Peran Komunitas Kreatif dalam Pengembangan Pariwisata Budaya

Dari beberapa prinsip yang dikeluarkan ICOMOS, EAHTR, WTO, dan definisi-definisi dari McKercher dan du Cros (2002), pengembangan pariwisata budaya terdiri dari empat (4) elemen yaitu pariwisata, penggunaan asset pusaka budaya, konsumsi pengalaman dan produk wisata serta wisatawan. Elemen-elemen tersebut dijelaskan sebagai berikut.
Pariwisata
Pariwisata budaya menarik pengunjung dari luar wilayah ke aset budaya dengan tujuan utama bersenang-senang dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu pariwisata budaya ini harus memperhatikan hubungan antar stakeholder di dalam pengelolaan pariwisata tersebut sehingga pengunjung mendapatkan kesenangan yang cukup. Pariwisata juga harus memberikan manfaat terhadap pengelolaan pusaka budaya itu sendiri dengan adanya alokasi pendapatan untuk pengelolaan tersebut.
Penggunaan Aset Pusaka Budaya
Aset pusaka budaya merupakan suatu hal yang tidak hanya dipakai untuk generasi yang ada sekarang namun juga diturunkan ke generasi selanjutnya baik yang bersifat tangible maupun intangible. Dalam kenyataannya, sudah banyak pengelolaan terhadap tangible heritage namun tidak banyak yang melakukan konservasi nilai intriksik di dalamnya. Oleh karena itu interpretasi aset budaya sangat penting dilakukan. Dalam kaitannya dalam pariwisata itu sendiri, harus bisa mengelola dan mengubah pusaka budaya untuk ke dalam produk wisata untuk memfasilitasi penggunaan aset budaya oleh wisatawan.
Konsumsi pengalaman dan produk wisata budaya
Wisatawan mengkonsumsi pengalaman dan produk wisata berbeda-beda sesuai dengan motif awal kunjungan wisatawan ke sebuah aset pusaka budaya. Hal tersebut harus difasilitasi dengan membentuk produk wisata yang menyajikan aset budaya tersebut sedemikian rupa sehingga dapat memuaskan wisatawan yang berkunjung ke aset budaya.
Wisatawan
Jenis wisatawan yang datang berbeda-beda dari mulai wisatawan yang melakukan kunjungan untuk mengejar ilmu hingga wisatawan yang hanya menjadikan aset pusaka budaya sebagai tempat singgah dan dengan keingintahuan yang sangat sedikit. Oleh karena itu, harus difasilitasi dengan penyajian informasi yang sesuai dengan karakteristik wisatawan dan penyediaan fasilitas yang cukup.

Dari elemen pariwisata, komunitas-komunitas kreatif telah berperan dalam memberikan manfaat kepada masyarakat setempat melalui pemberian kesempatan kerja sebagai local guides atau interpreter dan menyediakan alokasi pendapatan untuk penjagaan, konservasi dan penyajian objek wisata. Hal tersebut memperlihatkan bahwa secara tidak langsung komunitas-komunitas kreatif ini memberikan manfaat kepada masyarakat dengan menambah lapangan pekerjaan di dalam wilayah situs tersebut. Ketiga komunitas ini juga menyediakan alokasi pendapatan unrtuk penjagaan, konservasi dan penyajian objek wisata. Tiap tur yang dilakukan selalu membayar tiket masuk ke dalam Gunung Padang. Dalam blog-blog menceritakan perjalanannya dengan komunitas-komunitas ini. Di dalam blog Komunitas Aleut!, ada dua tulisan tentang Gunung Padang. Di antaranya adalah menjelaskan tentang perasaannya yang menyenangkan dalam perjalanan dan pengetahuannya tentang Gunung Padang itu sendiri. Namun dalam perencanaan tur ini, belum melibatkan masyarakat lokal ataupun masyarakat adat yang menggunakan situs ini sebagai bagian dari kehidupan budaya sehari-hari. Masyarakat lokal dan masyarakat adat tentunya mempunyai kebutuhan dan kepentingan terhadap situs ini. Semisal sampai sekarang masyarakat adat masih ada yang melakukan ritual-ritual khusus di malam hari.

Dalam pengelolaan dan penggunaan aset pusaka budaya komunitas kreatif berperan dalam memberikan interpretasi yang meningkatkan apresiasi dan pengetahuan tentang pusaka budaya, menyajikan pentingnya pusaka budaya dengan cara yang mudah dimengerti, mengkonservasi nilai intrinsik. memberikan interpretasi yang mendorong kepedulian dan dukungan publik terhadap pusaka budaya, dan mengubah pusaka budaya menjadi produk wisata budaya umtuk memfasilitasi konsumsi pengalaman. Hal tersebut terlihat dalam cara komunitas menginterpretasikan dan meyajikan informasi bagi wisatawan. Dalam pengembangan pariwisata budaya nilai intrinsik harus dijaga dengan baik karena hal tersebut merupakan warisan dari generasi sebelumnya dan harus diteruskan ke generasi selanjutnya. Komunitas-komunitas ini menurunkan nilai intrinsik tersebut melalui interpretasi yang diberikan juru pelihara. Komunitas-komunitas ini juga secara tidak langsung telah mendorong kepedulian dan dukungan publik terhadap pusaka budaya dengan memberikan informasi dan interpretasi di dalam blog, website ataupun facebook.

Dalam pengembangan wisata, satu hal yang sangat penting adalah pengalaman wisata. Wisatawan budaya ingin mengkonsumsi pengalaman budaya yang bervariasi. Untuk memfasilitasi konsumsi ini, pusaka budaya (cultural heritage) harus diubah menjadi produk wisata budaya. Proses pengubahan tersebut merupakan salah satu cara dalam pengembangan yang baik dan pengelolaan yang berkelanjutan bagi produk pariwisata budaya. Produk wisata adalah sesuatu yang diinginkan untuk dilihat wisatawan. Elemen konsumsi pengalaman dan produk wisata, komunitas kreatif berperan dalam memberikan kesempatan bagi pengunjung dan komunitas setempat untuk mengalami dan mengerti budaya dan pusaka komunitas secara langsung, mendorong pengunjung mengetahui lebih banyak dan merasakan pusaka budaya di suatu wilayah, dan memastikan pengalaman pengunjung bermanfaat, memuaskan dan menyenangkan. Komunitas-komunitas kreatif ini memberikan kesempatan bagi peserta tur yang mereka adakan untuk melihat langsung situs Gunung Padang dan mengerti nilai-nilai yang ada di dalamnya. Komunitas ini juga memastikan pengalaman peserta tur bermanfaat dengan memastikan kegiatan tur yang dilakukan terencana dengan baik dan menyiapkan bahan materi interpretasi yang sesuai dengan peserta tur.

Dalam elemen wisatawan, komunitas-komunitas kreatif yang melakukan tur ke Gunung Padang telah berperan dalam menyajikan informasi yang berkualitas untuk mengoptimalkan pengertian dan pengetahuan terhadap pusaka budaya, dan menyediakan fasilitas yang cukup untuk kenyamanan, keamanan, dan kesejahteraan pengunjung. Komunitas-komunitas kreatif yang mengembangkan tur ke Gunung Padang memberikan wisatawan fasilitas dan informasi yang cukup dan sesuai dengan peserta tur yang diadakan masing-masing komunitas. Dari ketiga komunitas tersebut, komunitas Geotrek adalah komunitas yang paling banyak memberikan sudut pandang dalam interpretasi tentang Gunung Padang. Geotrek memberikan dari empat sudut pandang yaitu dari pandangan geologis, pandangan arkeolog, pandangan sejarahwan dan pandangan masyarakat lokal. Mahanagari memberikan interpretasi dari 3 sudut pandang, dari sudut pandang geologi, sosial dan budaya serta pandangan dari masyarakat setempat. Sedangkan komunitas Aleut! memberikan interpretasi dari 2 sudut pandang, dari pandangan interpreter yang dibawa oleh komunitas yaitu Ridwan Hutagalung dan dari pandangan masyarakat setempat. Keberagaman cara penyajian tersebut tergantung dari target pasar tur Gunung Padang, tujuan diadakannya perjalanan dan biaya yang dikeluarkan untuk mengikuti tur tersebut. Geotrek, yang mempunyai target pasar akademisi dan masyarakat luas, memberikan interpreter yang merupakan ahli-ahli dalam bidangnya. Sedangkan Mahanagari yang mempunyai target pasar wisatawan Bandung yang memiliki interest yang berbeda dengan Geotrek yang mempunyai target pasar akademisi. Hal tersebut akan mempengaruhi cara penyampaian dan ketersampaian informasi kepada peserta tur.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Serba Ada Blog Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger