Kepuasan kerja
merupakan hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh seseorang dalam
bekerja. Kepuasan kerja memiliki sifat yang dinamis, dalam arti bahwa rasa puas
itu bukan keadaan yang tetap karena dapat dipengaruhi dan diubah oleh
kekuatan-kekuatan baik di dalam maupun di luar lingkungan kerja. Kepuasan kerja
dapat menurun secepat kepuasan kerja itu timbul, sehingga hal ini mengaharuskan
para pemimpin perusahaan untuk lebih memperhatikannya.
Kepuasan kerja (Job Satisfaction) dapat juga disebut dengan istilah Employee Morale Contentment, atau Happiness (Gibson, Ivancevich dan
Donnelly, 2000:290). Namun pada umuumnya istilah kepuasan kerja yang sering
digunakan.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai pengertian kepuasan
kerja, berikut dikemukakan beberapa
definisi kepuasan kerja
menurut beberapa ahli, antara lain :
Menurut Robbins (2006:103),
menyatakan bahwa :
“Kepuasan itu
terjadi apabila kebutuhan-kebutuhan individu sudah terpenuhi dan terkait dengan
derajat kesukaan dan ketidaksukaan dikaitkan dengan karyawan, merupakan sikap
umum yang dimiliki oleh karyawan yang erat kaitannya dengan imbalan-imbalan
yang mereka yakini akan mereka terima setelah melakukan sebuah pengorbanan”.
Menurut
Malayu S.P Hasibuan (2007:202), menyatakan bahwa :
“Kepuasan
kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya.
Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja”.
Menurut
Gibson (2003:105), menyatakan bahwa :
“Job satisfaction is the attitude that
workers have about their jobs. It result from their perceptions of the job”.
Artinya
:
“Kepuasan
kerja adalah tentang perilaku para pekerja tentang pekerjaan mereka. Yang
dihasilkan dari persepsi tentang pekerjaan-pekerjaannya”.
Menurut Gibson, Ivancevich dan Donnelly (2003:150), menyatakan bahwa:
“Kepuasan
kerja merupakan suatu sikap yang dimiliki individu mengenai pekerjaannya, hal
ini dihasilkan dari persepsi mereka terhadap pekerjaannya yang didasarkan pada
faktor lingkungan kerja, seperti gaya
penyelia, kebijakan dan prosedur, afiliasi kelompok kerja, kondisi kerja dan
tunjangan”.
Sedangkan menurut Veithzal Rivai (2009:856), menyatakan bahwa :
“Kepuasan merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan
sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja”.
Dari beberapa definisi para ahli yang dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah suatu sikap atau perilaku yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan dari pekerjaan-pekerjaan yang mereka
kerjakan. Hal tersebut merupakan hasil dari persepsi mereka tentang pekerjaan
yang erat kaitannya dengan imbalan-imbalan yang mereka yakini akan mereka
terima setelah melakukan sebuah pengorbanan.
Teori-teori Kepuasan Kerja
Teori kepuasan kerja mencoba mengungkapkan apa yang membuat sebagian
orang lebih puas terhadap pekerjaannya. Wibowo (2008:301-302), menyatakan bahwa
terdapat dua teori kepuasan kerja, yaitu :
1. Two-Factor Theory.
Teori dua faktor merupakan teori kepuasan kerja yang menganjurkan bahwa satisfaction (kepuasan) dan dissatisfaction
(ketidakpuasan) merupakan bagian dari kelompok variabel yang berbeda, yaitu motivators dan hygiene factors. Pada umumnya orang mengharapkan bahwa faktor
tertentu memberikan kepuasan apabila tersedia dan menimbulkan ketidakpuasan
apabila tidak ada. Pada teori ini, ketidakpuasan dihubungkan dengan kondisi
disekitar pekerjaan (seperti kondisi kerja, pengupahan, keamanan, kualitas
pengawasan, dan hubungan dengan orang lain, dan bukan dengan pekerjaan itu
sendiri). Karena faktor ini mencegah reaksi negative, yang dinamakan sebagai hygiene atau maintenance factors. Sebaliknya, kepuasan ditarik dari faktor yang
terkait dengan pekerjaan itu sendiri atau hasil langsung, seperti sifat
pekerjaan, prestasi dalam pekerjaan, peluang promosi, dan kesempatan untuk
pengembangan diri dan pengakuan. Karena faktor ini berkaitan dengan tingkat
kepuasan kerja tinggi, yang dinamakan motivators.
2. Value
Theory.
Menurut konsep teori ini, kepuasan kerja terjadi pada
tingkatan dimana hasil pekerjaan diterima individu. Semakin banyak orang
menerima hasil, maka akan semakin puas. Semakin sedikit mereka menerima hasil,
maka akan kurang puas. Value Theory
memfokuskan pada hasil manapun yang menilai orang tanpa memperhatikan siapa
mereka. Kunci menuju kepuasan dalam pendekatan ini adalah perbedaan antara
aspek pekerjaan yang dimiliki dan diinginkan seseorang. Semakin besar perbedaan
maka akan semakin rendah kepuasan seseorang. Dengan menekankan pada
nilai-nilai, teori ini menganjurkan bahwa kepuasan kerja dapat diperoleh dari
banyak faktor. Oleh karena itu, cara yang efektif untuk memuaskan pekerja
adalah dengan menemukan apa yang mereka inginkan dan apabila mungkin
memberikannya.
0 komentar:
Posting Komentar