CVS adalah perusahaan terbesar kedua dalam
rantai apotek di Amerika Serikat (setelah Walgreens), dengan lebih dari 7.000
toko di 41 negara dan Puerto Rico. Sebagai divisi ritel farmasi CVS Caremark,
CVS menjual obat resep dan berbagai macam barang dagangan yang umum, termasuk
obat-obatan, produk kecantikan dan kosmetik, film dan jasa penyelesaian foto,
barang musiman, kartu ucapan dan kenyamanan makanan melalui Farmasi dan toko
ritel obat-obatan dan online melalui CVS.com. Ini juga menyediakan layanan
kesehatan melalui Minute Clinic Healthcare serta klinik Diabetes Care Center.
Sebagian besar berlokasi di dalam klinik CVS.
CVS mendapatkan benefit dari pendekatan “replication”
melalui fungsi TI untuk mengulangi inovasi pada satu apotik ke apotik lainnya
yang sangat berpengaruh positif kepada proses bisnisnya.Pada tahun 2002 CVS
mengalami penurunan kepuasan pelanggan. Hal ini disebabkan lamanya waktu tunggu
dan pelayanan buruk pada loket pengambilan obat di apotek. Pada saat itu ada 2
proses yang terjadi setelah pelanggan memasukkan resep: pertama adalah
pemrosesan resep/peracikan obat dan yang kedua pemeriksaan status
asuransi. Kedua proses ini berjalan simultan memakan waktu lebih kurang 1
jam, dan terkadang banyak issue terjadi, misalnya: kesalahan pada tanggal lahir
pasien. Banyak issue yang tidak tuntas pada saat pengambilan obat, dan hal ini
membuat pelanggan tidak puas. Sehingga CVS memutuskan untuk memindahkan
pemeriksaan asuransi di awal dari pemrosesan resep, sehingga pelanggan akan
tetap ada untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan. Proses perubahan ini dimasukkan
ke dalam sistem informasi yang mendukung operasi di 4.000 apotek CVS di AS.
Terjadi peningkatan di semua apotik dan skor kepuasan pelanggan meningkat dari
86% menjadi 91%.Perusahaan juga menerapkan sebuah bisnis untuk meningkatkan
proses untuk pemesanan obat resep di salah satu apotek, yang dapat meningkatkan
kepuasan pelanggan secara signifikan. Manajer juga memutuskan bahwa proses
bisnis dan tertanam dalam sebuah informasi perusahaan sistem teknologi, dan
kemudian mereka direplikasi ke 4.000 apotek lain di 4.000 toko CVS dalam waktu satu tahun.
CVS menggunakan sebuah sistem informasi yang memungkinkan
customer untuk mengorder obat-obatan
dimana pun dan kapan pun. Informasi ini kemudian langsung dikerjakan oleh pihak
perusahaan. CVS sebagai salah satu perusahaan farmasi ternama di USA,
mengaplikasikan CVS diseluruh store
mereka, dan ternyata meningkatkan kepuasan customer
secara signifikan. Ternyata teknologi yang digunakan CVS dalam perusahaannya
dapat digunakan pada jenis bisnis yang berbeda. Berikut diberikan dua contoh
perusahaan yang juga menerapkan teknologi tersebut:
1. State
Street Boston Corporation (Financial
Consultant)
State
Street Boston Corporation (selanjutnya disebut State Street) berkantor pusat di
Boston, Massachusetts mencoba untuk menerapkan teknologi yang sama seperti CVS.
Perusahaan ini merupakan perusahaan jasa finansial untuk investor-investor
institusi hampir di seluruh dunia. Saat ini, State Street mempunyai karyawan
sebanyak 17.000 orang, yang tersebar pada 85 pasar-pasar dan kantor-kantor
cabang di 24 negara.
Seperti sudah disinggung sebelumnya, teknologi
informasi merupakan "napas" bisnis State Street. Kesungguhan
manajemen dalam investasi teknologi informasi ini dapat dilihat pada hal-hal
berikut:
a) Alokasi biaya untuk teknologi
informasi yang tinggi. Sebagai contoh,State Street menyediakan 10%
pendapatannya atau kurang lebih $120 juta untuk teknologi informasi.
b) Semua sistem dibangun oleh
pegawai State Street sendiri. Teknologi informasi dipandang sebagai senjata
untuk berkompetisi, karena itu pengembangannya tidak diserahkan kepada pihak
lain, melainkan dikerjakan sendiri.
c) Posisi yang tinggi dari CIO
(chief information officer), dimana
kedudukannya setingkat EVP (executive
vice president). Semua pengembangan sistem diawasi langsung oleh CIO.
d) Jumlah personel di Divisi
Teknologi Informasi mencapai 900 orang hingga tahun 1994. Besarnya personel ini
bertujuan untuk menjaga kesinambungan operasi dari teknologi informasi yang
ada. Sebanyak 500 orang dari personel-personel tersebut disebarkan ke unit-unit
bisnis di seluruh State Street. Sisanya difokuskan untuk pengembangan sistem
baru, menangani arsitektur teknologi informasi, dan mengatasi isu-isu baru.
Peran
teknologi informasi pada perusahaan ini dapat dilihat pada dua
sistem baru yang dihasilkan:
a) Multi-Currency HORIZON
(MCH). Penggunaan sistem ini memungkinkan layanan akuntansi dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai jenis mata uang, fleksibel untuk digunakan pada
berbagai kondisi, dan dapat memberikan hasil secara real-time.
b) Global HORIZON Interchange
(GHI). Sistem ini diharapkan dapat mendukung jutaan pelanggan. Melalui sistem
ini, manajer-manajer investasi dapat lebih memfokuskan waktunya untuk
pengambilan keputusan, pelanggan dapat mengakses informasi yang diinginkannya
untuk kebutuhan analisis, pelaporan kepada pelanggan dapat dilakukan dengan
lebih efisien, dan berbagai keuntungan lain.
Manfaat yang diperoleh State Street melalui pemanfaatan teknologi informasi
ini diantaranya adalah :
a) Beberapa pekerjaan
digabungkan menjadi satu. Sebagai contoh, manajer investasi tidak lagi
kesulitan mencari informasi di berbagai lokasi. Dengan menggunakan basis data
terdistribusi, pencarian informasi dapat dilakukan secara transparan dan dalam
waktu singkat.
b) Langkah-langkah proses bisnis
tetap natural, sementara beberapa pekerjaan dapat dilakukan secara simultan.
Sebagai contoh, proses bisnis layanan akuntansitidak berubah, akan tetapi
penghitungan pajak, pembuatan dokumen, dan aktifitas-aktifitas lain dapat
dilakukan sekaligus secara fleksibel.
c) Proses-proses dapat memiliki
banyak versi. Sebagai contoh, layanan-layanan yang diberikan State Street
mencapai 60 variasi, sesuai kebutuhan pelanggan. Untuk menangani aneka ragam
variasi tersebut, teknologi informasi dari State Street dibuat sefleksibel
mungkin.
d) Pekerjaan dilakukan di
tempat yang paling menguntungkan. Sebagai contoh, penempatan data disesuaikan
dengan kebutuhan, ada yang diletakkan di State Street dan ada yang diletakkan
di pelanggan. Hal ini untuk menunjang kecepatan layanan yang diberikan.
e) Pengontrolan, pengecekan,
dan berbagai aktifitas tidak bernilai diminimalkan. Sebagai contoh, aktifitas
pengecekan pelaporan kepada pelanggan dihilangkan. Pengecekan cukup dilakukan
oleh sistem, sehingga resiko kesalahan minimal.
f) Rekonsiliasi diminimalkan
dengan mengurangi jumlah kontak eksternal. Sebagi contoh, pelanggan-pelanggan
besar yang terhubung dengan jaringan teknologi informasi State Street dapat
langsung mengakses informasi yang diinginkannya. Tidak diperlukan lagi adanya
kontak eksternal untuk melayani kebutuhan pelanggan.
2. PT. Kokoh Inti Aerabam (Distributor bahan bangunan)
Contoh kasus lain dari penerapan proses
teknologi informasi lainya pada PT Kokoh Inti Aerabam, perusahaan berambisi
menjadi distributor bahan bangunan terbesar di Indonesia, PT Kokoh Inti Arebama
mengganti sistem TI inti buatan sendiri dengan aplikasi dari vendor besar.
Awalnya sistem yang dibangun sendiri merupakan sistem yang sederhana dan
hubungan antar cabangnya belum tersambung secara online. Tetapi seiring dengan
kebutuhan yang semakin besar, maka mereka memutuskan untuk mencari suatu sistem
yang bisa memenuhi kebutuhan dari sisi kontrol internal, serta informasi yang
cepat dan akurat bagi manajemen. Setelah melakukan benchmarking dengan
perusahaan lain yang sejenis, dan mengundang vendor solusi TI (SAP, Oracle dan
Microsoft), akhirnya diputuskan untuk menggunakan solusi dari Microsoft dengan
sistemnya ERP. Karena solusi dari Microsoft ini dinilai cukup sesuai dengan
kebutuhan dan sistem ini user-friendly.
Implementasi
dari sistem ERP tersebut mempunyai sasaran yaitu pengintegrasian antara sistem
logistik dengan sistem manajemen penjualan, pemasaran dan keuangan dan
mengintegrasikan cabang-cabangnya. Dalam pengimplementasiannya tidak ada
masalah dari para karyawan karena sistemnya yang sudah user-friendly, lagipula
mereka juga telah mengantisipasi kemungkinan yang dapat menghambat seperti
melakukan pendekatan antara lain dengan pemberian dukungan secara top-down ke
semua jajaran operasional; mengadakan prapelatihan bagi kepala cabang dan
administrasi sebelum dilakukan pelatihan untuk end-user; serta melakukan demo
aplikasi ke seluruh user di cabang melalui kepala cabang.
Secara
keseluruhan, melalui implementasi sistem ERP ini diharapkan tercipta suatu
sistem kontrol yang baik dari pusat ke cabang. Karena segala sesuatunya dapat
dimonitor dari pusat secara online dan real time melalui layar komputer.
Melalui pola tersentralisasi ini, kantor pusat dapat memantau jenis barang yang
dijual, kondisi stok barang hingga pemberian kredit ke pelanggan, serta
pembuatan laporan keuangan menjadi lebih cepat. Dari sisi efisiensi, adanya
peningkatan seperti waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan keputusan menjadi
lebih cepat karena pelaporan dari cabang/gudang lebih cepat dan dapat dipantau
secara langsung dari layar komputer.
0 komentar:
Posting Komentar