Dalam
aliran ini ada beberapa istilah yang artinya sama ialah: field, pattera,
organisme, closure, integration, wholistk, configuration, dan gestalt. Karena
itu psikologi gestalt sering disebut psikologi organisme atau field theory.
Menurut
aliran ini, jiwa manusia adalah suatu keseluruhan yang berstruktur. Suatu
keseluruhan bukan terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Unsur-unsur itu
berada dalam keseluruhan menurut struktur yang telah tertentu dan saling
berinteralisi satu sama lain, Contoh: kepala manusia bukan merupakan
penjumlahan daripada batok kepala, telinga, bidung, mata, mulut, rambut, dagu,
dan sebagainya, melainkan kepala itu adalah suatu keseluruhan yang bermakna, di
mana unsur-unsur tadi teletak pada struktumya masing-masing. Mata tidak mungkin
terletak di ibu jari, hidung tidak mungkin terletak di tengah-tengah dada dan
seterusnya. Pada struktumya masing-masing itulah bagian-bagian dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Bagian-bagian itu hanya bermakna dalam hubungan
keseluruhan itu. Lagi pula sesuatu hal, perbuatan, benda lain-lain hanya
bermakna dalam hubungan dengan situasi tertentu. Misalnya: emas (perhiasan)
hanya bermakna dalam situasi di mana ada pesta. para tamu umumnya memakai
perhiasan yang indah-indah, akan tetapi akan tidak bermakna dalam situasi
padang pasir di mana seseorang sedang mengalami rasa haus dan dahaga.
Pandangan
ini sangat berpengaruh terhadap tafsiran tentang belajar. Beberapa pokok yang
perlu mendapat perhatian antara lain ialah :
(1)
Timbulnya kelakuan adalah berkat interaksi, antara
individu dan lingkungan dimana faktor apa yang telah dimiliki (natural
endowment) lebih menonjol.
(2)
Bahwa individu berada dalam keadaan keseimbangan
dinamis, adanya gangguan terhadap keseimbangan itu akan mendorong timbulnya
kelakuan.
(3)
Mengutamakan segi pemahaman (insight)
(4)
Menekankan kepada adanya situasi sekarang, dimana
individu menemukan dirinya
(5)
Yang utama dan pertama adalah keseluruhan, dan
bagian-bagian hanya bermakna jika berada dalam keseluruhan itu.
Prinsip-prinsip
Belajar gestalt (field theory )
1)
Belajar dimulai dari suatu keseluruhan. Keseluruhan
yang menjadi permulaan, baru menuju ke bagian-bagian. Dari keseluruhan
organisasi mata pelajaran menuju tugas-tugas harian yang beruntun. Belajar
dimulai dari satu unit yang kompleks menuju ke hal-hal yang mudah dimengerti,
deferensiasi pengetahuan dan kecakapan.
2)
Keseluruhan memberikan makna kepada bagian-bagian.
Bagian-bagian terjadi dalam suatu keseluruhan. Bagian-bagian itu hanya bermakna
dalam rangka keseluruhan tadi. Dengan demikian keseluruhan yang memberikan
makna terhadap suatu bagian, misal : sebuah ban mobil hanya bemakna kalau menjadi
bagian dari mobil, sebagai roda. Sebuah papan tulis hanya bermakna sebagai
papan tulis kalau ia berada dalam kelas, sebuah tiang kayu hanya bermakna
sebagai tiang kalau menjadi satu dari rumah dan sebagainya.
3)
Individuasi bagian-bagian dari keseluruhan. Mula-mula
anak melihat sesuatu sebagai keseluruhan. Bagian-bagian dilihat dalam hubungan
fungsional dengan keseluruhan. Tetapi lambat laun ia mengadakan deferensiasi
bagian-bagian itu dari keseluruhan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil atau
kesatuan yang lebih kecil contoh: mula-mula anak melihat mengenal wajah ibunya
sebagai keseluruhan kesatuan. Lambat laun dia dapat memisahkan mana mata ibu,
mana hidung ibu, mana telinga ibu, kemudian ia melihat bahwa wajah ibunya itu
cantik atau jelek, atau menarik dan sebagainya.
4)
Anak belajar dengan menggunakan pemahaman atau
insight. Pemahaman adalah kemampuan melihat hubungan-hubungan antara berbagai
faktor atau unsur dalam situasi yang problematis, seperti simpanse dapat
melihat hubungan antara beberapa buah kotak menjadi sebuah tangan untuk
mengambil buah pisang karena ia sedang lapar.
Tokoh
psikologi gestalt ini antara lain adalah Kohler, Koffka dan Wertheimer. Menurut
pandangan psikologi gestalt, belajar terdiri atas hubungan stimulus respon yang
sederhana tanpa adanya pengulangan ide atau proses berfikir.
Psikologi
kognitif mulai berkembang dengan lahimya teori belajar Gestalt ini. Peletak
dasar psikologi gestalt adalah Mex Wertheimer (1880-1943) yang meneliti tentang
pengamatan dan problem solving. Sumbangannya ini diikuti oleh Kurt koffka
(1886-1941) yang menguraikan secara terperinci tentang hukum-hukum pengamatan,
kemudian Wollgang Kohler (1887-1959) yang meneliti tentang insight pada
simpanse. Penelitian-penelitian mereka menumbuhkan psikologi gestalt yang
menekankan bahasan pada masalah konfigurasi, struktur dan pemetaan dalam
pengalaman. Kaum gestalt berpendapat, bahwa pengalaman itu berstruktur yang
terbentuk dalam suatu keseluruhan. Orang yang belajar, mengamati stimuli dalam
keseluruhan yang terorganisasi, bukan dalam bagian-bagian yang terpisah.
Suatu
konsep yang penting dalam teori gestalt adalah tentang "insight",
yaitu pengamatan/pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar
bagian-bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Insight itu sering
dihubungkan dengan pemyataan spontan "aha" atau "oh",
“sec-now".
Kohler
(1927) menemukan tumbuhnya insight pada seekor simpanse dengan menghadapkan
simpanse pada masalah bagaimana memperoleh pisang yang terletak di luar
kurungan atau tergantung di atas kurungan. Dalam eksperimen itu Kohler
mengamati, bahwa kadangkala simpanse dapat memecahkan masalah secara mendadak,
kadangkala gagal meraih pisang, kadang kala duduk merenungkan masalah, dan
kemudian secara tiba-tiba menemukan pemecahan masalah.
Wertheimer
(1945) menjadi orang gestalt yang mula-mula menghubungkan pekerjaannya
dengan proses belajar di kelas. Dari pengamatannya itu. ia menyesalkan
penggunaan metode menghafal di sekolah dan menghendaki agar murid belajar
dengan pengertian bukan hafalan akademis.
Menurut
pandangan gestaltis, semua kegiatan belajar (baik pada simpanse maupun pada
manusia) menggunakan insight atau pemahaman terhadap hubungan-hubungan,
terutama hubungan-hubungan antara bagian dengan keseluruhan. Menurut psikologi
gestalt, tingkat kejelasan atau keberartian dari apa yang diamati dalam situasi
belajar adalah lebih meningkatkan belajar seseorang daripada dengan hukuman dan
ganjaran.
Menurut
psikologi gestalt setiap pengalaman itu senantiasa struktur. Setiap respon yang
diberikan oleh seseorang terhadap stimulan, sebenamya tidak tertuju kepada
suatu bagian melainkan teriuju kepada sesuatu yang bersifat kompleks.
Adapun
hukum-hukum belajar menurut psikologi adalah sebagai berikut :
a.
Hukum kesamaan (law of similarity). Menurut
hukum ini, sesuatu yang sama cenderung membentuk satu kesatuan. Perhatikan
gambar berikut ini:
$ Y
@ h
$ Y
@ h
$ Y
@ h
b.
Hukum penuh makna (law of pragnanz). Menurut
hukum ini, pengamatan terhadap sesuatu objek cenderung dikaitkan dengan makna
objek tersebut bagi seseorang. Makna objek tersebut bagi seseorang, bisa berupa
bentuknya, ukurannya, warnanya dan sebagainya.
c.
Hukum kedekatan ( law of proximity ). Menurut
hukum ini, sesuatu yang berdekatan cenderung membentuk satu kesatuan, periksa
gambar berikut ini
|| || || ||
|| || || ||
ab cd ef gh
d.
Hukum ketutupan (law of closure ). Menurut
hukum ini, hal-hal yang tertutup membentuk suatu kesatuan. Perhatikan gambar
berikut
ù é ù é ù é
½ ½ ½ ½ ½ ½
û ë û ë û ë
a
b c d e f
e.
Hukum-hukum kontinyutas ( law of goof continuation )
Menurut
hukum ini, hal-hal yang merupakan kontinyuitas membentuk suatu kesatuan.
Menurut
psikologi gestalt, wawasan atau yang lazim disebut sebagai insight dipandang
sebagai inti belajar. Oleh karena itu, dalam belajar yang mestinya ditanamkan
adalah pengertian siswa mengenai sesuatu yang harus dipelajari.
0 komentar:
Posting Komentar