikut:
1. Phytoplankton (tumbuhan melayang) dibedakan:
a. Aeroplankton (melayang di udara)
b. Hydroplankton (melayang di air)
c. Cryoplankton (melayang di es dan
salju)
2. Phytoedaphon (mikro flora tanah) dibedakan:
a. Aerophytobionts (aerobic)
b. Anaerophytobionts (anaerobic)
3. Endophytes dibedakan:
a. Endoxylophytes (parasit tumbuhan)
b. Endoxythophytes (algae, fungsi
dan lichenes)
c. Endozoophytes (patogen dalam
hewan dan manusia)
4. Therophytes dibedakan:
a. Thallotherophytes
b. Bryotherophytes
c. Pteridotherophytes
d. Entherophytes
5. Hydrophytes (kecuali plankton)
6. Geophytes
7. Hemicryptophytes
8. Chamaephytes
9. Phanerophytes
10. Epiphyta arborisola (Tree epiphytes)
Spektrum biologi atau spektrum fitoklimatik
Sistem Raunkiaer secara umum mendasarkan pada cara dan posisi organ reproduksi
untuk mempertahankan terhadap kondisi yang tidak menguntungkan.
Dengan demikian karakter vegetasi
adalah struktural, esensial dan adaptial. Kemudian diinginkan dasar yang lebih
sederhana untuk perbandingan secara statistik. Dengan sederhana atas persentase
bentuk kehidupan (pertumbuhan) vegetasi aetiap areal yang merupakan komunitas
vegetasi inilah yang disebut spektrum biologi. Karena setiap klas-klas
bentuk kehidupan sangat berhubungan dengan lingkungannya maka spektrum biologi
merupakan petunjuk langsung (indikator) lingkungan. Raunkiaer membuat suatu
spektrum normal yang didasarkan atas sampling dari keadaan flora dunia di
seribu tempat (keadaan).
Spektrum normal melengkapi suatu
dasar kehadiran persentase setiap klas dalam flora, yang akan ditetapkan spektrum
normal adalah:
Phanerophytes
: 46%
Chamaephytes
: 9%
Hemicryptophytes
: 26%
Cryptophytes
: 6%
Therophytes
: 13%
Kemudian spektrum biologi dikerjakan dan dibandingkan dengan
spektrum Raunkiaer ini.
Di hutan hujan tropik persentase
phanerophytes di tempat-tempat yang berbeda berkisar antara 0-74%. Persentase
yang lebih besar ini menyebabkan keadaan iklim yang phanerophytic. Persentase
Therophytes lebih dari 40% menyebabkan iklim yang ekstrim dingin. Persentase
yang tinggi Hemicryptophytes (lahan rumput) geophytes (Cryptophytes) Þ iklim mediteran dan dalam hutan
musim dengan daun lebar. Tetapi karena banyaknya faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kehidupan vegetasi yang kadang-kadang kondisi iklim tidak dicerminkan
oleh vegetasi maka kesimpulan-kesimpulannya sering salah.
Antara lain seperti jumlah Therophytes yang besar di daerah
Phanerophytes yang dominan, juga aktivitas yang lain sangat cepat mengubah
spektrum biologi. Untuk lebih mencapai ketepatannya maka harus dilengkapi
dengan pengaruh luas daun, ukuran daun merupakan petunjuk yang sangat erat
hubungannya dengan kondisi iklim, pengelompokkan tersebut ialah:
1. Leptophyl ¾¾® 25 mm2
2. Nanophyl ¾¾® 25 - 225 mm2 (9 x 25)
3. Microphyl ¾¾® 225 - 2025 mm2 (92
x 25)
4. Mesophyl ¾¾® 2025 - 18.225 mm2 (93
x 25)
5. Macrophyl ¾¾® 18.225 - 164.025 mm2 (94
x 25)
6. Megaphyl ¾¾® lebih dari 164.025 mm2
Dinamika Komunitas (Evolusi Komunitas)
Evolusi yang terjadi pada komunitas
tumbuhan di suatu tanah yang tadinya kosong (bero) terjadi dalam waktu yang
lama dengan tahap-tahap yang harus dilalui. Tahap-tahap ini sukar dinyatakan
karena secara faktual proses evolusi itu kontinyu. Tetapi bagaimanapun tahap
ini harus dinyatakan dan sebagai dasarnya ialah karakteristik vegetasi. Pada
umumnya evolusi komunitas vegetasi melalui beberapa tingkatan dan proses
sebagai berikut:
1. Nudasi: yaitu terjadinya awal
suksesi yang waktu itu habitat karena sesuatu hal (erosi, deposit, glacial,
glassier, perubahan iklim, aktivitas biotik) menjadi tidak berpenghuni
(kosong).
2. Migrasi: disini meliputi
kolonisasi pertama jadi migrasi itu datangnya suatu tumbuhan di suatu habitat
yang mengalami nudasi itu, kedatangan tumbuhan itu dapat disebabkan oleh
beberapa hal antara lain angin, air, binatang, manusia dan sebagainya.
Migrasi atau immigrasi tumbuhan
disebut germinales kalau masih benih (organ reproduktif) dan migrules atau
propagules kalau sudah berupa tumbuhan. Migrasi ini dapat berasal dari banyak
tempat atau satu tempat saja.
3. Eksesis: ini merupakan proses
pemantapan pendatang (immigrasi) tetapi meskipun demi-kian tidak semua
pendatang itu berhasil di tempat yang baru. Ini merupakan kombinasi beberapa
faktor yang menyebabkan berhasilnya immigrasi tersebut di tempat baru itu.
4. Agregasi: pada mulanya vegetasi
pioner itu datang dalam jumlah yang sangat kecil dan mereka tumbuh saling
berjauhan, kemudian vegetasi ini akan membentuk organ-organ reproduktif yang biasanya
mudah tersebar di seantero permukaan habitat itu yang kemudian membentuk
kelompok-kelompok. Disini ada 2 kelompok:
a. Simple agregasi yaitu: apabila
agregasi itu hanya satu spesies saja.
b. Agregasi campuran yaitu migran
selain terdiri atas spesies tumbuhan utama jika ber-campur dengan beberapa
spesies lain.
5. Evolusi interaksi komunitas.
Disini terjadi hubungan yang pada
mulanya sederhana menjadi semakin kompleks antara lain eksploatasi, mutualisme
dan koeksistensi dan sebagainya.
6. Invasi: Dalam proses kolonisasi,
germinales mempunyai sifat yang agresif dan mudah mengadakan adaptasi sehingga
mencapai seluruh lahan dari waktu ke waktu. Vegetasi itu tumbuh dan berkembang
sehingga mencapai kemantapan. Disini invasi itu dapat bersifat sementara atau permanen.
7. Reaksi: Ini meliputi kondisi baru
yang diciptakan dengan adanya vegetasi di suatu habitat. Pada dasarnya
perubahan itu melalui cara:
a. Pergantian sifat dan reaksi tanah
b. Dengan memodifikasi iklim
Kompetisi dan macam interaksi yang
lain dapat menyebabkan vegetasi mengalami kematian, dan ini akan merupakan
humus di atas tanah. Humus ini yang dapat menyebabkan lebih baiknya kondisi
fisik dan tanah. Di samping pengaruhnya terhadap tanah maka dengan
bentuk-bentuk vegetasi yang ada dapat menciptakan lingkungan yang berbeda
dengan keadaan luar, iklim yang diciptakan vegetasi ini disebut iklim mikro.
8. Stabilisasi: Macam-macam
interaksi baik antara individu, populasi vegetasi maupun antara vegetasi dan
habitatnya membawa perubahan-perubahan yang gradual baik pada habitat maupun
struktur vegetasi.
Dalam waktu yang lama, beberapa
spesies vegetasi akan mendominasi dan akhirnya mengadakan penggantian di
habitatnya itu.
9. Klimaks: Klimaks merupakan tahap
akhir perkembangan setelah stabilisasi. Secara pasti klimaks yang sebenarnya
sukar dinyatakan karena komunitas dan lingkungan akan dapat saling berubah
sesuai dengan sifat yang dinamik.
Klasifikasi Komunitas
Komunitas vegetasi diklasifikasikan
dalam beberapa cara menurut kepentingan dan tujuannya. Pada umumnya dan yang
banyak disukai ialah klasifikasi berdasarkan:
a. Fisiognomi
b. Habitat
c. Komposisi dan dominasi spesies
a. Fisiognomi: Menunjukkan kenampakan umum
komunitas tumbuhan. Komunitas tum-buhan yang besar dan menempati suatu habitat
yang luas diklasifikasikan kedalam komponen komunitas sebagai dasar
fisiognominya.
Komponen kmunitas yang menjadi dasar
fisiognomi ini ialah yang berada dalam bentuk dominan. Sebagai contoh:
Komunitas hutan, padang rumput, stepa, tundra dan sebagainya.
b. Habitat: Karena komunitas
sering dinamik dengan kekhasan habitat maka habitat ini digunakan menjadi
dasar pembagian komunitas.
Pada umumnya dikaitkan dengan
kandungan air tanah pada habitat yang bersangkutan. Pembagian itu antara lain:
1. Komunitas lahan basah
2. Komunitas lahan agak basah
3. Komunitas lahan mesofit
4. Komunitas lahan agak kering
5. Komunitas lahan kering
c. Komposisi dan dominasi spesies:
Disini komunitas tumbuhan yang besar dibagi kedalam bagian-bagian yang lebih
kecil dengan dasar komposisi dan dominasi spesies. Klasifikasi seperti ini
memerlukan pengetahuan isi spesies dalam komunitas itu frekuensinya,
dominasinya dan lamanya spesies itu berada (fideling/kesetiaan). Komunitas
diberi nama dengan spesies yang dominan atau yang memperlihatkan frekuensi tinggi
misalnya: Betula-Rhododendron-Magnolia assosiasi, Kruing-Kamper-Meranti-Jati.
Clements mengakui adanya dinamika
komunitas alam dan ia mengembangkan klasifikasi floristik yang menekankan pada
suksesi, dominasi, konstansi diagnose spesies. Menurut Clements vegetasi dapat
dianalisa kedalam unit klas-klas berikut dalam urutan yang turun.
1. Formasi
Menurut Clements unit vegetasi terbesar adalah formasi tumbuhan. Formasi
tumbuhan merupakan unit vegetasi yang besar di suatu wilayah yang ditunjukkan
oleh beberapa bentuk pertumbuhan yang dominan, misalnya hutan ditunjukkan
dengan pohon-pohon. Formasi tumbuhan merupakan hasil makroklimat dan ini
dikendalikan dan ditentukan batasnya oleh iklim saja. Dengan lain perkataan
formasi tumbuhan terjadi dalam suatu kesatuan iklim dan alam.
Whittaker berpendapat bahwa formasi
tumbuhan tidak tegas dan nyata bahwa unit vegetasi ditentukan hanya oleh iklim,
tetapi merupakan pengelompokkan komunitas secara abstrak dengan fisiognomi dan
saling berhubungan dengan lingkungan.
2. Assosiasi
Setiap formasi klimaks, berisikan dua atau lebih pembagian yang lebih kecil
yang dikatakan sebagai assosiasi yang ditandai oleh lebih dari satu spesies
yang dominan dan khas. Jadi assosiasi adalah vegetasi regional, dalam formasi
ini merupakan klimaks sub iklim dalam formasi umum. Setiap assosiasi ekologinya
dan komposisi floristik umumnya (Weaver dan Clements, 1938). Sekarang konsep
assosiasi ini sudah tidak dipakai lagi dan menempatkan komunitas kontinum yang
populer.
Vegetasi itu terus menerus
(kontinyu) walaupun berbeda dari tempat yang satu ke tempat yang lain ia tidak
dapat dikategorikan kedalam unit-unit yang memilih tempat. Dalam tingkat
penggantian (proses penggantian), Whittaker (1951, 1956) mengatakan bahwa assosiasi
bukan komunitas alam yang nyata (konkrit).
L.E. Braun juga mengeritik konsep
assosiasi dalam simposium yang diadakan oleh perhimpunan ekologi Amerika bulan
Agustus 1956 yang tujuan utama ialah:
a. Bahwa komuntas tidak mempunyai
batas yang tegas tetapi tumpang tindih antara satu dengan yang lain.
b. Bahwa spesies yang nampak
mencirikan komunitas dapat meluas ke komunitas lain walaupun mungkin dalam
proporsi yang berbeda.
c. Bahwa dua komunitas tidak pasti
sama/sejenis.
d. Bahwa vegetasi itu kontinyu walaupun
berbeda dari tempat yang satu ke yang lain.
3. Fasiasi (Faciation)
Setiap assosiasi pada dasarnya meliputi beberapa spesies dominan yang berisikan
2 atau lebih sub unit. Setiap fasiasi dapat dihuni oleh dua atau lebih dominan,
tetapi jumlah total dominan dalam fasiasi akan kurang (lebih kecil) daripada
assosiasi. Variasi secara lokal dalam assosiasi disebut losiasi (lociation).
4. Konsosiasi (Consociation)
Jika hanya terdapat satu dominan dalam klimaks. Konsosiasi merupakan unit
komunitas yang lebih kecil dengan dominan tunggal dan masih mempunyai bentuk
pertumbuhan yang mencirikan formasi. Unit vegetasi seperti itu terutama
modifikasinya oleh kondisi edhapik, misalnya konsosiasi Oak-Beech.
5. Sosiasi (Societeies)
Assosiasi dan konsosiasi dapat dianalisis lebih jauh kedalam beberapa komunitas
kecil (unit) yang di bawah pengaruh langsung variasi habitat lokal komunitas.
Ini didominasi oleh satu atau dua spesies lain dari dominan pada assosiasi dan
konsosiasi. Unit yang lebih kecil disebut sosiasi. Dominasi sosiasi merupakan
sub dominan yang lebih ekonomis. Dengan demikian sosiasi merupakan dominan
dalam dominan yang spesies dominan itu merupakan sub ordinat. Jika kita
menganggap konsosiasi sebagai satu kesatuan.
6. Clans (klans)
Dalam setiap sosiasi dapat ditemukan dua atau lebih unit klimaks yang terkecil,
ini yang disebut klans. Setiap klans merupakan agregasi kecil satu individu
tetapi sangat lokal dan spesies dominan yang tertutup.
Struktur Komunitas Vegetasi
Studi mengenai struktur dan
klasifikasi komunitas tumbuhan dapat juga disebut Fitososiologi.
Analisisnya disebut analisis
vegetasi, yang terdiri atas analisis kualitatif dan kuantitatif.
A. Analisis kualitatif komunitas tumbuhan
Struktur kualitatif dan komposisi komunitas dapat dinyatakan berdasarkan
observasi (pengamatan) visual tanpa sampling khusus atau pengukuran dalam
perhitungan (menyatakan) karakteristik florestik secara kualitatif (isi
spesies) stratifikasi, aspek sosiabilitasnya, asosiasi antar spesies, bentuk
pertumbuhan dan spektrum biologi dipelajari di lapang.
1. Komposisi floristik/anggota spesies komunitas.
Studi ini ialah pada spesies dari komunitas yang dianggap penting. Ini dapat
dilakukan dengan koleksi yang periodik kemudian diidentifikasi dengan waktu
sepanjang tahun.
2. Stratifikasi
Jumlah strata pelapisan dalam komunitas dapat dinyatakan dengan observasi, jika
secara periodik mengamati tumbuhan untuk sepanjang tahun, penggantian dalam
kenampakan vegetasi akan terlihat dengan penggantian dalam cuaca. Dengan ini
maka hubungan spesies dalam beberapa cuaca pada satu tahun dicatat.
3. Bentuk pertumbuhan
Sebagian besar kenampakan umum dan pertambahan spesies dalam komunitas
dikelompokkan kedalam klas bentuk pertumbuhan yang berbeda. Pembagian klasnya
seperti yang telah dibicarakan pada bab yang lalu. Berdasarkan nilai persentase
perbedaan klas bentuk pertumbuhan, habitat alami yang nyata dari komunitas
dapat diketahui.
4. Sosiabilitas
Dalam komunitas tumbuhan, spesies secara individu tidak selamanya tersebar.
Individu beberapa spesies tumbuhan dengan jarak yang lebar, sedang beberapa
yang lain terdapat dalam bentuk rumpun atau menutup lahan.
Beberapa individu spesies jika tumbuhan dalam rumpun akan
baik dan mereka cenderung mengadakan kompetisi yang hebat sehingga tidak dapat
membentuk populasi yang besar. Berdasarkan itu maka dapat dikelompokkan dalam
klas-klas.
Klas 1. Pohon tumbuh individual
(singly)
Klas 2. Kelompok tersebar atau
ikatan terbuka
Klas 3. Menutup tanah dengan anak
yang kecil dan terpencar
Klas 4. Menutup tanah lebih luas
lagi
Klas 5. Seluruh lahan tertutup oleh
lapisan vegetasi
Derajad sosiabilitas yang tinggi
terlihat jika tumbuhan itu mempunyai produktivitas biji tinggi, daya tumbuh
tinggi serta mempunyai daya adaptasi yang besar.
5. Assosiasi antar spesifik
Jika vegetasi mempunyai sampai dua spesies yang berbeda atau lebih dekat satu
sama lain, mereka membentuk sebagai komunitas tipe assosiasi-assosiasi antar
spesies ini dapat terjadi pada beberapa kemungkinan:
a. Spesies-spesies dapat hidup
dalamlingkungan yang sama
b. Spesies-spesies mungkin mempunyai
distribusi geografi yang sama
c. Spesies-spesies mempunyai bentuk
pertumbuhan yang berlainan (sehingga memperkecil kompetisi)
d. Tumbuhan atau spesies yang lain
saling berinteraksi yang menguntungkan salah satu atau keduanya, assosiasi ini
mudah dilihat di lapang.
B. Analisis kuantitatif komunitas tumbuhan
Untuk analisis ada beberapa metode pengambilan sampel, yaitu:
1. Metode kuadrat (Quadrat methode)
2. Metode transek (Transeck methode)
3. Metode loop (Loop methode)
4. Metode titik (Point less/point methode)
1. Metode kuadrat
Menurut Weaver dan Clements (1938) kuadrat adalah daerah persegi dengan
berbagai ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 1 dm2 sampai 100 m2.
Bentuk petak sampel dapat persegi, persegi panjang atau lingkaran.
Metode kuadrat juga ada beberapa jenis:
a. Liat quadrat: Spesies di luar
petak sampel dicatat.
b. Count/list count quadrat: Metode
ini dikerjakan dengan menghitung jumlah spesies yang ada beberapa batang dari
masing-masing spesies di dalam petak. Jadi merupakan suatu daftar spesies yang
ada di daerah yang diselidiki.
c. Cover quadrat (basal area
kuadrat): Penutupan relatif dicatat, jadi persentase tanah yag tertutup
vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa area (penutupan
relatif) yang diperlukan tiap-tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi
di suatu daerah. Total basal dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area
dari beberapa jenis tanaman.
Cara umum untuk mengetahui basal
area pohon dapat dengan mengukur diameter pohon pada tinggi 1,375 meter
(setinggi dada).
d. Chart quadrat: Penggambaran
letak/bentuk tumbuhan disebut Pantograf. Metode ini ter-utama berguna
dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan menentukan letak
tiap-tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat. Alat yang digunakan pantograf
dan planimeter. Pantograf diperlengkapi dengan lengan pantograf.
Planimeter merupakan alat yang dipakai dalam pantograf yaitu alat otomatis
mencatat ukuran suatu luas bila batas-batasnya diikuti dengan jarumnya.
Luas Minimum Petak Sampel
Luas daerah contoh vegetasi yang akan diambil diatasnya sangat bervariasi untuk
setiap bentuk vegetasi mulai dari 1 dm2 sampai 100 m2.
Suatu syarat untuk daerah pengambilan contoh haruslah representatif bagi
seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat
umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh
populasi-populasi.
0 komentar:
Posting Komentar