Sebagaimana telah dibahas di bagian depan, ukuran dari
partikel tanah adalah sangat beragam dengan variasi yang cukup besar. Tanah
umunya dapat disebut sebagai kerikil (gravel),
pasir (sand), lanau (silt) atau lempung (clay), tergantung pada ukuran partikel yang paling dominan pada
tanah tersebut.
Beberapa organisasi telah mengembangkan batasan-batasan
ukuran golongan jenis tanah (soil
separate size limits) berdasarkan ukuran-ukuran partikelnya. Pada Tabel 1.2 ditunjukkan batasan-batasan
ukuran golongan jenis tanah yang telah dikembangkan oleh beberapa organisasi
yang ahli di bidangnya.
Tabel 1.2 Batasan-Batasan
Ukuran Golongan Tanah.
Nama Kelompok
Organisasi
|
Ukuran Butiran (mm)
|
|||
Kerikil
|
Pasir
|
Lanau
|
Lempung
|
|
Massachusetts Institute of
Technology (MIT)
|
> 2
|
2 – 0,06
|
0,06 – 0,002
|
< 0,002
|
|
> 2
|
2 – 0,05
|
0,05 – 0,002
|
< 0,002
|
American Association of
|
76,2 - 2
|
2 –0,075
|
0,075–0,002
|
< 0,002
|
Unified Soil
Classification System (
|
76,2-4,75
|
4,75-0,075
|
Halus
(yaitu lanau dan lempung)
< 0,0075
|
Sumber : Mekanika Tanah, Braja M Das
·
Kerikil (gravels) adalah kepingan-kepingan dari batuan yang kadang-kadang
juga mengandung partikel-partikel mineral quartz, feldspar dan mineral-mineral
lain, Diameter butiran > 5 mm.
·
Pasir (sand) sebagian besar terdiri dari mineral quartz dan feldspar.
Butiran dari mineral yang lain mungkin
juga masih ada
pada golongan ini ,
Diameter butiran 0,0075 – 5,0 mm.
·
Lanau (silt) sebagian besar merupakan fraksi mikroskopis (berukuran sangat
kecil) dari tanah yang terdiri dari butiran-butiran quartz yang sangat halus,
dan sejumlah partikel-partikel berbentuk lempengan-lempengan pipih yang
merupakan pecahan dari mineral-mineral mika, Diameter butiran 0,002 – 0,0075
mm.
·
Lempung (clays) sebagian besar terdiri dari partikel mikroskopis dan
submikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas bila hanya dengan mikroskopis
biasa) yang berbentuk lempengan-lempengan pipih dan merupakan partikel-partikel
dari mika. Lempung didefinisikan sebagai golongan partikel yang berukuran
kurang dari 0,002 mm (= 2 mikron).
Mineral
Lempung (Clay Minerals)
Mineral lempung adalah kristal yang sangat kecil (hanya dapat
dilihat dengan bantuan mikroskop elektron) yang berasal dari pelapukan kimiawi
dari mineral batuan tertentu adalah kristal alumunium silikat dengan ion-ion
logam yang kompleks yang merupakan komposisi 2 lembar kristal dasar yaitu :
1.
Silica Tetrahedron.
2.
Alumina Octahedron.
Tiap
unit tetrahedron terdiri dari 4 atom oksigen mengelilingi sebuah atom silicon.
Kombinasi beberapa unit tetrahedron membentuk lembar silica (silica sheet), tiga atom oksigen yang di
dasar dipakai bersama oleh tetrahedron yang berdekatan.
Tiap unit octahedron terdiri dari 6 hidroxil yang
mengelilingi satu atom aluminium. Kombinasi beberapa unit octahedron aluminium
hidroxil membentuk lembar octahedron yang disebut gibbsite, kadang-kadang atom-atom magnesium mengganti aluminium,
hal ini disebut lembar brucite.
Mineral Kaolinite,
satu
lembar kaolinite terdiri
dari berlapis-lapis lembar silica dan gibbsite yang
tiap lapis silica-gibbsite tebalnya 7,2 Å.
Lembar-lembar tersebut diikat oleh hidrogen.
Kaolinite berada dalam
bentuk lempengan, yang
dimensi lateralnya 1000 – 10000 Å, tebal 100
– 1000 Å.
Luas permukaannya = 15 m2/gr. (luas permukaan perunit massa disebut specific
surface).
Illite, satu lembar illite terdiri
dari sebuah lembar gibbsite yang menyatu dan diapit oleh 2 lembar silica.
Kadang-kadang disebut mica lempung (clay
mica), tebal 1 lembar 10 Å, lembar satu dengan yang lainnya diikat oleh ion
potasium (natrium). Ada
substitusi aluminium untuk silicon pada lembar tetrahedral. Substitusi elemen
tanpa mengubah bentuk kristal disebut substitusi isomorphous. Lembar-lembar illite menyatu menyerupai lembar yang
mempunyai dimensi lateral 1000 – 5000 Å dan tebal
50 – 500 Å.
Specific surface = 80 m2/gr.
Mineral-mineral Montmorillonite,
Strukturnya mirip illite, yaitu 1 lembar gibbsite diapit oleh 2 lembar silica,
tetapi substitusi isomorphousnya ialah magnesium dan besi untuk aluminium dari
lembar octahedral. Di sini tidak ada potasium untuk mengikat lembar satu dengan
yang lainnya, tetapi air. Dimensi lateralnya 1000 – 5000 Å
dan tebalnya 10 – 50 Å dengan specific surface = 800 m2/gr. Partikel
lempung mempunyai muatan listrik negatif pada permukaannya yang disebabkan oleh
adanya substitusi isomorphous dan putusnya kontinyuitas di ujung. Muatan
negatifnya lebih besar kalau specific surfacenya lebih besar. Pada lempung kering,
muatan listrik negatif diimbangi oleh cation yang bisa berpindah-pindah
seperti Ca++, Mg++,
Na++, dan K+ diseputar partikel. Kalau air ditambahkan
pada lempung, cation tadi beserta sedikit anion mengambang di sekitar partikel
lempung. Yang ini disebut diffuse double
layer. Konsentrasi cation berkurang kalau jarak dengan partikel bertambah.
Jenis-Jenis
Tanah Berdasarkan Proses Pembentukannya.
Lapisan tanah yang terbentuk dapat tetap berada ditempatnya,
atau terbawa oleh gletser/sungai es, angina, dan/atau air ke tempat lain untuk
kemudian terendapkan ditempat yang lain. Berdasarkan proses yang disebut diatas
ini, lapisan tanah dapat dibagi ke dalam empat bagian utama, yaitu : tanah
residual (residual soil), tanah
endapan air (water transported soil),
tanah endapan angin (wind transported
soil), tanah endapan sungai es (soil
of glacial origin).
Tanah Residual (residual soil)
Tanah yang terbentuk dari proses penghancuran dan pelapukan
batuan dasar dan masih berada ditempat asalnya. Di daerah tropis, ketebalan
tanah residual yang terbentuk dari batuan beku dapat mencapai ketebalan lebih
dari 20 m. Tekstur tanah residual tergantung kepada kondisi lingkungan dimana
tanah tersebut terbentuk dan kepada tipe batuan induknya. Granite menghasilkan
lanau kepasiran dan pasir kelanauan dengan komposisi mineral mica dan lempung
kaolin yang bervariasi Basalt menghasilkan lempung dengan kadar montmorillonite
yang tinggi dan bersifat plastis.
Tanah Endapan Air (water transported soil)
Tergantung dari macam air yang mengangkut dan
mengendapkannya, tanah endapan air dapat dibagi lagi menjadi tiga golongan,
yaitu : tanah alluvium (oleh air
sungai), tanah lacustrine (di danau)
dan tanah marina (di pantai/air
laut).
Tanah alluvium
terbentuk ketika air sungai dari pegunungan mencapai dataran rendah.
Partikel-partikel kecil yang terapung didalam air sungai terbawa ke daerah
hilir relative tanpa mengalami perubahan secara fisik. Partikel-partikel yang
lebih besar, seperti pasir, kerikil dan kerakal, diangkut dan berguling di dasar
sungai, akibatnya partikel tersebut akan terkikis dan berbentuk bulat.
Tanah lacustrine
terbentuk ketika danau berfungsi sebagai tempat pengendapan dari
partikel-partikel tanah yang terbawa oleh air sungai yang bermuara di danau
tersebut. Di daerah yang lembab, ketika danau terisi sediment dan menjadi
dangkal, tumbuh-tumbuhan di sekitar tepian danau meningkat. Pembusukan material
tumbuh-tumbuhan ini menghasilkan bahan organic yang mengendap bersama dengan
lanau dan lempung hingga terbentuk tanah organic. Di tingkat akhir dari proses
sedimentasi ini danau dapat dipenuhi dengan tumbuh-tumbuhan dan hanya terjadi
pembusukan sebagian dari sisa-sisa tanaman. Akhirnya terbentuklah tanah gambut
(peat). Pada tahap ini danau berubah
menjadi tanah rawa (marshland).
Tanah Endapan Angin (wind transported soil)
Pergerakan angin melalui daerah bertanah pasir atau lanau
yang luas akan membawa partikel-partikel berukuran pasir dan lanau.
Partikel-partikel yang lebih besar dari 0,05 mm (pasir) akan berguling atau
terangkat ke udara untuk jarak yang relative pendek dan akan tertumpuk
membentuk bukit-bukit pasir (sand dunes).
Partikel-partikel lanau yang lebih halus akan terbawa ke daerah yang lebih
jauh. Angin mensortir butiran-butiran pasir dan mengendapkannya dengan ukuran
butir yang relative seragam dan umumnya dalam keadaan lepas (loose condition).
Tanah Endapan Sungai Es (soil of glacial origin)
Penyebaran dari massa
es ini mengerosi, mencampur baur, mengangkut dan mengendapkan batuan-batuan
lepas dan tanah dengan berbagai cara. Material yang diendapkan langsung oleh es
disebut dengan TILL. Tanah jenis ini
sangat beragam dalam teksturnya, partikelnya bervariasi dari kerakal (boulder) hingga lempung. Air yang
mencair dari lempengan-lempengan es membawa pasir dan kerikil dan
mengendapkannya didepan sungai es dan disebut OUTWASH. Bila iar yang mencair itu bermuara diantara dataran tinggi
dan sungai es, tercipta suatu danau dimana endapan danau es akan terbentuk.
Ketika air mengalir ke dalam danau tersebut, material yang kasar diendapkan
dipinggir danau dan membentuk delta-delta pasir dan kerikil.
Tanah-Tanah
Khusus
Perilaku
tanah sering tergantung dari keberadaan material tanah yang khusus.
Tanah Expansive, adalah tanah yang berpotensi
mengalami pengembangan (peningkatan volume) bila tereskpos terhadap air. Clay shales dan tanah lempung dengan
kadar montmorillonite yang tinggi merupakan tanah expansive.
Tanah Collapsible, adalah merupakan tanah dengan
potensi pengurangan volume yang besar ketika mengalami peningkatan kadar air.
Perubahan volume terjadi tanpa adanya perubahan beban eksternal. Contoh : tanah
loess, pasir dan lanau bersementasi lemah yang ikatan semennya biasanya gypsum
atau halite, mudah larut dalam air. Tanah collapsible ini umumya dijumpai di
daerah-daerah yang gersang.
Quick Clay, adalah merupakan lempung
yang sangat peka (high sensitivity)
terhadap gangguan. Kekuatan geser tanah ini akan berkurang drastis ketika
mengalami gangguan. Semua quick clay
merupakan lempung marina dengan kadar kepekaan lebih besar dari 15. Kadar kepekaan
adalah perbandingan antara kuat geser tanah asli dengan kuat geser tanah
terganggu.
Tanah Organik,
adalah merupakan tanah yang mengandung banyak komponen organik, ketebalannya
dari beberapa meter hingga puluhan meter di bawah tanah. Tanah jenis ini
umumnya berkuat geser rendah dan mudah mengalami penurunan yang besar.
0 komentar:
Posting Komentar