Untuk mendukung keberhasilan pendidikan karakter, perlu dilakukan sosialisasi tentang moral dasar yang perlu dimiliki anak dan remaja untuk mencegah remaja melakukan kejahatan yang dapat merugikan diri remaja itu sendiri maupun orang lain. Melalui pendidikan karakter akan tertanam nilai-nilai karakter yang baik di dalam diri individu. Nilai-nilai karakter yang baik akan menuntun seseorang dalam berperilaku sehari-hari. Pendapat tersebut senada dengan yang disampaikan Wibowo (2012: 36) bahwa pendidikan karakter merupakan proses pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur, dan menerapkan serta mempraktikan dalam kehidupannya, baik di lingkungan keluarga, warga masyarakat, maupun warga negara.
Pendidikan karakter tidak dapat dilakukan di dalam suatu ruang hampa (vacuum tube) yang bebas nilai karena karakter sangat erat (bounded) dengan kehidupan (Suryadi, 2012: 96). Berdasarkan penjelasan tersebut maka pendidikan karakter di sekolah tidak akan berhasil jika pembelajarannya hanya berupa hafalan secara verbalistik saja. Tidak ada jaminan jika pendidikan karakter itu berdiri sendiri sebagai mata pelajaran, maka akan berhasil dengan baik. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah hendaknya dapat dilakukan dengan mengintegrasikan ke dalam mata pelajaran.
Ajat Sudrajat dan Ari Wibowo (2013) menjelaskan bahwa untuk membangun karakter peserta didik sekolah perlu menerapkan tiga program, yaitu
- kultur sekolah bermutu yang mencakup mutu input, mutu akademik, dan mutu nonakademik;
- kultur sekolah Islam dengan fokus penanaman karakter religius, keterbukaan, kepedulian, kebersamaan, dan kerja sama;
- kultur disiplin dengan fokus penanaman karakter antara lain religius.
Pendidikan karakter disiplin merupakan hal penting untuk diperhatikan dalam rangka membina karakter seseorang. Berbekal nilai karakter disiplin akan mendorong tumbuhnya nilai- nilai karakter baik lainnya, seperti tanggung jawab, kejujuran, kerjasama, dan sebagainya.
Curvin & Mindler (1999:12) mengemukakan bahwa ada tiga dimensi disiplin, yaitu
- disiplin untuk mencegah masalah;
- disiplin untuk memcahkan masalah agar tidak semakin buruk; dan
- disiplin untuk mengatasi siswa yang berperilaku di luar kontrol.
Program Pendidikan Karakter
Program pendidikan karakter merupakan salah satu program sekolah yang dilaksanakan di SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta. Di dalam program pendidikan karakter ini salah satu yang dikembangkan adalah karakter disiplin.
Penyusunan program pendidikan karakter dilakukan dengan melibatkan guru, orang tua, dan siswa. Hal ini mengingat bahwa untuk mendukung keberhasilan program pendidikan karakter perlu campur tangan baik dari pihak sekolah (guru), orang tua, dan masyarakat. Keterlibatan dari ketiga komponen tersebut dalam pendidikan karakter sesuai dengan pendapat.
Krischenbaum (1995:3) bahwa pendidikan karakter bukanlah tanggung jawab segelintir orang saja, tetapi perlu melibatkan komponen lain sseperti halnya orang tua, pendidik, institusi agama, organisasi kepemudaan. Masing-masing komponen yang mendukung keberhasilan pendidikan karakter tersebut harus saling bekerja sama. Demikian pula yang terjadi di SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta bahwa orang tua perlu ikut serta terlibat secara aktif dalam mendukung keberhasilan program pendidikan karakter yang dibuat oleh sekolah.
Menetapkan Aturan Sekolah dan Aturan Kelas
Berbicara masalah kedisiplinan, maka tidak dapat dilepaskan dengan pembicaraan tentang aturan. Di SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta aturan yang berlaku mencakup dua yaitu aturan sekolah dan aturan kelas. Keduanya memiliki peran yang cukup penting dalam mendisiplinkan seluruh komunitas sekolah ini. Aturan sekolah maupun aturan kelas berisi tentang berbagai hal terkait dengan tuntunan anggota komunitas di sekolah ini dalam berperilaku sehari-hari. Dengan adanya aturan sekolah
maupun aturan kelas siswa akan memiliki pandangan yang jelas tentang apa saja yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan, serta konsekuensi/ sanksi terhadap pelanggaran aturan yang ada.
Aturan sekolah maupun aturan kelas berperan penting dalam mendisiplinkan siswa. Pentingnya aturan sekolah ini dikemukakan oleh Curvin & Mendler (1999:8) bahwa terjadinya perilaku tidak disiplin pada siswa salah satu faktor penyebabnya adalah pembatasan yang tidak jelas. Dengan dituangkannya aturan sekolah maupun aturan kelas ke dalam tata tertib sekolah, maka batasan-batasan perilaku siswa di sekolah menjadi jelas.
Pentingnya pembuatan aturan sekolah maupun aturan kelas ini sesuai dengan pendapat Chiu & Chow (2011:517) bahwa untuk menciptakan budaya disiplin di sekolah akan dipengaruhi salah satu faktor yaitu aturan sekolah dan norma-norma yang dapat mempengaruhi disiplin kelas. Dengan demikian, kebijakan SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta menetapkan aturan sekolah dan aturan kelas adalah
tepat untuk menciptakan budaya disiplin baik di lingkungan sekolah, maupun lingkungan kelas
khususnya.
Pendapat lain yang berkaitan dengan pentingnya aturan di sekolah adalah pendapat Nucci & Narvaez (2008:122) yang menjelaskan bahwa norma berfungsi untuk mengatur praktek dan menilai perilaku manusia. Demikian pula halnya dengan aturan sekolah. Aturan ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan tuntunan kepada warga sekolah tentang perbuatan apa saja yang seharusnya dilakukan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Demikian pula Curvin & Mindler (1999:20) menjelaskan bahwa aturan atau norma di kelas merupakan pusat untuk terlaksananya program kedisiplinan dan menjaga ketertiban.
Dalam membuat aturan kelas, siswa dilibatkan untuk mengembangkan penalaran moral siswa. Dalam pengembangan moralitas siswa perlu adanya tindakan dan komunikasi emosional antara siswa dan orang dewasa. Hal ini senada dengan pendapat Dahl, dkk., (2012:147) bahwa emosi dan komunikasi antara anak-anak dengan orang dewasa berpengaruh pada pembentukan sikap empati, dan belajar untuk memahami larangan. Oleh karena itu, agar anak lebih dapat memahami tentang mengapa perilaku tertentu dilarang atau tidak boleh dilakukan, ia perlu diajak berkomunikasi dengan melibatkan emosi yang sehat antara siswa dan guru.
Agar aturan sekolah maupun aturan kelas yang telah dibuat dapat dilaksanakan dengan baik, maka perlu dilakukan sosialisasi kepada orang tua siswa. Kegiatan ini dilakukan di awal tahun pelajaran oleh guru kelas. Kegiatan sosialisasi ini penting dilakukan agar orang tua dapat
menjaga konsistensi pemberlakuan aturan di sekolah dengan di rumah sehingga terjadi kontinyuitas dalam penegakkan disiplin yang dilakukan di sekolah dan di rumah.
Melakukan Sholat Dhuha dan Sholat Dhuhur Berjamaah
Salah satu kegiatan untuk menegakkan kedisiplinan di SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta adalah melalui kebijakan sholat berjamaah, yaitu untuk sholat dhuha dan sholat dhuhur. Melalui kegiatan sholat berjamaah ini siswa dilatih untuk tertib dalam melakukan ibadah, baik mulai persiapan, pelaksanaan hingga mengakhiri ibadah. Kegiatan sholat berjamaah ini diwarnai dengan pembiasaan-pembiasaan yang berkaitan dengan pengkondisian siwa untuk berdisiplin dalam beribadah.
Membuat Pos Afektif di Setiap Kelas
Pos afektif merupakan salah satu kebijakan yang dilakukan SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta guna menginternalisasikan nilai-nilai karakter kepada siswa, termasuk di dalamnya nilai karakter disiplin. Istilah pos afektif di sini digunakan untuk menyebut kegiatan di pagi hari yang berisikan pembiasaan dalam penyambutan siswa di pagi hari. Kegiatan ini diwarnai dengan berbagai hal terkait dengan penciptaan perilaku disiplin siswa. Kegiatan ini tidak hanya menjadi tanggung jawab guru kelas semata, tetapi lebih pada melibatkan siswa secara aktif dalam melakukan penyambutan kepada teman-temannya di pagi hari.
Kegiatan pos afektif akan difokuskan pada pembinaan kepada siswa dalam hal berperilaku tertib dalam memasuki kelas, melangkah, mengucap salam, berjabat tangan, meletakkan tas, dan sebagainya. Pada pagi hari guru kelas bersama siswa yang bertugas di hari itu sudah siap di depan kelas untuk melakukan penyambutan terhadap siswa yang datang di kelas.
Melalui kegiatan pos afektif ini siswa dilibatkan secara aktif dalam penegakan disiplin di SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta. Menurut Marlene Lockheed dan Andrian Verspoor seperti dijelaskan oleh Suryadi (2012: 105-106) pelibatan siswa secara aktif dalam rangka untuk menciptakan kedisiplinan di sekolah merupakan tahap application stage, yaitu suatu tahap di mana siswa dilibatkan dalam kegiatan atau aplikasi atas pembiasaan dan pemahaman mengenai karakter dalam situasi yang nyata di sekolah. Melalui kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif tersebut, maka diharapkan siswa akan memiliki konsep pembiasaan dan pemahaman terhadap karakter disiplin
yang sedang digalakkan oleh sekolah dalam kegiatan yang senyatanya, tidak terbatas pada konsep-konsep disiplin secara abstrak.
Memantau Perilaku Kedisiplinan Siswa di Rumah Melalui Buku Catatan Kegiatan Harian
Buku catatan kegiatan harian merupakan salah satu kebiajakan yang dilakukan di SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta untuk memantau perilaku disiplin siswa di rumah. Buku
ini merupakan alat bagi guru untuk memantau kegiatan siswa di rumah dalam hal disiplin beribadah, belajar, dan kegiatan lain yang terkait dengan pengembangan disiplin siswa.
Adanya buku catatan kegiatan harian siswa bertujuan untuk menjaga konsistensi antara kegiatan siswa di sekolah dan di rumah. Konsistensi ini perlu dipantau dan dijaga untuk mendukung keberhasilan program pendidikan karakter disiplin yang sedang dikembangkan.
Devine (2002:310) mengemukakan bahwa dalam rangka untuk mendisiplinkan siswa perlu dilakukan kontrol waktu dan ruang sebagai alat untuk memonitoring perilaku siswa. Melalui kontrol ruang dan waktu diharapkan secara bertahap akan muncul kesadaran diri siswa untuk berperilaku disiplin.
Kebijakan adanya buku catatan kegiatan harian ini sebagai upaya untuk melakukan monitoring terhadap perilaku siswa di rumah yang mana tidak mungkin untuk diamati guru secara satu per satu. Untuk menjaga efektivitas penggunaan buku catatan kegiatan harian ini tidak hanya siswa yang diberitahu tentang bagaimana pengisiannya, tetapi kepada orang tua juga diinformasikan tentang makna dan bagaimana buku catatan kegiatan harian ini difungsikan agar dapat memberikan informasi yang tepat kepada sekolah tentang perilaku anak di rumah.
Memberikan Pesan-pesan Afektif di Berbagai Sudut Sekolah yang Mudah Dilihat oleh Warga Sekolah
Pesan afektif tidak hanya diberikan secara lisan kepada siswa, tetapi juga diberikan melalui pesan-pesan yang ditempel di berbagai sudut sekolah yang mudah ditemui siswa setiap saat. Pesan-pesan afektif ini penting diberikan kepada siswa agar siswa senantiasa mengingat perilaku disiplin yang harus dilakukan, sehingga mereka akan melaksanakannya dalam perilaku sehari-hari di sekolah.
Pembuatan papan tempel untuk pesan afektif ini merupakan upaya sekolah untuk mensosialisasikan nilai-nilai karakter disiplin kepada peserta didik. Sosialisasi ini diperlukan agar seluruh siswa mengetahui nilai-nilai karakter yang dikembangkan sekolah. Berbekal pengetahuan tentang nilai-nilai karakter disiplin yang dikembangkan, secara bertahap siswa akan menginternalisasikan nilai-nilai karakter tersebut dalam dirinya dan pada akhirnya mereka akan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai karakter yang terinternalisasi dalam dirinya tersebut.
Dalam proses internalisasi nilai karakter disiplin, sosialisasi tentang nilai-nilai karakter disiplin yang dikembangkan sekolah sangat penting dilakukan. Temuan tentang sosialisasi nilai karakter disiplin melalui pesan-pesan afektif yang ditempel di berbagai tempat di SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta ini didukung oleh pendapat Parsons (Ritzer & Goodman, 2010:125) bahwa persyaratan kunci bagi terpeliharanya integrasi pola nilai di dalam sistem adalah melalui proses sosialisasi dan internalisasi. Melalui proses sosialisasi tentang nilai karakter disiplin yang dikembangkan diharapkan
siswa akan memiliki pengetahuan tentang nilainilai karakter disiplin yang dikembangkan sekolah sehingga akan lebih mudah bagi mereka untuk menginternalisasi nilai-nilai tersebut dalam diri mereka masing-masing. Jika proses sosialisasi dan internalisasi nilai karakter disiplin ini berhasil, maka siswa akan memiliki kesadaran untuk berperilaku disiplin secara mandiri tanpa paksaan dari pihak manapun.
Melibatkan Orang Tua dalam Pendidikan Karakter Disiplin
Keterlibatan orang tua dalam mendukung keberhasilan pendidikan karakter disiplin yang dilakukan sekolah adalah hal penting yang tidak boleh diabaikan. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar orang tua dapat melakukan program pendidikan karakter disiplin yang dikembangkan di sekolah dalam kegiatan anak sehari-hari di rumah. di samping itu orang tua juga akan memberikan informasi tentang berbagai hal terkait dengan kegiatan atau perilaku anak di rumah. Jika perilaku tersebut positif, maka diberikan penguatan, sementara jika perilakunya menyimpang atau negatif, maka bersama- sama antara orang tua dan guru untuk mengatasinya.
Keterlibatan orang tua dalam pendidikan karakter disiplin ini sesuai dengan pendapat Sheldon & Epstein (2002: 4) yang menjelaskan bahwa hubungan kerjasama yang erat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat akan dapat meningkatkan perilaku disiplin siswa. Di samping itu, Chen & Gregory (2011:447) juga menjelaskan bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan siswa akan memiliki beberapa pengaruh positif yang ditunjukkan oleh indikator- indikator di antaranya perilaku siswa lebih lebih positif, nilai siswa menjadi lebih tinggi, kehadiran di sekolah lebih konsisten, dan lebih sedikit masalah disiplin.
Keterlibatan orang tua dalam pendidikan karakter disiplin dapat mencegah munculnya masalah perilaku siswa. Dengan demikian perilaku menyimpang atau perilaku tidak disiplin siswa dapat diminimalkan, ha ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Domina, (2005:233) bahwa keterlibatan orang tua keterlibatan orangtua tidak secara independen meningkatkan
pembelajaran anak-anak, tetapi beberapa kegiatan keterlibatan yang dilakukan dapat mencegah masalah perilaku. Hal senada dikemukakan juga oleh Sheldon dan Epstein (2002:4) bahwa keterlibatan antara orang tua dengan anak akan membantu untuk menurunkan kenakalan dan masalah perilaku siswa di sekolah.
Pentingnya keterlibatan orang tua dalam pendidikan karakter disiplin erat kaitannya dengan peran keluarga. Keluarga merupakan lingkungan terdekat dengan siswa dan sebagian besar waktu siswa habis di dalam lingkungan ini. Dengan demikian, keluarga memiliki peran yang besar dalam mengembangkan karakter disiplin anak dan memiliki porsi waktu yang banyak untuk mendisiplinkan anak.
Hal ini senada dengan pendapat Lickona (2012:48) yang menjelaskan bahwa keluarga merupakan tempat yang paling dekat untuk anak mendapatkan pembelajaran. Lickona menjelaskan bahwa prestasi seorang anak akan dapat meningkat jika kedua orang tuanya di rumah, memperoleh perawatan yang baik, kemanan, ada rangsangan untuk perkembangan intelektualitasnya, adanya
dorongan orang tua dalam hal pengaturan diri, adanya pembatasan terhadap anak dalam hal
menonton televisi, dan orang tua memonitor anak dalam hal mengerjakan PR. Berdasarkan pendapat tersebut, Lickona juga menjelaskan bahwa keluarga merupakan fondasi pengembangan intelektual dan moral.
Peran keluarga dalam mendisiplinkan siswa salah satunya adalah dengan melakukan kontrol terhadap perilaku anak di rumah. Dalam hal ini orang tua dapat melakukan kontrol terhadap kedisiplinan anak dalam hal menonton TV, main game, mengerjakan PR, belajar, beribadah, dan sebagainya. Jika ada perilaku anak yang menyimpang, maka orang tua perlu memberitahukan kepada pihak sekolah agar dapat dicari solusinya sehingga perilaku yang menyimpang dapat diatasi, dan anak kembali berperilaku sesuai dengan aturan yang ada.
0 komentar:
Posting Komentar