Di dalam hidup ini, sebenarnya kita merupakan wujud dari 3 orang
yang harus berusaha menyatukannya menjadi 1 orang.
- Kita (1 orang) dalam pandangan kita sendiri.
- Kita (1 orang) dalam pandangan manusia.
- Kita (1 orang) dalam pandangan Sang Pencipta.
Sebenarnya ini hanya pendekatan filosofi saja, untuk memperjelas
bahwa manusia dalam hidup memiliki hubungan Vertikal dan Horizontal. Hubungan
Vertikal dengan Sang Pencipta, hubungan Horizontal dengan orang-orang di
sekitar dan dengan diri kita sendiri.
Artinya seseorang yang ingin bahagia, harus
memenuhi 3 target: Target positif dari kita sendiri, target positif dari
orang-orang sekitar kita, dan target positif dari Sang Pencipta.
1. Target Positif dari kita sendiri
Saya pernah menjumpai orang yang mendapat
apresiasi begitu besar dari orang-orang di sekitarnya, tetapi sang pemilik
tubuh sendiri merasa bahwa banyak hal yang belum dia miliki, di saat yang
bersamaan orang-orang menyanjung dia sebagai sosok super (hebat). Tapi dia
masih memandang dirinya dengan pandangan yang negatif dan itu mempengaruhi
jiwanya secara kuat, sehingga yang dia rasakan kemudian bahwa kebahagiaan dan
kenyamanan yang dia dambakan tidak seperti yang dia harapkan.
2. Target Positif dari orang-orang di sekitar kita
Poin ke dua mempunyai sisi yang berbeda dari
poin pertama, dimana kita menyanjung diri kita dengan berlebihan, di saat yang
bersamaan orang-orang memandang kita sebagai sumber masalah, atau pun kita dan
orang-rang yang ada di sekitar kita memandang diri kita pada posisi yang tidak
nyaman. Poin ini juga punya potensi besar untuk membuat seseorang tidak
bahagia.
3. Target positif dari Sang Pencipta
Poin terakhir tentunya bisa dipahami secara
lebih mudah, ketika seseorang jauh dari jalan yang telah ditentukan Allah,
jelas kebahagiaan tidak akan pernah datang, kalau pun kebahagiaan itu kita
rasakan, tentunya hanya bersifat sementara saja.
Itulah yang saya maksud, agar ke tiga poin ini memiliki nilai yang sama atau nilai positif yang harus kita wujudkan. Positif dalam pandangan kita sendiri, manusia dan Allah. Jika satu saja dari poin yang telah saya sebutkan di atas berkurang, biasanya kebahagiaan akan sulit diraih.
Itulah yang saya maksud, agar ke tiga poin ini memiliki nilai yang sama atau nilai positif yang harus kita wujudkan. Positif dalam pandangan kita sendiri, manusia dan Allah. Jika satu saja dari poin yang telah saya sebutkan di atas berkurang, biasanya kebahagiaan akan sulit diraih.
Jadi 3 hal yang bertumpu pada satu tubuh
tersebut semuanya harus memiliki nilai positif, ketika satu poin saja dari ke
tigal hal di atas menunjukkan nilai negative. Maka keutuhan seseorang akan
hilang, dan saat itulah manusia akan sangat sulit menuju yang namanya bahagia.
Logikanya begini, Kalau ketiga poin di atas
kita terjemahkan seperti rumah, maka kita sedang berbicara tentang Fondasi,
Tiang dan Atap. Rumah yang nyaman tentunya punya ketiga unsur tersebut, jika
salah satu dari unsur tersebut hilang, rumah yang dimaksud tentunya juga tidak
bisa lagi dikategorikan sebagai rumah yang nyaman.
Bagaimana mungkin sebuah rumah tanpa tiang atau tanpa fondasi atau tanpa atap. Anda pasti bisa membayangkan bagaimana tidak enaknya rumah yang dihuni dalam keadaan seperti itu.
Bagaimana mungkin sebuah rumah tanpa tiang atau tanpa fondasi atau tanpa atap. Anda pasti bisa membayangkan bagaimana tidak enaknya rumah yang dihuni dalam keadaan seperti itu.
Jadi untuk sebuah kata bahagia, manusia harus
menentukan value (nilai) positif untuk dirinya sendiri, mempengaruhi orang lain
melalui tindakan yang baik dan bijak untuk memandang diri kita sebagai pribadi
yang positif, dan menjalankan amanah Sang Pencipta melalui tuntutan syara’ agar
terbentuknya kepribadian yang positif.
Intinya, jika seseorang juga belum siap ke arahsana , baik Anda ataupun
Saya tidak usah bermimpi untuk “BAHAGIA” … Yakinlah!
Intinya, jika seseorang juga belum siap ke arah
0 komentar:
Posting Komentar