Ekosistem mangrove yang
rusak dapat dipulihkan dengan cara restorasi/rehabilitasi. Restorasi dipahami sebagai usaha
mengembalikan kondisi lingkungan kepada
kondisi semula secara alami. Campur tangan manusia diusahakan sekecil mungkin
terutama dalam memaksakan keinginan untuk menumbuhkan jenis mangrove tertentu
menurut yang dipahami/diingini manusia. Dengan demikian, usaha restorasi
semestinya mengandung makna memberi jalan/peluang
kepada alam untuk mengatur/memulihkan dirinya sendiri. Kita manusia pelaku
mencoba membuka jalan dan peluang serta mempercepat proses pemulihan terutama
karena dalam beberapa kondisi, kegiatan restorasi secara fisik akan lebih murah
dibanding kita memaksakan usaha penanaman mangrove secara langsung.
Restorasi perlu
dipertimbangkan ketika suatu sistem telah berubah dalam tingkat tertentu sehingga tidak dapat lagi
memperbaiki atau memperbaharui diri secara
alami. Dalam kondisi seperti ini, ekositem homeastatis telah berhenti secara
permanen dan proses normal untuk suksesi tahap kedua atau perbaikan secara
alami setelah kerusakan terhambat oleh berbagai sebab. Secara umum, semua
habitat bakau dapat memperbaiki kondisinya secara alami dalam waktu 15 - 20 tahun jika:
(1)
kondisi normal hidrologi tidak terganggu, dan
(2) ketersediaan biji dan bibit
serta jaraknya tidak terganggu atau terhalangi.
Jika kondisi hidrologi adalah normal atau
mendekati normal tetapi biji bakau tidak dapat mendekati daerah restorasi, maka
dapat direstorasi dengan cara penanaman.
Oleh karena itu habitat bakau dapat diperbaiki tanpa penanaman, maka rencana restorasi harus terlebih dahulu
melihat potensi aliran air laut yang terhalangi
atau tekanan-tekanan lain yang mungkin menghambat perkembangan bakau (Kusmana, 2005). Dahuri dkk (1996)
menyatakan, terdapat tiga parameter lingkungan yang menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan
mangrove, yaitu:
(1) suplai air tawar dan salinitas, dimana ketersediaan air
tawar dan konsentrasi kadar garam (salinitas) mengendalikan efisiensi metabolik dari ekosistem hutan mangrove. Ketersediaan air tawar tergantung pada
(a)
frekuensi dan volume air dari system sungai dan irigasi dari darat,
(b)
frekuensi dan volume air pertukaran pasang surut, dan
(c) tingkat evaporasi ke atmosfer.
(2) Pasokan nutrien: pasokan nutrient bagi ekosistem mangrove ditentukan oleh
berbagai proses yang saling terkait, meliputi
input dari ion-ion mineral an-organik dan bahan organik serta pendaurulangan nutrien. Secara internal melalui jaringan-jaringan
makanan berbasis detritus (detrital food web).
0 komentar:
Posting Komentar