PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH: PENGALAMAN SEKOLAH KARAKTER

1. Visi dan Misi
Indonesia Heritage Foundation (IHF) adalah yayasan yang didirikan pada tahun 2000
yang bergerak dalam bidang Character Building (Pendidikan Karakter) yang diterapkan di
Sekolah Karakter (TK/SD/SMP), dan TK non-formal Semai Benih Bangsa (SBB). Visi IHF
“Membangun Bangsa Berkarakter” melalui pengkajian, pengembangan, dan pendidikan 9
pilar karakter. Misi IHF adalah mengembangkan dan menyebarluaskan sebuah model
pendidikan yang bertujuan untuk mengoreksi praktik-praktik umum yang dilakukan di
sekolah PAUD/TK, dan SD, termasuk SMP/SMA yang ternyata dapat membunuh karakter
anak.2 Maka, pendekatan model ini cukup komprehensift, karena yang ingin dihasilkan
adalah para siswa berkarakter mulia yang merupakan “habit of the mind” “habit of the heart”,
dan “habit of the hands”.

Model ini disebut “Pendidikan Holistik Berbasis Karkater” (Character-based Holistic
Education). Kurikulum yang digunakan adalah “Kurikulum Holistik Berbasis Karakter”
(Character-based Integrated Curriculum), yaitu kurikulum terpadu yang “menyentuh” semua
aspek kebutuhan anak, yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh dimensi manusia.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa manusia berkarakter adalah manusia yang
berkembang seluruh dimensinya secara utuh (holistik), sehingga manusia tersebut bisa
disebut holy (suci dan bijak). Akar kata holy, adalah whole (menyeluruh), sehingga arti holy
man adalah manusia yang berkembang secara utuh dan seimbang seluruh dimensinya.

Tujuan dari Model Pendidikan Holistik Berbasis Karakter adalah “Membangun
manusia holistik/utuh (whole person) yang cakap dalam menghadapi dunia yang penuh
tantangan dan cepat berubah, serta mempunyai kesadaran emosional dan spiritual bahwa
dirinya adalah bagian dari keseluruhan (the person within a whole)”.

2. Nilai-Nilai Karakter yang Ditanamkan Secara Eksplisit
Ada banyak kualitas karakter yang harus dikembangkan, namun untuk memudahkan
pelaksanaan, IHF mengembangkan konsep pendidikan 9 pilar karakter yang merupakan
nilai-nilai luhur universal (lintas agama, budaya dan suku). Diharapkan melalui internalisasi 9
pilar karakter ini, para siswa akan menjadi manusia yang cinta damai, tanggung jawab, jujur,
dan serangkaian akhlak mulia lainnya. Ada pun nilai-nilai 9 pilar karakter terdiri dari.

  1. Cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya
  2. Tanggung jawab, Kedisiplinan, dan Kemandirian
  3. Kejujuran
  4. Hormat dan Santun
  5. Kasih Sayang, Kepedulian, dan Kerjasama
  6. Percaya Diri, Kreatif, Kerja Keras, dan Pantang Menyerah
  7. Keadilan dan Kepemimpinan
  8. Baik dan Rendah Hati
  9. Toleransi, Cinta Damai, dan Persatuan

Metode penanaman 9 pilar karakter tersebut dilakukan secara eksplisit dan sistematis,
yaitu dengan knowing the good, reasoning the good, feeling the good, dan acting the good
ternyata telah berhasil membangun karakter anak. Dengan knowing the good anak terbiasa
berpikir hanya yang baik-baik saja. Reasoning the good juga perlu dilakukan supaya anak
tahu mengapa dia harus berbuat baik. Misalnya kenapa anak harus jujur, apa akibatnya
kalau anak jujur, dan sebagainya. Jadi anak tidak hanya menghafal kebaikan tetapi juga
tahu alasannya. Dan juga dengan feeling the good, kita membangun perasaan anak akan
kebaikan. Anak-anak diharapkan mencintai kebaikan. Lalu, dalam acting the good, anak
mempraktekkan kebaikan. Jika anak terbiasa melakukan knowing, reasoning, feeling, dan
acting the good lama kelamaan anak akan terbentuk karakternya.

3. Ciptakan Lingkungan yang Nyaman dan Menyenangkan
Model ini membangun lingkungan secara total agar tercipta lingkungan yang kondusif
untuk tumbuhnya siswa-siswa berkarakter. Lingkungan yang nyaman dan menyenangkan adalah mutlak diciptakan agar karakter anak dapat dibentuk. Hal ini erat kaitannya dengan pembentukan emosi positif anak, dan selanjutnya dapat mendukung proses pembentukan empati, cinta, dan akhirnya nurani/batin anak.

Sesuai dengan prinsip brain-based learning (pendidikan ramah otak), suasana yang
menyenangkan akan merangsang otak limbik mengeluarkan hormon-hormon “cinta”
(serotonin, dopamine, dll), yang akan membuat kerja bagian otak korteks menjadi optimal.
Sebaliknya, ketika suasana belajar penuh beban, ketakutan dan stress, tubuh akan
mengeluarkan hormon-hormon stress (misalnya cortisol), yang akan mengaktifkan bagian
batang otak (otak reptil), sehingga proses berfikir menjadi terganggu.

4. Tersedianya Kurikulum dan Modul yang Berbasis Karakter
Kurikulum disusun berdasarkan prinsip keterkaitan antar materi pembelajaran, tidak
terkotak-kotak dan dapat merefleksikan dimensi, keterampilan, dengan menampilkan tematema
yang menarik dan kontekstual. Bidang-bidang pengembangan yang ada di TK dan
mata pelajaran yang ada di SD dan SMP yang dikembangkan dalam konsep pendidikan
kecakapan hidup yang terkait dengan pendidikan personal dan sosial, pengembangan
berpikir/kognitif, pengembangan karakter dan pengembangan persepsi motorik juga dapat
teranyam dengan baik apabila materi ajarnya dirancang melalui pembelajaran yang terpadu
dan menyeluruh (Holistik).

Pembelajaran holistik terjadi apabila kurikulum dapat menampilkan tema yang
mendorong terjadinya eksplorasi atau kejadian-kejadian secara autentik dan alamiah.
Dengan munculnya tema atau kejadian yang alami ini akan terjadi suatu proses
pembelajaran yang bermakna dan materi yang dirancang akan saling terkait dengan
berbagai bidang pengembangan yang ada dalam kurikulum.

Dalam penerapan Model Pendidikan Holsitik Berbasis karkater yang diterapkan di TK
Karakter dan SBB, ada 9 pilar karakter yang diajarkan secara terus menerus serta dalam
lingkungan yang kondusif sehingga nilai-nilai karakter ini dapat tumbuh. Nilai-nilai inilah yang
kita ajarkan di sekolah supaya otak anak terbiasa dengan hal-hal yang baik. Sehingga,
dendrit-dendrit atau synap-synap yang tumbuh di otak hanya menyimpan memori-memori
yang baik. Kalau di rumah anak tidak diajarkan, paling tidak di sekolah dia mendapatkan
nilai-nilai karakter supaya di dalam otak anak ada memori kebaikan sehingga nantinya dia
bisa melakukan kebaikan. Kalau nilai-nilai ini tidak pernah diajarkan, kita tidak bisa
mengharapkan anak bisa berperilaku sesuai dengan nilai-nilai akhlak. Jadi, cara
mengajarkan kebaikan seperti yang selama ini kita lakukan dalam pelajaran agama, yang
hanya hafalan, tidak akan berhasil. Contoh nyata, banyak orang hafal kebersihan adalah
sebagian dari iman. Kita tahu, kita hafal, tapi sampah ada di mana-mana. Kita tahu tapi
mengapa kita tidak melakukan? Karena kita salah dalam cara mengajarkan nilai tersebut.

5. Tersedianya Guru yang Kompeten dan Berkarakter
Kunci keberhasilan penerapan model ini adalah kemampuan guru, maka bagi
sekolah yang ingin menerapkan model ini, IHF mewajibkan para gurunya untuk mengikuti
training selama 15 hari, karena dengan training ini guru dipersiapkan untuk mempunyai
paradigma, sense of mission, dan spirit membara untuk menjadi guru yang berkarakter.
Untuk menyiapkan guru yang kompeten, maka guru perlu dibekali seperangkat teori yang
praktis, terutama bagaimana mengalirkannya di dalam kelas, Selain kondisi yang
menyenangkan, para guru harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan cara mengajar.
PAUD Semai Benih Bangsa menerapkan metode-metode pendidikan yang kita perlukan,
misalnya Brain-based Learning, Contextual Learning, Cooperative Learning, Inquiry-based
Learning, Developmentally Appropriate Practices, dsb, dimana para gurunya dibekali
training untuk menguasai metode-metode tersebut secara praktis. IHF telah memberikan
training kepada guru-guru di lebih dari 1600 PAUD dan TK, dimana materi diberikan adalah
standar seperti yang diuraikan sbb:

  • Teori tentang Pentingnya Pendidikan Karakter
  • Teori dan Implementasi Pendidikan 9 Pilar Karakter secara eksplisit; knowing the good, reasoning the good, feeling the good, and acting the good.
  • Prinsip dan penerapan Brain-based Learning
  • Penerapan Developmentally Appropriate Practices (DAP)
  • Penerapan Multiple Intelligences
  • Prinsip dan Penerapan Character-based Integrated Learning
  • Prinsip dan Penerapan Cooperative Learning
  • Komunikasi Positif dan Efektif
  • Prinsip dan Penerapan Student Active Learning, Contextual Learning, dan Project-based Learning
  • Delapan Prinsip Belajar Membaca Menyenangkan (whole language, Environmental Prints, etc).
  • Prinsip dan Penerapan Inquiry-based Learning
  • Fun Story Telling
  • Manajemen Kelas
  • Penerapan sistem Sentra (ada 7 sentra)
  • Character-based Co-Parenting.
  • Training Motivasi
6. Tersedianya Character-based Teaching Aids (Alat Bantu Mengajar Berbasis Karakter)
Selain training yang diberikan, para guru juga harus dibekali alat bantu mengajar,
seperti modul, kurikulum, lesson plan, permainan edukatif, dan buku-buku cerita. Tanpa alat
bantu ini, akan sulit bagi guru untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajarinya. Ada pun alat
bantu mengajar yang disediakan oleh IHF adalah:
  1. Modul 9 Pilar Karakter
  2. Daily Lesson Plan untuk 9 Pilar Karakter
  3. Modul KTSP Pendidikan Holistik Berbasis Karakter berdasarkan Tema
  4. Daily Lesson Plan untuk Pembelajaran Sentra
  5. Paket Buku 9 Pilar Karakter untuk aktivitas murid (10 buku)
  6. Buku-buku cerita membentuk 9 Pilar Karakter (125 buku)
  7. Buku-buku text Pendidikan Holistik Berbasis Karakter
  8. Paket Perlengkapan Sentra dan Permainan Edukatif (70 jenis)
  9. Paket lagu-lagu 9 Pilar Karakter (60 lagu)
  10. Paket CD Pembentukan Moral
7. Kerjasama Antara Sekolah dan Orangtua
Orangtua dilibatkan secara aktif didalam usaha pengembangan karakter anak. Salah satu faktor keberhasilan pendidikan karakter adalah adanya konsistensi antara sekolah dan rumah mengenai penerapan pilar-pilar karakter yang ditanamkan. Sekolah Karakter selalu mengadakan sosialisasi mengenai visi/misi dan filosofi pendidikan yang diterapkan di Sekolah Karakter, baik sebelum orangtua mendaftarkan anaknya, maupun setelah anaknya terdaftar. Pada awal tahun ajaran baru pihak sekolah mewajibkan orangtua untuk mengikuti seminar yang diadakan pihak sekolah.
Selain itu, secara berkala pihak sekolah mengadakan seminar parenting education. Hal ini
dilakukan agar para orangtua mengerti mengenai praktik-praktik pengasuhan yang
berbahaya bagi pengembangan karakter anak.

Para orangtua juga dihimbau untuk membaca buku-buku yang diterbitkan oleh IHF,
termasuk buku-buku Seri Pendidikan Karakter3, yang memberikan petunjuk bagaimana
menanamkan karakter pada anak. Dengan adanya kerjasama ini ternayata banyak orangtua
yang mengaku banyak belajar bagaimana menjadi orangtua yang baik, dan bahkan
merasakan bahwa karakternya juga semakin baik, dan banyak belajar mengenai perilakuperilaku
akhlak mulia dari anak-anaknya.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Serba Ada Blog Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger