Amartya Sen, penerima nobel bidang ekonomi
menyebutkan bahwa demokrasi dapat mengurangi kemiskinan. Pernyataan ini akan
terbukti bila pihak legislatif menyuarakan hak-hak orang miskin dan kemudian
pihak eksekutif melaksanakan program-program yang efektif untuk mengurangi
kemiskinan. Sayangnya, dalam masa transisi ini, hal itu belum terjadi secara
signifikan.
Demokrasi di Indonesia terkesan hanya untuk mereka
dengan tingkat kesejahteraan ekonomi yang cukup. Sedangkan bagi golongan
ekonomi bawah, demokrasi belum memberikan dampak ekonomi yang positif buat
mereka. Inilah tantangan yang harus dihadapi dalam masa transisi. Demokrasi
masih terkesan isu kaum elit, sementara ekonomi adalah masalah riil kaum
ekonomi bawah yang belum diakomodasi dalam proses demokratisasi. Ini adalah
salah satu tantangan terberat yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini.
Demokrasi dalam arti sebenarnya terkait dengan
pemenuhan hak asasi manusia. Dengan demikian ia merupakan fitrah yang harus
dikelola agar menghasilkan output yang baik. Setiap manusia memiliki hak untuk
menyampaikan pendapat, berkumpul, berserikat dan bermasyarakat. Dengan
demikian, demokrasi pada dasarnya memerlukan aturan main. Aturan main tersebut
sesuai dengan nilai-nilai Islam dan sekaligus yang terdapat dalam undang-undang
maupun peraturan pemerintah.
Di masa transisi, sebagian besar orang hanya tahu
mereka bebas berbicara, beraspirasi, berdemonstrasi. Namun aspirasi yang tidak
sampai akan menimbulkan kerusakan. Tidak sedikit fakta yang memperlihatkan
adanya pengrusakan ketika terjadinya demonstrasi menyampaikan pendapat. Untuk
itu orang memerlukan pemahaman yang utuh agar mereka bisa menikmati demokrasi. Demokrasi
di masa transisi tanpa adanya sumber daya manusia yang kuat akan mengakibatkan
masuknya pengaruh asing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini adalah
tantangan yang cukup berat juga dalam demokrasi yang tengah menapak. Pengaruh
asing tersebut jelas akan menguntungkan mereka dan belum tentu menguntungkan
Indonesia. Dominannya pengaruh asing justru mematikan demokrasi itu sendiri
karena tidak diperbolehkannya perbedaan pendapat yang seharusnya menguntungkan
Indonesia. Standar ganda pihak asing juga akan menjadi penyebab mandulnya
demokrasi di Indonesia.
Anarkisme yang juga menggejala pasca kejatuhan
Soeharto juga menjadi tantangan bagi demokrasi di Indonesia. Anarkisme ini
merupakan bom waktu era Orde Baru yang meledak pada saat ini. Anarkisme pada
saat ini seolah-olah merupakan bagian dari demonstrasi yang sulit dielakkan,
dan bahkan kehidupan sehari-hari. Padahal anarkisme justru bertolak belakang
dengan hak asasi manusia dan nilai-nilai Islam.
Harapan dari adanya demokrasi yang mulai tumbuh
adalah ia memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk kemaslahatan umat dan juga
bangsa. Misalnya saja, demokrasi bisa memaksimalkan pengumpulan zakat oleh
negara dan distribusinya mampu mengurangi kemiskinan. Disamping itu demokrasi
diharapkan bisa menghasilkan pemimpin yang lebih memperhatikan kepentingan
rakyat banyak seperti masalah kesehatan dan pendidikan.
Tidak hanya itu, demokrasi diharapkan mampu
menjadikan negara kuat. Demokrasi di negara yang tidak kuat akan mengalami masa
transisi yang panjang. Dan ini sangat merugikan bangsa dan negara. Demokrasi di
negara kuat (seperti Amerika) akan berdampak positif bagi rakyat. Sedangkan
demokrasi di negara berkembang seperti Indonesia tanpa menghasilkan negara yang
kuat justru tidak akan mampu mensejahterakan rakyatnya. Negara yang kuat tidak
identik dengan otoritarianisme maupun militerisme.
Harapan rakyat banyak tentunya adalah pada masalah
kehidupan ekonomi mereka serta bidang kehidupan lainnya. Demokrasi membuka
celah berkuasanya para pemimpin yang peduli dengan rakyat dan sebaliknya bisa
melahirkan pemimpin yang buruk. Harapan rakyat akan adanya pemimpin yang peduli
di masa demokrasi ini adalah harapan dari implementasi demokrasi itu sendiri.
Di masa transisi ini, implementasi demokrasi masih
terbatas pada kebebasan dalam berpolitik, sedangkan masalah ekonomi masih
terpinggirkan. Maka muncul kepincangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Politik dan ekonomi adalah dua sisi yang berbeda dalam sekeping mata uang, maka
masalah ekonomi pun harus mendapat perhatian yang serius dalam implementasi
demokrasi agar terjadi penguatan demokrasi. Semakin rendahnya tingkat kehidupan
ekonomi rakyat akan berdampak buruk bagi demokrasi karena kuatnya bidang
politik ternyata belum bisa mengarahkan kepada perbaikan ekonomi. Melemahnya
ekonomi akan berdampak luas kepada bidang lain, seperti masalah sumber daya
manusia. Sumber daya manusia yang lemah jelas tidak bisa memperkuat demokrasi,
bahkan justru bisa memperlemah demokrasi.
Demokrasi di Indonesia memberikan harapan akan
tumbuhnya masyarakat baru yang memiliki kebebasan berpendapat, berserikat,
berumpul, berpolitik dimana masyarakat mengharap adanya iklim ekonomi yang
kondusif. Untuk menghadapi tantangan dan mengelola harapan ini agar menjadi
kenyataan dibutuhkan kerjasama antar kelompok dan partai
politik agar demokrasi bisa berkembang ke arah yang lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar