BENTUK-BENTUK IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN

Pengajaran yang efektif berlangsung dalam suatu proses brkesinambungan, terarah berdasarkan perecanaan yang matang. Proses pengajaran itu dilandasi oleh prinsip-prinsip yang fundamental yang akan menentuekan apakah pengajaran berlangsung secara wajar dan berhasil.

Pengajaran berbasis motivasi (Motivation based teaching)
Motivasi adalah perubahan energi (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Ada tiga unsur dalam motivasi yang saling berkaitan yaitu :
1.      Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi.
2.      Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal
3.      Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.
Motivasi memiliki dua komponen, yakni komponen dalam (inner component), dan komponen luar (outer component).  Motivasi dapat dibagi jadi dua jenis :
1.      Motivasi intrinsik
2.      Motivasi ekstrinsik
            Motivasi mempunyai prinsip-prinsip, antara lain:
            Kenneth H. Hover, mengemukakan prinsip-prinsip motivasi sebagai berikut.
1.      Pujian lebih efektif dari pada hukuman.
2.      Semua murid mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) tertentu yang harus mendapat kepuasan.
3.      Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif dari pada motivasi yang dipaksakan dari luar.
4.      Terhadap jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan usaha pemantauan.
5.      Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain.
6.      Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi.
7.      Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya daripada apabila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru.
8.      Pujian-pujian yang datangnya dari luar kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya.
9.      Teknik dan proses mengajar yang bermacam-macam adalah efektif untuk memelihara minat murid.
10.  Manfaat minat yang telah dimiliki oleh murid adalah bersifat ekonomis.
11.  Kegiatan-kegiatan yang akan dapat merangsang minat murud-murid yang kurang mungkin tidak ada artinya (kurang berharga) bagi para siswa yang tergolong pandai.
12.  Kecemasan yang besar akan menimbulkan kesulitan belajar.
13.  Kecemasan dan frustasi yang lemah dapat membantu belajar, dapat juga lebih baik.
14.  Apabila tugas tidak terlalu besar dan apabila tidak ada maka frustasi secara cepat menuju kedemoralisasi.
15.  Tiap murid mempunyai tingkat-tingkat frustasi toleransi yang berlainan.
16.  Tekanan kelompok murid (pergrup) kebanyakan lebih efektif dalam motivasi daripada tekanan/paksaan dari orang dewasa.
17.  Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreatifitas murid. 

Pengajaran berbasis perbedaan individual
a.       Pengertian perbedaan individual
Individual adalah suatu kesatuan yang masing-masing memiliki ciri khasnya, dan karena itu tidak ada dua individu yang sama, satu dengan yang lainnya berbeda.   Setiap individu berbeda dengan individu lainnya dalam aspek mental, seperti: tingkat kecerdasan, abilitas, minat, ingatan, emosi, kemauan, dan sebagainya. Selain tiu,  tidak ada dua individu yang sama dalam aspek jasmaniah, seperti bentuk, ukuran, kekuatan, dan daya tahan tubuh. Perbedaan-perbedaan itu masing-masing memiliki keuntungan dan kelemahan.
Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan individual, yakni faktor warisan, keturunan, dan faktor pengaruh lingkungan. Antara kedua faktor itu terjadi konveregensi. Mungkin pada satu individu faktor pengaruh keturunan lebih dominan, sedangkan pada individu lainnya pengaruh faktor linhkungan yang lebih dominan. Perbedaan individual dapat dikembalikan pada interaksi antara dua faktor tersebut berdasarkan asumsi, bahwa setiap pertumbuhan dan perkembangan tentu disebabkan oleh kedua faktor tersebut.

b.         Jenis Perbedaan individual
1)        Kecerdasan (intelegence)
2)      Bakat(attitude)
3)      Keadaan jasmaniah (physical Fitness)
4)      Penyesuaian sosial dan emosional ( social and emotional adjuustman)
5)      Latar belakang keluarga (home backround)
6)      Hasil belajar (Academic Achievement)
7)      Para siswa yang menghadapi kesulitan-kesulitan dalam handicap jasmani, kesulitan berbicara, kesulitan menyesuaikan social
8)      Siswa yang cerdas dan lamban belajar

c.       Cara melayani perbedaan individual
1)      Akselerasi dan program terbatas
a)      Akselerasi: memberikan kesempatan kepada siswa yang bersangkutan untuk naik ke tingkatan kelas yang berikutnya lebih cepat (double promotion) satu atau dua kali sekaligus.
b)      Program tambahan: kepada siswa diberikan tugas-tugas tambahan di dalam setiap tingkatan kelas.
2)        Pengajaran individual
3)        Pengajaran unit

Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil. Tiap individu mendapat tugas sesuai minat dan kemampuannya. Siswa yang lamban akan memilih tugas dan bahan yang lebih mudah, sedangkan siswa yang cerdas akan memilih tugas yang lebih sulit. Kelompok-kelompok tersebut saling bertukar pengalaman, dan hasil kerja perorangan pada akhirnya menjadi hasil kerja kelompok.
4)      Kelas khusus bagi siswa yang cerdas
5)      Kelas remedi bagi para siswa yang lamban
6)      Pengelompokkan berdasarkan abilitas

Berdasarkan abilitas siswa, kelas dibagi menjadi tiga kelompok, yakni: kelompok kurang, kelompok sedang, dan kelompok pandai. Pembagian kelompok dilakukan setelah guru melakukan penelitian yang saksama terhadap kelas. Berdasarkan kelompok-kelompok abilitas tersebut, guru berkesempatan untuk menyesuaikan dan mendiferensiasi bahan pelajaran dan metode mengajar sesuai individu.
7)      Pengelompokkan  informal (kelompok kecil dalam kelas)
Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (2-8 siswa). Tiap kelompok terdiri dari individu-individu yang berbeda sesuai dengan minat dan abilitasnya masing-masing. Guru bertindak sebagai konsultan yang bergerak dari satu kelompok ke kelompok lainnya.
8)      Supervise periode individualisasi
Metode ini adalah suatu periode dimana para siswa masing-masing mendapatkan kesempatan membaca buku-buku yang berbeda atau mengerjakan hal-hal lain dalam mata pelajaran tertentu sesuai dengan kebutuhan individu, dengan bimbingan atau supervise oleh guru.
9)      Memperkaya dan memperluas kurikulum
10)  Pelajaran pilihan (Elective Subjects)
Kurikulum perlu menyediaan pula sejumlah mata pelajaran pilihan disamping pendidikan umum. Pelajaran pilihan ini umumnya bertujuan untuk membentuk keterampilan.
11)  Diferensiasi pemberian tugas dan pemberian tugas yang fleksibel
12)   Sistem Tutorial (tutoring system)
Sistem tutor adalah suatu system dalam memberikan bimbingan kepada murid-murid yang mengalami kesulitan tertentu. Dalam hal ini guru dianggap sebagai tutor.
13)  Bimbingan Individual
Bimbingan individual sangat diperlukan bagi siswa yang lamban dan bagi siswa yang mengalami kegagalan dalam belajar.
14)  Modifikasi Metode-Metode Mengajar
Guru dapat menggunakan metode mengajar berganti-ganti untuk para siswa yang lamban dan para siswa yang cerdas.

Pengajaran Berbasis Aktivitas
a. Konsep aktivitas belajar
Pendidikan tradisional dengan “Sekolah Dengar”-nya tidak mengenal, bahkan sama sekali tidak menggunakan asas aktivitas dalam proses belajar mengajar. Para siswa hanya mendengarkan hal-hal yang dipompakan oleh guru. Kegiatan mandiri dianggap tidak tidak ada maknanya, karena guru adalah orang yang serba tahu dan menentukan segala hal yang dianggap penting bagi siswa. Guru cukup mempelajari materi dari buku lalu disampaikan kepada siswa. Siswa hanya bertugas menerima dan menelan, mereka diam dan bersikap pasif atau tidak aktif.
Adanya temuan-temuan baru dalam psikologi perkembangan dan psikologi belajar yang menyebabkan pandangan tersebut berubah. Berdasarkan hasil penelitian para ahli pendidikan itu :
1)      Siswa adalah suatu organisme yang hidup, di dalam dirinya beraneka ragam kemungkinan dan potensi yang hidup yang sedang berkembang. Pendidikan perlu mengarahkan tingkah laku dan perbuatan itu menuju ke tingkat perkembangan yang diharapkan.
2)      Setiap siswa memiliki berbagai kebutuhan, meliputi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial.
Adanya berbagai temuan dan pendapat pada gilirannya menyebabkan pandangan anak (siswa) berubah. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Anak (siswa) belajar sambil bekerja. Dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan ketrampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.  

b. Nilai aktivitas dalam pengajaran
Penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa,  karena :
1)      Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
2)      Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral.
3)      Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa.
4)      Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.
5)      memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis.
6)      Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua dengan guru.
7)      Pengajaran diselenggarakan secara relistis dan konkret sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalistis.
8)      Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat.
c.                               9)   Penggunaan aktivitas dalam pengajaran
Asas aktivitas digunakan dalam semua jenis metode pengajaran, baik metode dalam kelas maupun metode mengajar di luar kelas. Hanya saja penggunaanya dilaksanakan dalam bentuk yang berlain-lainan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan disesuaikan pula pada orientasi sekolah yang menggunakan jenis kegiatan itu.

 Pengajaran Berbasis Lingkungan
a. Konsep lingkungan
Belajar pada hakikatnya adalah suatu interaksi antara individu dan lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan sebaliknya individu memberikan respons terhadap lingkungan. Dalam proses interaksi ini dapat terjadi perubahan pada diri individu berupa perubahan tingkah laku. Dapat juga terjadi, individu menyebabkan terjadinya perubahan pada lingkungan, baik yang positif atau bersifat negatif. Hal ini menunjukkan, bahwa fungsi lingkungan merupakan faktor yang penting dalam proses belajar mengajar.
b.      Pengertian lingkungan

Ada dua istilah yang sangat erat kaitannya tetapi berbeda secara gradual, ialah “alam sekitar” dan “lingkungan”. Alam sekitar mencangkup segala hal yang ada di sekitar kita, baik yang jauh maupun yang dekat letaknya, baik masa silam mupun yang akan datang tidak terikat pada dimensi waktu yang tepat. Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna dan atau pengaruh tertentu kepada individu.

Lingkungan (environment) sebagai dasar pengajaran adalah faktor tradisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar yang penting. Lingkungan belajar atau pembelajaran atau pendidikan terdiri dari berikut ini :
1.      Lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat bagi kelompok besar atau kelompok kecil.
2.      Lingkungan personal meliputi individu-individu sebagai suatu pribadi berpengaruh terhadap individu pribadi lainnya.
3.      Lingkungan alam (fisik) meliputi semua sumber daya alam yang dapat diberdayakan sebagai sumber belajar.
4.      Lingkungan kultural mencangkup hasil budaya dan teknologi yang dapat dijadikan sumber belajar dan yang dapat menjadi faktor pendukung pengajaran.
Suatu lingkungan pendidikan atau pengajaran memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :
1.      Fungsi psikologis
Stimulus bersumber atau berasal dari lingkungan yang merupakan rangsangan terhadap individu sehingga terjadi respons, yang menunjukkan tingkah laku tertentu.
2.      Fungsi pedagogis
Lingkungan memberikan pengaruh-pengaruh yang bersifat mendidik, khususnya lingkungan yang sengaja disiapkan sebagai suatu lembaga pendidikan, misalnya keluarga, sekolah, lembaga pelatihan, lembaga-lembaga sosial.
3.      Fungsi instruksional
Program instruksional merupakan lingkungan pengajaran atau pembelajaran yang dirancang secara khusus.
      Suatu dimensi lingkungan yang sangat penting adalah masyarakat. Dalam kontens ini masyarakat mencangkup unsur-unsur individu, kelompok, sumber-sumber alami, sumber budaya, sistem nilai dan norma, kondisi atau situasi serta masalah-masalah, dan berbagai hambatan dalam masyarakat, secara keseluruhan merupakan lingkungan masyarakat.

Problem-basic Learning
a.              Gambaran Umum
Dalam model pembelajaran Problem-basic Learning, belajar dan pembelajaran diorientasikan kepada pemecahan berbagai masalah terutama yang terkait dengan aplikasi materi pembelajaran di dalam kehidupan nyata. Selama siswa melakukan kegiatan pemecahan masalah, guru berperan sebagai tutor yang akan membantu mereka mendefinisikan apa yang mereka tidak tahu dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memahami atau memecahkan masalah.
Pengembangan model ini diantaranya didasari oleh:
1)        Prinsip Enquiry Learning yang memandang belajar adalah upaya untuk menemukan sendiri pengetahuan.
2)      Teori-teori psikologi belajar dan pembelajaran modern yang menjelaskan bahwa pengetahuan akan lebih diingat dan dikemukakan kembali secara lebih efektif jika belajar dan pembelajaran didasarkan dalam konteks manfaatnya di masa depan.

b.      Tahapan-Tahapan Pemecahan Masalah
Tahapan pemecahan masalah sangat bergantung pada kompleksitas masalahnya. Untuk masalah yang kompleks karena cakupan dan dimensasinya sangat luas, maka langkah-langkah pemecahan masalah dengan pendekatan akademik dapat dilakukan. Permasalahan yang sederhana dengan cakupan dan dimensi yang relatif sempit dan praktis dapat dipecahkan dengan tahapan-tahapan yang sederhana dan praktis.

Cooperative Learning
a.       Falsafah Cooperative Learning
Berbeda dengan model pembelajaran kompetisi dan model individual learning yang menitikberatkan proses dan pencapaian belajar dan pembelajaran pada prestasi setinggi-tingginya yang siswa secara individual, model cooperative learning didasari oleh falsafah bahwa manusia adalah makhluk sosial. Oleh karena itu, model pembelajaran ini tidak mengenal kompetisi antar individu. Model ini juga tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dengan kecepatan dan iramanya sendiri. Sebaliknya, model ini menekankan kerjasama atau gotong-royong sesama siswa dalam mempelajari materi pembelajaran (Lie, halaman : 17-29).
Ada dua kemungkinan kerjasama antar siswa dalam kelompok belajar, yaitu :
1)      Kooperatif adalah kerjasama antara siswa yang berbeda tingkat kemampuannya.
2)      Kolaboratif adalah kerjasama antara siswa dengan kemampuan yang setingkat.

b.      Unsur-Unsur Cooperative Learning
Ada lima unsur yang menjadi ciri dari Cooperative Learning yang membedakannya dengan model belajar dan pembelajaran yang lain yaitu : (Lie, halaman : 31)
1)      Saling ketergantungan positif.
2)      Tanggungjawab perseorangan.
3)      Tatap muka.
4)      Komunikasi antar anggota.
5)      Evaluasi proses kelompok

Quantum Teaching

a.       Pengertian
Dalam teknik belajar dan pembelajaran pengertian quantum dapat diartikan yaitu mendorong terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan fasilitas belajar lainnya secara terarah sesuai dengan karakteristik diri, potensi, dan kebutuhan individual siswa guna mengerahkan seluruh energinya untuk mencapai kegemilangan dalam belajar.

b.      Kerangka Perancangan Belajar
Ada enam unsur yang menjadi kerangka dasar pembelajaran dengan model Quantum Teaching :
a.       Tumbuhkan     : sertakan diri mereka (siswa), pikat mereka, puaskan AMBAK
  (Apa Manfaatnya Bagi Ku).
b.      Alami              : berikan mereka pengalaman belajar, tumbuhkan “kebutuhan
  untuk mengetahui.”
c.       Namai              : berikan “data” tepat saat minat siswa memuncak.
d.      Demonstrasikan: berikan kesempatan bagi siswa untuk mengaitkan pengalaman
    dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan
    menambatnya sebagai pengalaman pribadi.
e.       Ulangi             : rekatkan gambaran keseluruhannya melalui pengulangan.
f.       Rayakan          : Sesuatu yang pantas dipelajari tentu pantas untuk dirayakan jika
  berhasil dipelajari. Berikan penghargaan kepada kelas atas
  keberhasilan semua.

c.       Prinsip Kecerdasan Jamak (Multiple Inteligence) dan Pembelajarannya
Salah satu prinsip yang dijadikan rujukan utama dalam kegiatan pembelajaran dengan pendekatan quantum learning adalah prinsip kecerdasan jamak (Multiple Inteligence). Prinsip yang dikembangka oleh Gardner ini memandang bahwa :
a.       Semua manusia berbakat untuk menjadi jenius jika belajar dan pembelajarannya sesuai dengan minat, karakteristik belajar dan bakatnya.Oleh sebab itu pembelajaran yang menyeragamkan siswa dan menyeragamkan metoda akan mematikan potensi kejeniusan siswa tertentu karena tidak mengakomodir kekhasan minat, karakteristik belajar dan bakatnya.
b.      Kejeniusan manusia tidak dapat diukur dalam bidang yang sama, karena mereka lahir membawa minat, karakteristik belajar dan bakatnya sendiri-sendiri.


0 komentar:

Posting Komentar

 

Serba Ada Blog Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger