Teori
deskriptif dan Teori Preskriptif
Bruner mengemukakan bahwa teori
pembelajaran adalah preskriptif dan teori belajar adalah deskriptif, preskriptif
karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran
yang optimal, dan deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah memerika
proses belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan di antara
variabel-variabel yang menentukan hasil belajar, atau sebagaimana seseorang
belajar. Teori pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana seseorang
mempengaruhi orang lain agar terjadi hal belajar atau upaya mengontrol
variabel-variabel yang dispesifikasi dalam teori belajar agar dapat memudahkan
belajar.
Teori belajar yang deskriptif
menempatkan variabel kondisi dan metode pembelajaran sebagai given, dan
memerikan hasil pembelajaran sebagai variabel yang diamati atau kondisi dan
metode pembelajaran sebagai variabel bebas dan hasil pembelajaran sebagai
variabel tergantung. Sedangkan teori pembelajaran yang preskriptif, kondisi dan
hasil pembelajaran ditempatkan sebagai given dan metode yang optimal dtempatkan
sebagai variabel yang diamati, atau metode pembelajaran sebagai variabel tergantung.
Teori preskriptif adalah goal oriented(untuk mencapai tujuan), sedangkan teori
deskriptif adalah goal free(untuk memerikan hasil). Variabel yang diamati dalam
pengembangan teori-teori pembelajaran yang preskriptif adalah metode yang
optimal untuk mencapai tujuan, sedangkan dalam pengembangan teori-teori
pembelajaran deskriptif variabel yang diamati adalah hasil sebagai efek dari
interasi antara metode dan kondisi.
Teori
Behaviouristik
Teori behaviouristik mengatakan
bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Pandangan
behaviouristik mengakui pentingnya masuan atau input yang berupa stimulus dan
keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi di antara
stimulus dan respon di anggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa
diamati dan diukur. Yang bisa diamati dan diukur hanyalah stimulus dan respons.
Penguatan (reinforcement) adaah
faktor penting dalam belajar. Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat
timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positif reinforcement) maka
respon akan semakin kuat. Demikian juga jika penguatan dikurangi (negative
reinforcement) maka respon juga akan menguat. Tokoh-tokoh penting teori behaviouristik
antara lain Thorndike, Watson, Skiner, Hull dan Guthrie.
Aplikasi teori ini dalam
pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai aktifitas “mimetic”
yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian
keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi
menuntut suatu jawaban benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah
menyelesaikan tugas belajarnya.
Teori
Kognitif
Pengertian belajar menurut teori
kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat
diamati dan dapat diukur. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur
kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi
pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah
dimiliki seseorang.
Dalam kegiatan pembelajaran,
keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan. Untuk menarik minat dan
meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengetahuan baru dengan
steruktur kognitif yag telah dimilii siswa. Materi pelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhan ke kompleks. Perbedaan
individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat
mepengaruhi keberhasilan siswa.
Teori
Konstruktivistik
Usaha
mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki kepekaan, mandiri,
bertanggungjawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat, serta mampu
berkolaborasi dalam memecahkan masalah, diperlukan layanan pendidikan yang
mampu melihat kaitan antara ciri-ciri
manusia tersebut, dengan praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran untuk
mewujudkannya. Pandangan konstruktivistik yang mengemukakan bahwa belajar
merupakan usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamnnya melalui
asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya,
memungkinkan mengarah kepada tujuan tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran
diusahakan agar dapat memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan tersebut
secara optimal pada diri siswa.
Proses
belajar sebagai suatu usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya
melalui proses asimilasi dan akomodasi, akan membentuk suatu kunstruksi
pengetahuan yang menuju pada kemutakhiran struktur kognitifnya. Guru-guru
konstrutivistik yang mengakui dan menghargai dorongan dari manusia atau siswa
untuk mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri, kegiatan pembelajaran yang
dilakukannya akan diarahkan agar terjadi aktifitas konstruksi pengetahuan oleh
siswa secara optimal.
Menurut teori humanistik tujuan
belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil
jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain,
siswa telah mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal. Teori humanistik
cenderung bersifat eklektik, maksudnya teori ini dapat memanfaatkan teori apa
saja asal tujuannya tercapai.
Aplikasi teori humanistik dalam
kegiatan pembelajaran cenderung mendorong siswa untuk berfikir induktif. Teori
ini juga amat mementingan faktor pengalaman dan keterlibatan siswa secara aktif
dalam belajar.
Teori Sibernetik
Teori sibernetik menekankan bahwa belajar
adalah pemrosesan informasi. Teori ini lebih mementingkan system informasi dari
pesan atau materi yang dipelajari. Bagaimana proses belajar akan berlangsung
sangat ditentukan oleh system informasi dari pesan tersebut. oleh sebab itu,
teori sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar yang
ideal untuk segala situasi. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh system
informasi.
Proses pengolahan informasi dalam
ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan
informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali
informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval). Ingatan
terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses penulusuran
bergerak secara hirakhis, dari informasi yang paling umum dan inklusif ke
informasi yang paling umum dan rinci, sampai informasi yang diinginkan
diperoleh.
Konsepsi landa dengan model
pendekatannya yang disebut algoritmik dan heuristik mengatakan bahwa belajar
algoritmik menuntut siswa untuk berpikir sistematis, tahap demi tahap, linear ,
menuju pada target tujuan tertentu, sedangkan belajar heuristic menuntut siswa
untuk berpikir devergan, menyebar ke beberapa target tujuan sekaligus.
Aplikasi teori pengolahan informasi
dalam pembelajaran antara lain dirumuskan dalam teori Gagne dan Briggs yang
mempreskripsikan adanya
1) kapabilitas belajar,
2) peristiwa pembelajaran dan
3) pengorganisasian atau urutan pembelajaran.
Teori Revolusi-Sosiokultural
Pandangan yang dianggap lebih mampu
mengakomodasi tuntunan sosiocultural-revolution adalah teori belajar yang
dikembangkan oleh Vygotsky. dikemukakan bahwa peningkatan fungsi-fungsi mental
seseorang terutama berasal dari kehidupan social atau kelompoknya, dan bukan
sekedar dari individu itu sendiri. teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat
disebut pendekatan ko-konstruktivisme.
Konsep-konsep penting dalam
teorinya yaitu genetic low of development, zona of proxsimal development, dan
mediasi, mampu membuktikan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari
latar social budaya dan sejarahnya. perolehan pengetahuan dan perkembangan
kognitif seseorang seturut dengan teori sociogenesis. dimensi kesadaran social
bersifat primer sedangkan dimensi individual bersifat sekunder.
Berdasarkan teori Vygotsky maka dalam
kegiatan pembelajaran hendaknya anak memperoleh kesempatan yang luas untuk
mengembangkan zona perkembangan proxsimalnya atau potensinya melalui belajar
dan berkembang. guru perlu menyediakan berbagai jenis dan tingkatan bantuan
yang dapat memfasilitasi anak agar mereka dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya. bantuan dapat dalam bentuk contoh, pedoman, bimbingan orang lain
atau teman yang lebih kompeten. bentuk-bentuk pembelajarn kooperatif
–kolaboratif serta belajar kontekstual sangat tepat digunakan. sedngkan anak
yang telah mampu belajar sendiri perlu ditingkatkan tuntutannya, segingga tidak
perlu menunggu anak yang berada di bawahnya dengan demikian diperlukan
pemahaman yang tepat tentang karaktristik siswa dan budayanya sebagai pijakan
dalam pembelajaran.
Teori Kecerdasan Ganda
Kecerdasan ganda yang dikemukakan oleh Gardner yang kemudian dikembangkan oleh para tokoh lain, terdiri dari kecerdasan verbal/bahasa, kecerdasan logika/matematik, keserdasan visual/ruang, kecerdasan tubuh/gerak tubuh, kecerdasan musical/ritmik, keceedasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan eksistensial, perlu dilatihkan dalam rangka mengembangkan keterampilan hidup. semua kecerdasan ini sebagai satu kesatuan yang utuh dan terpadu. komposisi keterpaduannya berbeda-beda pada masing-masing orang dan pada masing-masing budaya, namun secara keseluruhan semua kecerdasan tersebut dapat diubah dan ditingkatkan. kecerdasan yang paling menonjol akan mengontrol kecerdasan-kecerdasan lainnya dalam memecahkan masalah.
Para pakar kecerdasan sebelum
Gardner cenderung memberikan tekanan terhadap kecerdasan hanya terbatas pada
aspek kognitif, sehingga manusia telah tereduksi menjadi sekedar komponen
kognitif. Gardner melakukan hal yang berbeda, ia memandang manusia tidak hanya
sekedar komponen kognitif, namun suatu keseluruhan. melalui teori kecerdasan
ganda ia berusaha menghindari adanya penghakiman terhadap manusia dari sudut
pandang kecerdasan (inteligensi). tidak ada manusia yang sangat cerdas dan
tidak cerdas untuk seluruh aspek yang ada pada dirinya. yang ada adalah ada
manusia yang memiliki kecerdasan tinggi pada salah satu kecerdasan yang
dimilikinya. mungkin seseorang memiliki kecerdasan tinggi untuk kecerdasan
logika-matematika tetapi tidak untuk kecerdasan music atau kecerdasan
bidy-kinestetik.
Srategi
pembelajaran kecerdasan ganda bertujuan agar semua potensi anak dapat
berkembang. strategi dasar pembelajarannya dimulai dengan
(1)
membangunkan/memicu kecerdasan,
(2) memperkuat kecerdasan,
(3) mengajarkan
dengan /untuk kecerdasan, dan
(4) mentransfer kecerdasan.
Teori Pembelajaran Menurut Islam
Kemampuan untuk belajar merupakan
sebuah karunia Allah yang mampu membedakan manusia dangan makhluk yang lain.
Allah menghadiahkan akal kepada manusia untuk mampu belajar dan menjadi
pemimpin di dunia ini. Pendapat yang mengatakan bahwa belajar sebagai aktifitas
yang tidak dapat dari kehidupan manusia, ternyata bukan berasal dari hasil
renungan manusia semata. Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia juga
menganjurkan manusia untuk selalu malakukan kegiatan belajar. Dalam AlQur’an,
kata al-ilm dan turunannya berulang sebanyak 780 kali. Seperti yang termaktub
dalam wahyu yang pertama turun kepada baginda Rasulullah SAW yakni Al-‘Alaq
ayat 1-5. Ayat ini menjadi bukti bahwa Al-Qur’an memandang bahwa aktivitas
belajar merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kegiatan
belajar dapat berupa menyampaikan, menelaah,mencari, dan mengkaji, serta
meniliti. Selain Al-Qur’an, Al Hadist juga banyak menerangkan tentang
pentingnya menuntut ilmu.
Proses belajar-mengajar hendaknya mampu
menghasilkan ilmu yang berupa kemampuan pada tiga ranah yang menjadi tujuan
pendidikan/ pembelajaran, baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Selain itu, belajar adalah proses untuk mendapat ilmu, hendaknya diniati untuk
beribadah. Artinya, belajar sebagai manifestasi perwujudan rasa syukur manusia
sebagai seorang hamba kepada Allah SWT yang telah mengaruniakan akal. Lebih
dari itu, hasil dari proses belajar-mengajar yang berupa ilmu (kemampuan dalam
tiga ranah tersebut), hendaknya dapat diamalkan dan dimanfaatkan sebaik mungkin
untuk kemaslahatan diri dan manusia. Buah ilmu adalah amal. Pengamalan serta
pemanfaatan ilmu hendaknya dalam koridor keridhaan Allah, yakni untuk
mengembangkan dan melestarikan agama Islam dan menghilangkan kebodohan, baik
pada dirinya maupun orang lain. Inilah buah dari ilmu yang menurut al-Zarnuji
akan dapat menghantarkan kebahagiaan hidup di dunia maupun akhirat kelak.
Para guru harus memiliki perangai yang terpuji. Guru disyaratkan memiliki sifat
wara’ (meninggalkan hal-hal yang terlarang), memiliki kompetensi (kemampuan)
dibanding muridnya, dan berumur (lebih tua usianya) serta memiliki “kedewasaan”
(baik ilmu maupun umur).
0 komentar:
Posting Komentar