Proximity

Pendapat dan penilaian setiap individu baik pada individu lain maupun dalam menanggapi suatu hal, tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional. Setiap individu merupakan mahluk emosional dan dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam menentukan pilihan, pendapat dan memberi penilaian. Oleh karena itu, ketika kita menyenangi seseorang ataupun tertarik pada sesuatu hal, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengannya secara positif, sebaliknya, jika kita membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif. Istilah yang menggambarkan hal ini disebut dengan proximity.

Proximity adalah salah satu unsur nilai yang menunjukkan kekuatan seseorang terhadap peristiwa atau suatu hal. Terkait dengan penelitian yang dilakukan, proximity diartikan sebagai salah satu unsur nilai pesan yang menunjukkan kekuatan pembaca terhadap peristiwa yang dijadikan berita. Beberapa jenis proximity atau kedekatan yaitu kedekatan budaya, kedekatan psikologis, kedekatan sosial, dan kedekatan politis.

Kedekatan budaya (cultural proximity) ditunjukkan oleh jarak karena adanya unsur budaya seperti bahasa, kesenian, dan upacara keagamaan (Ecip:1990). Koentjoro dalam Ecip (1990) mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. Kebudayaan melingkupi atau terdiri atas 7 unsur yang universal yaitu: sistem religi dan upacara keagamaan; sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan; bahasa; kesenian; sistem mata pencaharian hidup; dan sistem teknologi dan peralatan.

Mulyana dalam Panuju (2002), mengemukakan enam unsur budaya seperti yang ditulis Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, yang secara langsung mempengaruhi persepsi kita menanggapi orang lain dalam berkomunikasi yakni; kepercayaan (beliefs), nilai (values), dan sikap (attitudes); pandangan dunia (worldviews); organisasi sosial (social organization); tabiat manusia (human natural); orientasi kegiatan (activity orientation); dan persepsi tentang diri dan orang lain (perception of self and others). 

Terhadap orang lain, seringkali sesorang melakukan komunikasi sedemikian dekatnya karena memiliki identitas budaya yang sama. Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, sosioekonomi, agama dan ideologi cenderung saling menyukai dan memiliki tingkat kedekatan atau keintiman yang tinggi.

Kedekatan psikologis (psychological proximity) adalah kedekatan berdasar jarak dengan ukuran psikologis (Ecip:1990). Secara analogis, teori identifikasi dapat digunakan untuk menopang kedekatan psikologis. Konsep identifikasi berasal dari psikoanalisis. Identifikasi dihubungkan dengan proses bawah sadar yang dilalui seseorang dengan meniru karakteristik (sikap, pola, perilaku, emosi) orang lain.

Dalam perspektif psikologis, diyakini bahwa tidak ada individu yang identik dengan individu yang lain. Apa yang dianggap sama, sesungguhnya hanyalah kemiripan-kemiripan. Kemiripan-kemiripan itu bisa meliputi preferensi, nilai, hobi, kepentingan, pengalaman, selera, kerangka berpikir, dan sebagainya. Oleh karena adanya kecenderungan memiliki kerangka berpikir dan perilaku yang sama, maka secara tidak langsung turut mempengaruhi bentuk dan cara responnya terhadap stimulus yang menghampirinya. Hal inilah yang menyebabkan tidak pernah ada persepsi yang objektif, karena persepsi yang ada dalam diri seseorang merupakan proses kognitif psikologis yang didalamnya tecermin sikap, kepercayaan, nilai, dan pengharapan yang telah dimiliki sebelumnya (Panuju:2002).

  Kedekatan psikologis juga mengacu pada kesamaan sikap, pola, perilaku dan emosi yang tecermin pada isi pesan yang dikomunikasikan. Kesamaan isi pesan berfungsi sebagai objek yang dijadikan sasaran identifikasi diri pembaca. Pembaca merasa dekat, meski secara geografis mungkin saja tempat kejadiannya berjarak jauh.

Kedekatan sosial (social proximity) adalah kedekatan yang ditunjukkan oleh jarak yang diukur secara sosial (Ecip:1990). Kedekatan sosial menunjukkan ikatan kelembagaan atau organisatoris (kelompok). Dengan menggunakan teori Tonnies yang dikutip oleh J. Bouman, menurut A. Muis dalam Ecip (1990), kedekatan sosial mengandung arti perasaan simpati seseorang terhadap obyek berita yang dibacanya karena hubungan kelompok atau institusional. Selanjutnya, derajat kedekatan itu tergantung dengan sifat ikatan kelompok. Pembaca yang berstatus sama dengan objek berita akan merasa dekat dengan objek berita tersebut. Terbentuknya kedekatan sosial karena adanya identitas sosial yang sama. Identitas sosial terbentuk sebagai akibat dari keanggotaan kita dalam suatu kelompok kebudayaan kita. Tipe kelompok itu antara lain; umur, gender, kerja, agama, kelas sosial, dan wilayah atau tempat. 

Kedekatan politis merupakan jarak yang ditentukan oleh paham ideologi politik tertentu. Menurut Miriam Budiarjo dalam Ecip (1990), politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem dan melaksanakan tujuan-tujuannya itu. 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Serba Ada Blog Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger