Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia,
dan hampir 100.000 zat kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa
zat kimia tersebut dibuang ke badan air atau air tanah. Sebagai contoh adalah
pestisida yang biasa digunakan di pertanian, industri atau rumah tangga,
detergen yang biasa digunakan di rumah tangga atau PCBs yang biasa digunakan
pada alat-alat elektronik.
Erat
kaitannya dengan masalah indikator pencemaran air, ternyata komponen pencemaran
air turut menentukan bagaimana indikator tersebut terjadi. Menurut Wardhana
(1995), komponen pencemaran air dapat dikelompokkan sebagai bahan buangan:
1. padat
2.
organic dan olahan bahan makanan
3.
anorganik
4.
cairan berminyak
5.
berupa panas
6.
zat kimia.
Bahan buangan padat
Yang
dimaksud bahan buangan padat adalah adalah bahan buangan yang berbentuk padat,
baik yang kasar atau yang halus, misalnya sampah. Buangan tersebut bila dibuang
ke air menjadi pencemaran dan akan menimbulkan pelarutan, pengendapan ataupun
pembentukan koloidal.
Apabila
bahan buangan padat tersebut menimbulkan pelarutan, maka kepekatan atau berat
jenis air akan naik. Kadang-kadang pelarutan ini disertai pula dengan perubahan
warna air. Air yang mengandung larutan pekat dan berwarna gelap akan mengurangi
penetrasi sinar matahari ke dalam air. Sehingga proses fotosintesa tanaman
dalam air akan terganggu. Jumlah oksigen terlarut dalam air menjadi berkurang,
kehidupan organisme dalam air juga terganggu.
Terjadinya
endapan di dasar perairan akan sangat mengganggu kehidupan organisme dalam air,
karena endapan akan menutup permukaan dasar air yang mungkin mengandung telur
ikan sehingga tidak dapat menetas. Selain itu, endapan juga dapat menghalangi
sumber makanan ikan dalam air serta menghalangi datangnya sinar matahari.
Pembentukan
koloidal terjadi bila buangan tersebut berbentuk halus, sehingga sebagian ada
yang larut dan sebagian lagi ada yang melayang-layang sehingga air menjadi
keruh. Kekeruhan ini juga menghalangi penetrasi sinar matahari, sehingga
menghambat fotosintesa dan berkurangnya kadar oksigen dalam air.
Bahan buangan organic dan olahan bahan makanan
Bahan
buangan organic umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi
oleh mikroorganisme, sehingga bila dibuang ke perairan akan menaikkan populasi
mikroorganisme. Kadar BOD dalam hal ini akan naik. Tidak tertutup kemungkinan
dengan berambahnya mikroorganisme dapat
berkembang pula bakteri pathogen yang berbahaya bagi manusia. Demikian
pula untuk buangan olahan bahan makanan yang sebenarnya adalah juga bahan
buangan organic yang baunya lebih menyengat. Umumnya buangan olahan makanan
mengandung protein dan gugus amin, maka bila didegradasi akan terurai menjadi
senyawa yang mudah menguap dan berbau busuk (misal. NH3).
Bahan buangan anorganik
Bahan
buangan anorganik sukar didegradasi oleh mikroorganisme, umumnya adalah logam.
Apabila masuk ke perairan, maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam dalam
air. Bahan buangan anorganik ini biasanya berasal dari limbah industri yag
melibatkan penggunaan unsure-unsur logam seperti timbal (Pb), Arsen (As),
Cadmium (Cd), air raksa atau merkuri (Hg), Nikel (Ni), Calsium (Ca), Magnesium
(Mg) dll.
Kandungan
ion Mg dan Ca dalam air akan menyebabkan air bersifat sadah. Kesadahan air yang
tinggi dapat merugikan karena dapat merusak peralatan yang terbuat dari besi
melalui proses pengkaratan (korosi). Juga dapat menimbulkan endapan atau kerak
pada peralatan.
Apabila
ion-ion logam berasal dari logam berat maupun yang bersifat racun seperti Pb,
Cd ataupun Hg, maka air yang mengandung ion-ion logam tersebut sangat berbahaya
bagi tubuh manusia, air tersebut tidak layak minum.
Bahan buangan cairan berminyak
Bahan
buangan berminyak yang dibuang ke air lingkungan akan mengapung menutupi
permukaan air. Jika bahan buangan minyak mengandung senyawa yang volatile, maka
akan terjadi penguapan dan luas permukaan minyak yang menutupi permukaan air
akan menyusut. Penyusutan minyak ini tergantung pada jenis minyak dan waktu.
Lapisan minyak pada permukaan air dapat terdegradasi oleh mikroorganisme
tertentu, tetapi membutuhkan waktu yang lama.
Lapisan
minyak di permukaan akan mengganggu mikroorganisme dalam air. Ini disebabkan lapisan tersebut
akan menghalangi diffusi oksigen dari udara ke dalam air, sehingga oksigen
terlarut akan berkurang. Juga lapisan tersebut akan menghalangi masuknya sinar
matahari ke dalam air, sehingga fotosintesapun terganggu. Selain itu, burungpun
ikut terganggu, karena bulunya jadi lengket, tidak dapat mengembang lagi akibat
kena minyak.
Bahan buangan berupa panas (polusi thermal)
Perubahan
kecil pada temperatur air lingkungan bukan saja dapat menghalau ikan atau
spesies lainnya, namun juga akan mempercepat proses biologis pada tumbuhan dan
hewan bahkan akan menurunkan tingkat oksigen dalam air. Akibatnya akan terjadi
kematian pada ikan atau akan terjadi kerusakan ekosistem. Untuk itu, polusi
thermal inipun harus dihindari. Sebaiknya industri-industri jika akan membuang air buangan ke perairan harus
memperhatikan hal ini.
Bahan buangan zat kimia
Bahan
buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi dalam bahan pencemar air ini akan
dikelompokkan menjadi :
a.
Sabun (deterjen, sampo dan bahan pembersih lainnya),
b.
Bahan pemberantas hama (insektisida),
c.
Zat warna kimia,
d.
Zat radioaktif
a. Sabun
Adanya
bahan buangan zat kimia yang berupa sabun (deterjen, sampo dan bahan pembersih
lainnya) yang berlebihan di dalam air ditandai dengan timbulnya buih-buih sabun
pada permukaan air. Sebenarnya ada perbedaan antara sabun dan deterjen serta
bahan pembersih lainnya. Sabun berasal dari asam lemak (stearat, palmitat atau
oleat) yang direaksikan dengan basa Na(OH) atau K(OH), berdasarkan reaksi kimia
berikut ini :
C17H35COOH
+ Na(OH) → C17H35COONa
+ H2O
Asam
stearat basa sabun
Sabun natron (sabun keras) adalah
garam natrium asam lemak seperti pada contoh reaksi di atas. Sedangkan sabun
lunak adalah garam kalium asam lemak yang diperoleh dari reaksi asam lemak
dengan basa K(OH). Sabun lemak diberi pewarna yang menarik dan pewangi (parfum)
yang enak serta bahan antiseptic seperti pada sabun mandi. Beberapa sifat sabun
antara lain adalah sebagai berikut :
a.
Larutan sabun mempunyai sifat membersihkan karena dapat mengemulsikan
kotoran yang melekat pada badan atau pakaian
b.
Sabun dengan air sadah tidak dapat membentuk busa, tapi akan membentuk
endapan :
2
(C17H35COONa) + CaSO4 → (C17H35COO)2Ca + Na2SO4
endapan
c. Larutan sabun bereaksi basa karena
terjadi hidrolisis sebagian.
Sedangkan
deterjen adalah juga bahan pembersih sepeti halnya sabun, akan tetapi dibuat
dari senyawa petrokimia. Deterjen mempunyai kelebihan dibandingkan dengan
sabun, karena dapat bekerja pada air sadah. Bahan deterjen yang umum digunakan
adalah dedocylbenzensulfonat. Deterjen dalam air akan mengalami ionisassi
membentuk komponen bipolar aktif yang akan mengikat ion Ca dan/atau ion Mg pada
air sadah. Komponen bipolar aktif terbentuk pada ujung dodecylbenzen-sulfonat.
Untuk dapat membersihkan kotoran dengan baik, deterjen diberi bahan pembentuk
yang bersifat alkalis. Contoh bahan pembentuk yang bersifat alkalis adalah
natrium tripoliposfat.
Bahan
buangan berupa sabun dan deterjen di dalam air lingkungan akan mengganggu
karena alasan berikut :
- Larutan sabun akan menaikkan pH air sehingga dapat menggangg kehidupan organisme di dalam air. Deterjen yang menggunakan bahan non-Fosfat akan menaikkan pH air sampai sekitar 10,5-11
- Bahan antiseptic yang ditambahkan ke dalam sabun/deterjen juga mengganggu kehidupan mikro organisme di dalam air, bahkan dapat mematikan
- Ada sebagian bahan sabun atau deterjen yang tidak dapat dipecah (didegradasi) oleh mikro organisme yang ada di dalam air. Keadaan ini sudah barang tentu akan merugikan lingkungan. Namun akhir-akhir ini mulai banyak digunakan bahan sabun/deterjen yang dapat didegradsi oleh mikroorganisme
b. Bahan
pemberantas Hama
Pemakaian
bahan pemberantas hama (insektisida) pada lahan pertanian seringkali mekiputi
daerah yang sangat luas, sehingga sisa insektisida pada daerah pertanian
tersebut cukup banyak. Sisa bahan insektisida tersebut dapat sampai ke air
lingkungan melalui pengairan sawah, melalui hujan yang jatuh pada daerah
pertanian kemudian mengalir ke sungai atau danau di sekitarnya. Seperti halnya
pada pencemaran udara, semua jenis bahan insektisida bersifat racun apabila
sampai kedalam air lingkungan.
Bahan insektisida dalam air sulit
untuk dipecah oleh mikroorganisme, kalaupun biasanya hal itu akan berlangsung
dalam waktu yang lama. Waktu degradasi oleh mikroorganisme berselang antara
beberapa minggu sampai dengan beberapa tahun. Bahan insektisida seringkali
dicampur dengan senyawa minyak bumi sehingga air yang terkena bahan buangan
pemberantas hama ini permukaannya akan tertutup lapisan minyak
c. Zat Warna Kimia
Zat
warna dipakai hampir pada semua industri. Tanpa memakai zat warna, hasil atau
produk industri tidak menarik. Oleh karena itu hampir semua produk
memanfaatkannya agar produk itu dapat dipasarkan dengan mudah.
Pada dasarnya semua zat warna adalah
racun bagi tubuh manusia. Oleh karena itu pencemaran zat warna ke air
lingkungan perlu mendapat perhatian sunggh-sungguh agar tidak sampai masuk ke
dalam tubuh manusia melalui air minum. Ada zat warna tertentu yang relatif aman
bagi manusia, yaitu zat warna yang digunakan pada industri bahan makanan dan
minuman, industri farmasi/obat-obatan.
Zat
warna tersusun dari chromogen dan auxochrome. Chromogen merupakan senyawa
aromatic yang berisi chromopore, yaitu zat pemberi warna yang berasal dari
radikal kimia, misal kelompok nitroso (-NO), kelompok azo (-N=N-), kelompok
etilen (>C=C<) dan lain lain. Macam-macam warna dapat diperoleh dari
penggabungan radikal kimia tersebut di atas dengan senyawa lain. Sedangkan auxochrome
adalah radikal yang memudahkan terjadinya pelarutan, sehingga zat warna dapat
mudah meresap dengan baik ke dalam bahan yang akan diberi warna. Contoh
auxochrome adalah –COOH atau –SO3H atau kelompok pembentuk garam –NH2
atau –OH.
Zat
warna dapat pula diperoleh dari senyawa anorganik dan mineral alam yang disebut
dengan pigmen. Ada pula bahan tambahan yang digunakan sesuai dengan fungsinya,
misalnya bahan pembentuk lapisan film (misal, bahan vernis, emulsi lateks),
bahan pengencer (misal, terpentin, naftalen), bahan pengering (missal, Co, Mn,
naftalen), bahan anti mengelupas (missal, polihidroksi fenol) dan bahan
pembentuk elastic (misal, minyak).
Berdasarkan
bahan susunan zat warna dan bahan-bahan yang ditambahkan, dapat dimengerti
bahwa hampir semua zat warna kimia adalah racun. Apabila masuk ke dalam tubuh
manusia dapat bersifat cocarcinogenik,
yaitu merangsang tumbuhnya kanker. Oleh sebab itu, pembuangan zat kimia ke air
lingkungan sangatlah berbahaya. Selain sifatnya racun, zat warna kimia juga
akan mempengaruhi kandungan oksigen dalam air mempengaruhi pH air lingkungan,
yang menjadikan gangguan bagi mikroorganisme dan hewan air.
d. Zat radioaktif
Tidak
tertutup kemungkanan adanya pembuangan sisa zat radioaktif ke air lingkungan
secara langsung. Ini dimungkinkan karena aplikasi teknologi nuklir yang
menggunakan zat radioaktif pada berbagai bidang sudah banyak dikembangkan,
sebagai contoh adalah aplikasi teknologinuklir pada bidang pertanian,
kedokteran, farmasi dan lain lain. Adanya zat radioaktif dalam air lingkungan
jelas sangat membahayakan bagi lingkungan dan manusia. Zat radioaktif dapat
menimbulkan kerusakan biologis baik melalui efek langsung atau efek tertunda.
0 komentar:
Posting Komentar