Komunikasi Pemasaran

Menurut Kennedy (2006:4), Komunikasi pemasaran adalah aplikasi komunikasi yang bertujuan untuk membentuk kegiatan pemasaran sebuah perusahaan dengan menggunakan teknik – teknik komunikasi yang bertujuan untuk memberikan informasi pada konsumen agar tujuan perusahaan tercapai. Adapun jenis media yang dapat digunakan adalah folder, poster, bunner, flyer, televisi, radio, majalah, surat kabar dan media – media lainnya.

Komunikasi pemasaran dapat dinyatakan sebagai kegiatan komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan pesan pada konsumen dengan menggunakan berbagai media, dengan harapan agar kegiatan tersebut dapat mencapai  tujuan yang telah dikehendaki. Kennedy (2006:63) mengatakan komunikasi pemasaran bertujuan untuk mencapai tiga tahap perubahan yang ditujukan kepada konsumen, yaitu  :
a.          Tahap perubahan pengetahuan
Perubahan pengetahuan menunjukkan bahwa konsumen mengetahui adanya keberadaaan sebuah produk, untuk apa produk itu diciptakan dan ditujukan kepada siapa produk tersebut, dengan demikian pesan yang disampaikan tidak lebih menunjukkan informasi penting dari produk tersebut. Pesan komunikasi baik verbal maupun nonverbal diarahkan pada pembombastisan informasi tentang produk, mulai merek, fungsi, kegunaan, kemasan, dan figur pengguna produk. Tahap ini kemudian disebut dengan tahap awareness. 
b.         Tahap perubahan sikap
Sikap (attitude) menggambarkan penilaian, perasaan dan kecenderungan yang relatif konsisten dari seseorang atas sebuah objek atau gagasan. Adapun tahap perubahan sikap yang dimaksud berkaitan dengan pengaruh komunikasi pemasaran terhadap penilaian konsumen atas suatu produk meliputi tiga tahap yaitu kognitif, afektif dan konatif.
c.          Tahap perubahan perilaku
Perubahan perilaku ditujukan agar konsumen tidak beralih kepada produk lain, dan terbiasa untuk menggunakannya.

Komunikasi Pemasaran dengan Media Sosial (Social Media Marketing)
Social media marketing adalah strategi kegiatan pemasaran menggunakan situs – situs media sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube dan sebagainya. Media sosial merupakan salah satu cara yang ampuh untuk mempromosikan produk barang dan jasa yang kita miliki melalui internet marketing. Caranya mudah sederhana tetapi memiliki efek yang luar biasa.

Menurut Dan Zarella, Media sosial adalah sebuah paradigma baru dalam konteks industri pemasaran yang paling baik dijelaskan dalam konteks paradigma industri media tradisional. Media tradisional, semisal televisi, Koran, radio, dan majalah, adalah teknologi informasi yang monolog dan statis. Penerbit majalah yang merupakan organisasi besar yang mendistribusikan konten yang mahal kepada konsumen, dan pemasang iklan membayar untuk menyisipkan iklan mereka di dalam konten tersebut. Ketika anda duduk asyik menonton program televisi favorit anda, tetapi tiba – tiba keasyikan anda ini terpotong oleh jeda iklan. Jika tidak setuju dengan sesuatu yang anda baca di Koran, anda tidak bisa langsung memprotes redakturnya. 

            Berbeda  halnya perkembangan teknologi – teknologi web baru memudahkan semua orang untuk membuat dan yang terpenting menyebar luaskan konten mereka sendiri. Post di blog, tweet, atau video youtube dapat direproduksi dan dilihat oleh jutaan orang secara gratis. Pemasang iklan tidak harus membayar banyak uang kepada penerbit atau distributor untuk memasang iklannya. Sekarang, pemasang iklan dapat membuat konten sendiri yang menarik dan dilihat banyak orang. Zarella (2010: 2-3)

Penggunaan Twitter dalam Komunikasi Pemasaran
            Dalam hubungannya dengan kegiatan komunikasi pemasaran, twitter membuka kesempatan bagi perusahaan untuk berinteraksi secara cepat dan mudah dengan khalayak sebagai target market. Pesan apapun yang ingin disampaikan akan dapat langsung  dibaca oleh khalayak dimana pun mereka berada. Hal ini didukung oleh munculnya berbagai aplikasi mobile untuk twitter yang dapat digunakan oleh pengguna telepon seluler jenis apapun. Kegiatan komunikasi pemasaran yang tadinya bersifat satu arah kini menjadi dua arah.

            Keberadaan twitter sebagai media komunikasi pemasaran yang semakin populer memberi keuntungan tersendiri bagi konsumen. Dengan berkembangnya perangkat teknologi komunikasi seperti tablet, PC dan telepon seluler, konsumen semakin mudah dalam mencari dan memperoleh infromasi mengenai brand. Begitu pula sebaliknya, ini merupakan kesempatan yang baik bagi brand untuk berkomunikasi lebih efektif dengan konsumen dan calon konsumen. Melihat perkembangan pengguna twitter di Indonesia, tidak dipungkiri bahwa twitter menjadi media komunikasi pilihan bagi brand dan konsumen untuk saling berbagi informasi dalam suatu kegiatan pemasaran melalui media sosial.

Efektivitas Komunikasi
            Menurut Onong Uchjana, efektivitas komunikasi adalah komunikasi yang yang dilancarkan sedemikian rupa sehingga menimbulkan efek kognitif, afektif dan konatif pada komunikan sesuai dengan tujuan komunikator.(Effendy, 1989:113)

Jalaluddin Rakhmat dalam Psikologi komunikasi (2011), membagi efek komunikasi massa menjadi 3 tataran yaitu:
  1. Efek Kognitif, yaitu terjadi jika ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dan dipersepsi oleh khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, kepercayaan, atau informasi.
  2. Efek Afektif, yaitu timbul jika ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak, yang meliputi segala yang berkaitan dengan emosi, sikap, serta nilai.
  3. Efek konatif (Behavioral), yaitu merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan tindakan berperilaku.


Metode AIDA
Model AIDA (awareness, interest, desire, action) adalah salah satu model hirarki respon yang cukup populer bagi pemasar sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pemasaran. Elmo lewis, seorang pionir dalam dunia periklanan dan pemasaran menggambarkan sebuah tahapan yang menggambarkan sebuah proses calon pelanggan potensial menuju pembelian.

Berikut tahap  - tahap dari proses respon model AIDA yang dikutip dari Google Books “Advertising and Promotion : an IMC Perspective” karya Kruti Shah dan Alan D’souza (2009:189-192) :
1.      Kesadaran (awareness)
Pada tahap awal, sebagian besar target audiens tidak menyadari produk atau merek dan oleh sebab itu tujuan komunikator adalah membangun kesadaran, mungkin hanya sebuah pengakuan nama dengan pesan sederhana yang mengulangi nama merk, atau memberikan informasi dasar tentang produk. Dalam kategori produk yang relatif baru, fungsi asumsi ini penting dimaksimalkan.

2.      Ketertarikan (Interest)
Pada tahap ini, konsumen lulus dari kesadaran tentang produk kemudian tertarik dengan produk tersebut. Pemasar perlu mengetahui apa yang konsumen rasakan tentang produk mereka. Apakah produk tersebut dibuang? Apakah mereka menyukainya ? Apakah mereka menemukan hal yang cukup menarik? Minat terhadap produk dapat dibuat dengan menunjukan beberapa fitur unik dari produk, menunjukkan cara kerjanya, menyajikan iklan yang menghibur, menggunakan selebriti populer dll.

3.      Keinginan (Desire)
Tidaklah cukup hanya membangun minat pada produk. Setelah target audiens menyadari tentang produk dan tertarik, fungsi iklan adalah untuk membuat mereka cenderung kearah positif untuk membeli, dengan menciptakan keinginan dan preferensi untuk produk yang diiklankan. Keinginan dapat dibangun dengan menunjukkan bagaimana produk memenuhi kebutuhan spesifik konsumen dan dengan kreatif melakukan promosi yang berkualitas, nilai dan fitur penting lainnya.

4.      Tindakan (Action)
Iklan belum memainkan bagiannya sampai mereka telah mencapai tujuan mereka yaitu mendorong target audiens untuk melakukan tindakan. Dalam kebanyakan kasus, tindakan yang diinginkan adalah mendorong konsumen untuk membeli, tetapi dalam kasus tertentu juga bisa untuk menghasilkan pertanyaan, menyebabkan kunjungan ritel, menunjukkan partisipasi dalam promosi dll. Iklan yang membangun merek atau citra, tidak akan langsung mendapatkan tindakan untuk pembelian, tetapi akan menciptakan preferensi dan keinginan yang pada akhirnya akan menghasilkan pembelian. Hal ini merupakan strategi jangka panjang. Di sisi lain, pembicaraan atau promosi iklan langsung melalui penawaran insentif kepada konsumen jika mereka langsung membeli produk, hal ini merupakan strategi jangka pendek.

Teori Uses and Gratifications (kegunaan dan kepuasan)
Pendekatan uses and gratifications pertama kali dijelaskan oleh Elihu Katz (1959) dalam suatu artikel sebagai reaksinya terhadap Bernard Berelson (1959) bahwa penelitian komunikasi tampaknya akan mati. Teori Uses and gratifications ini secara resmi dikenalkan pada tahun 1974 oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz dalam bukunya The uses on Mass Communications : Current perspectives on Gratification Research. Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak aktif dalam proses komunikasi. Artinya, teori uses and gratifications mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya. (Nurudin, 2007:191)

            Teori  uses and gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi bobotnya ialah khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus. (Effendy,2003:289)

            Ada beberapa asumsi yang mendasari teori ini, baik yang dikemukakan oleh Katz, Gurevitch dan Hass (1974), Dominick (1996) maupun McQuail (2005). Asumsi – asumsi tersebut antara lain adalah :
  1. Khalayak merupakan sekelompok konsumen aktif yang secara sadar menggunakan media sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan personal maupun kebutuhan sosial yang diubah menjadi motif- motif tertentu. 
  2. Pemilihan media dan isinya merupakan sebuah tindakan yang beralasan serta memiliki tujuan dan kepuasan tertentu sesuai dengan inisiatif khalayak. 
  3. Seluruh faktor yang ada pada formasi khalayak aktif seperti motif, gratifikasi yang diharapkan dan gratifikasi yang diterima secara prinsip dapat diukur karena khalayak memiliki kesadaran diri yang memadai mengenai penggunaan media kepentingan dan motivasinya sehingga dapat menjadi bukti bagi peneliti. 
  4. Media massa bersaing dengan sumber – sumber lain untuk dapat memenuhi kebutuhan audiens. 

 Teori Konvergensi Media
Konvergensi media adalah penggabungan atau pengintegrasian media – media yang ada untuk digunakan dan diarahkan ke dalam satu titik tujuan. Istilah konvergensi juga banyak digunakan sejak tahun 1990-an. Kata ini umum dipakai dalam perkembangan teknologi digital, integrasi teks, angka, gambar, video dan suara (multimedia). Briggs and Burke (2000:326).

            Perkembangan teknologi yang berkonvergensi ini tidak hanya sebatas dalam ranah teknologi semata, namun juga telah merambah dan mengubah pola – pola dasar kehidupan manusia seperti mengubah hubungan antar teknologi, industri, pasar, dan gaya hidup. Pola – pola produksi dan pola konsumsi berubah, dan penggunaanya berdampak pada level ekonomi, politik, sosial dan budaya.

            Gerakan konvergensi media tumbuh secara khusus dari munculnya internet dan digitalisasi informasi. Konvergensi media menyatukan 3C yaitu computing (memasukan data melalui komputer), communication (komunikasi) dan content (materi isi/ konten). Teori konvergensi media yang diteliti Hendry Jenkins pada tahun 2006, menyatakan bahwa konvergensi media merupakan proses yang terjadi sesuai dengan perkembangan budaya masyarakat. (Jenkins:2006)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Serba Ada Blog Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger