Istilah
belajar dan mengajar adalah dua peristiwa yang berbeda tetapi terdapat hubungan
yang erat, bahkan terjadi kaitan dan interaksi saling mempengaruhi dan saling
menunjang satu sama lain.
Banyak
ahli yang telah merumuskan pengertian mengajar berdasarkan pandangannya
masing-masing. Perumusan dan tinjauan itu masing-masing memiliki kebaikan dan
kelemahan. berbagai rumusan yang ada pada dasarnya berlandaskan pada teori
tertentu.
a.
Mengajar adalah upaya menyampaikan pengetahuan
kepada peseta didik/siswa di sekolah.
Rumusan
ini sesuai dengan pendapat dalam teori pendidikan yang mementingkan mata ajaran
yang harus dipelajari oleh peserta didik. Dalam rumusan ini terkandung
konsep-konsep sebagai berikut:
1.
Pembelajaran merupakan persiapan di masa depan
Masa
depan kehidupan anak ditentukan oleb orang tua. Mereka dianggap paling
mengetahui apa dan bagaimana kehidupan itu. Itu sebabnya, orang tua
berkewajiban menentukan akan dijadikan apa peserta didik. Sekolah berfungsi
mempersiapkan mereka agar mampu hidup dalam masyarakat yang akan datang.
2.
Pembelajaran merupakan proses penyampaian
pengetahuan
Penyampaian
pengetahuan dilaksanakan dengan menggunakan metode imposisi, dengan cara
menuangkan pengetahuan kepada siswa. Umumnya guru menggunakan metode
"formal step" dari J. Herbart berdasarkan asas asosiasi dan
reproduksi atas tanggapan/kesan. Cara penyampaian pengetahuan tersebut
berdasarkan ajaran dalann psikologi asosiasi.
3.
Tinjauan utama pembelajaran ialah penguasaan
pengetahuan.
Pengetahuan
sangat penting bagi manusia. Barang siapa menguasai pengetahuan, maka dia dapat
berkuasa.: “knowledge is power". Pengetalman bersumber dari perangkat mata
ajaran yang disampaikan di sekolah. Para pakar yang mendukung teori ini
berpendapat bahwa mata ajaran berasal dari pengalaman-pengalaman orang tua,
masa lampau yang berlangsung sepanjang kehidupan manusia. Pengalaman-pengalaman
itu diselidiki, disusun secara sistematis dan logis, sehingga tercipta yang
kita sebut mata ajaran (H. Alberty 1953). Mata ajaran itu diuraikan, disusun
dan dimuat dalam buku pelajaran dan berbagai referensi lainnya.
4.
Guru dipandang sebagai orang yang sangat
berkuasa.
Peranan
guru sangat dominan. Dia menentukan segala hal yang dianggap tepat untuk
disajikan kepada para siswanva. Guru dipandang sebagai orang yang serba
mengetahui, berarti guru adalah yang paling pandai. Dia mempersiapkim
tugas-tugas memberikan latihan-latihan dan menentukan peraturan kemajuan tiap
siswa.
5.
Siswa selalu bersikap dan betindak pasif
Siswa
dianggap sebagai tong kosong, belum mengetahui apa-apa. Dia hanya menerima apa
yang diberikan okh gurunya. Siswa bersikap sebagai pendengar, pengikut,
pelaksana tugas. Kebutuhan, minat. tujuan, abilitas dan lain-lain yang dimiliki
oleh siswa diabaikan dan tidak mendapat perhatian guru.
6.
Kegiatan pembelajaran hanya berlangsung dalam
kelas.
Pembelajaran
dilaksanakan dalam batas-batas ruang kelas saja, sedangkan pembelajaran di luar
kelas tak pernah dilakukan. Tembok sekolah menjadi benteng yang kuat yang
membatasi hubungan-hubungan dengan kehidupan masyarakat. Para siswa duduk pada
bangku yang berdiri kokoh, tak bisa dipindah-pindahkan. Mereka duduk dengan
rapi dan kaku secara rutin setiap hari. Ruangan kelas dipandang sebagai ruang
penyelamat, ruang memberi kehidupan. Belajar dalam batas-batas ruangan itu
adalah yang paling baik.
Wrighstone,
berkata sebagai berikut :
........... the immediate implications of the older
principles when they are applied to the classroom:
1)
The classroom is a restrkted from of social life, and
Aildren's experiences are limited there in to academk lessons.
2)
The qukkest an most through method of leaming lessons
is to allot a certain portion of the school day it instruction in separate
subjects.
3)
Children's interests whkh do not confrom to the set
currkulum should be the regarded.
4)
The real objectives of classroom instruction, consist
to a belajar degree in the aguisition of the content matter of each subject.
5)
Teaching the conventional subjects is the wisest
method of achieving social progress (J. Wayner Wrighstone, 1935).
b.
Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada
generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah.
Rumusan
ini bersifat lebih umum bila dibandinglean dengan rumusan pertama, namun antara
keduanya memiliki pola pikiran yang seirama. Implikasi dari rumusan ini adalah
sebagai berikut:
1.
Pembelajaran bertujuan membentuk manusia berbudaya.
Peserta didik hidup dalam pola
kebudayaan masyarakatnya. Manusia berbudaya adalah manusia yang mampu hidup
dalam pola tersebut. Peserta didik diajar agar memiliki kemainpuan dan
kepribadian sesuai dengan kehidupan budaya masyarakat itu.
2.
Pembelajaran berarti suatu proses pewarisan.
Para
siswa dipandang sebagai keturunan orang tua dan orang tua adalah keturunan
neneknya dan seterusnya, demikian terus terjadi proses turun temurun. Dengan
sendirmya apa yang dimiliki oleh nenek moyang pada masa lampau itu harus
diwariskan kepada keturunan berikumya. Upaya pewarisan itu dilakukan metalui
berbagai prosedur: pengajaran, media hubungan pribadi dan sebagainya. Bila
dilakukan melalui pengajaran, maka proses yang telah dikemukakan dalam proses
perumusan pertama berlaku dan dilaksanakan dengan teknik yang sama.
3.
Bahan pembelajaran bersumber dari kebudayaan.
Yang
termasuk kebudayaan adalah kebiasaan orang berpikir dan berbuat seperti:
kehidupan keluarga, cara menyediakan makanan, bahasa, pemerintahan, ukuran
moral, kepereayaan agama, dan bentuk-bentuk ekspresi seni. Kebudayaan merupakan
kumpulan daripada warisan sosial dalam masyarakat. Berdasarkan pada pengertian
mi, kebudayaan itu bersifat non material., dan bersifat abstrak, ada dalam jiwa
dan kepribadian manusia. Benda-benda bersifat material sesungguhnya adalah
hasil dari keterampilan manusia (Worcester, 1969).
Kebudayaan
dan hasil kebudayaan diwariskan kepada siswa yang umumnya berupa benda-benda
dan non benda, tertulis dan lisan, dan berbagai bentuk tingkah laku norma dan
lain-lain.
4.
Siswa sebagai generasi muda ahli waris kebudayaan
Generasi
muda berfungsi sebagai generasi penerus. Mereka perlu dipersiapkan sedemikian
rupa agar benar-benar siap melanjutkan hasil yang telah dicapai oleh generasi
yang ada sekarang. Kebudayaan yang diwariskan kepada mereka harus dikuasai dan
dikembangkan, sehingga mereka menjadi warga masyarakat yang lebih berbudaya.
Dalam hal ini, diakui bahwa anak sedang berada dalam tahap perkembangan dan
menuju ketingkatan yang lebih dewasa, dalam arti, menjadi manusia yang
berbudaya. Mereka harus mampu memanfaatkan teknologi, sebagai aspek dari
kebudayaan, untuk kehidupannya. serta mampu mengadakan penemuan-penemuan baru,
mengembangkan kebudayaan yang telah ada.
c.
Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi
lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.
Rumusan
ini dianggap lebih maju dibandingkan dengan rumusan terdahulu, sehab lebih
menitik beratkan pada unsur peserta didik, lingkungan, dan proses belajar.
Perumusan ini sejalan dengan pendapat dari Me. Donald, yang mengemukakan
sebagai berikut:
“educational,
in the sense used here, is a process or an activity whkh is directed at
producing desirable changes in the behavior of human beings (Me. Donal, 1959)
artinya
:
Pendidikan
adalah suatu proses atau kegiatan yang bertujuan menghasilkan perubahan tingkah
laku manusia.
Implikasi dari
pengertian tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Pendidikan bertujuan mengembangkan atau mengubah
tingkah aku peserta didik
Pribadi
adalah suatu sistem yang bersifat unik, terintegrasi dan terorganisasi yang
meliputi semua jenis tingkah laku individu. Pada hakikatnya pribadi tidak lain
daripada tingkah laku itu sendiri. Kepribadian mempunyai ciri-ciri:
(1).
Berkembang secara berkelanjutan sepanjang hidup manusia,
(2). Pola organisasi
kepribadian berbeda-beda untuk setiap orang dan bersifat unik,
(3). Kepribadian
hersifat dinamis, terus berubah meialui cara-cara tertentu.
Tingkah laku manusia
memiliki dua aspek, yakni:
(1). Aspek objektif, yang bersifat struktural, yakni
aspek jasmaniah,
(2). Aspek subjektif, yang besifat fungsional, yakni aspek
rohaniah.
2.
Kegiatan pembelajaran berupa pengorganisasian
lingkungan
Perkembangan
tingkah laku seseorang adalah berkat pengaruh dari lingkungan. Lingkungan kita
artikan secara luas, yang terdiri dari lingkungna alam dan lingkungan sosial.
Lingkungan sosial sering lebih berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang.
Melalui interaksi antara individu dan lingkunganya, maka siswa memperoleh
pengalaman, yang pada gilirannya berpengaruh terhadap perkembangan tingkah
lakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa pendidikan adalah suatu proses
sosialisasi di mana anak didik disiapkan sesuai dengan norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat sekitamya.
Sekolah berfungsi menyediakan lingkungan yang
dibutuhkan bagi perkembangan tingkah laku siswa, antara lain menyiapkan program
belajar, bahan belajar, metode mengajar, alat mengajar dan lain-lain. Selain
dari itu, pribadi guru sendiri, suasana kelas, kelompok siswa, lingkungan di
luar sekolah, semua menjadi lingkungan belajar yang bermakna bagi perkembangan
siswa.
3.
Peserta didik sebagai suatu organisme yang hidup.
Peserta didik memiliki berbagai potensi yang siap
untuk berkembang, misalnya, kebutuhan, minat, tujuan, abilitas, intelegensi,
emosi dan lain-lain. Tiap individu peserta didik mampu berkembang menurut pola
dan caranya sendiri. Mereka dapat melakukan berbagai aktivitas dan mengadakan
interaksi dengan lingkungannya.
Aktivitas belajar sesungguhnya bersumber dari dalam
diri peserta didik. Guru berkewajiban menyediakan lingkungan yang serasi agar
aktivitas itu menuju ke arah tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini guru
bertindak sebagai organisator belajar bagi siswa yang potensial itu, sehingga
tercapai tujuan pembelajaran secara optimal.
d.
Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta
didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik.
Rumusan
ini didukung oleh para pakar yang menganut pandangan bahwa pendidikan itu berorientasi
kepada kebutuhan tuntutan masyarakat. Implikasi dari rumusan/pengertian
ini,adalah sebagai berikut:
1.
Tujuan pembelajaran
Pembentukan warga negara yang baik adalah warga negara
yang dapat bekerja di masyarakat. Seorang warga negara yang baik bukan menjadi
konsumen, tetapi yang lebih penting ialah menjadi seorang produsen. Untuk
menjadi seorang produsen, maka dia barus memiliki keterampilan berbuat dan
bekerja, menghasilkan barang-barang dan benda kebutuhan masyarakat. Motto yang
dikemukakan: "benign habitat for good living", artinya seorang warga
negara yang baik bila dapat menyumbangkan dirinya kepada kebidupan yang baik.
2.
Pembelajaran berlangsung dalam suasanan kerja.
Program pembelajaran diselenggarakan dalam suasana
kerja. dimana para siswa mendapat latihan dan pengalaman praktis. Karena itu,
suasana yang diperlukan adalah suasana yang aktual, seperti dalam keadaan
sesungguhnya. Para siswa mengerjakan hal-hal menarik minatnya dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
3.
Peserta didik/siswa sebagai calon warga negara
yang memiliki potensi untuk bekerja.
Siswa memiliki bermacam kemampuan, minat, dan
Kebutuhan, antara lain kebutuhan ingin berdiri sendiri, ingin punya pekerjaan.
Siswa tidak menginginkan berdiam dengan pasif, semua ingin melakukan kegiatan, bermain,
atau bekerja. Energi mereka miliki perlu mendapat penyaluran sebagaimana
mestinya. Jikalau energi itu tidak disalurkan, maka dapat menyebabkan tingkah
laku yang tidak diharapkan, Perumusan atas kebutuhan itu, pengembangan minat
dan sikap, penyaluran energi yang berlebihan sebaiknya dilakukan dengan cara
menyediakan kesempatan bekerja, mencari pengalaman yang praktis, dan memupuk
keterampilan jasmaniah-rohaniah. Dengan berkembang kemampuan kerja, maka
tuntutan dan harapan masyarakat dapat dipenuhi. Pada dasamya tidak ada
masyarakat yang menginginkan anak-anaknya menjadi barisan penganggur.
4.
Guru sebagai pimpinan don pembimbing bengkel
kerja.
Sesuai dengan tujuan tersebut, sekolah merupakan suatu
ruang workshop dan oleh karenanya guru harus mampu memimpin dan membimbing
siswa belajar bekerja dalam bengkel sekolah. Guru-guru harus menguasai program
keterampilan khusus dan menguasai strategi pembelajaran keterampilan, serta
menyediakan proyek-proyek kerja yang menciptakan berbagai kesibukan yang bermakna.
Dalam hal mi, peranan guru dalam sekolah komprehensif adalah sangat penting.
e.
Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa
menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.
Pandangan
ini didukung oleh para pakar yang berorientasi pada kehidupan masyarakat.
Sekolah dari masyarakat adalah suatu integrasi. Pendidikan adalah di sini dan
sekarang ini (G.E. Olson, 1945). Implikasi dari pengertian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Tujuan pembelajaran ialah mempersiapkan siswa
untuk hidup dalam masyarakat.
Sekolah berfungsi menyiapkan siswa untuk menghadapi
berbagai masalah dalam kehidupan, mereka bukan dipersiapkan untuk menghadapi
masa depan yang masih jauh, 10 atau 20 tahun ke depan, melainkan untuk
memecahkan masalah seharihari dalam lingkungannya, di rumah dan di masyarakat.
2.
Kegiatan pembelajaran berlangsung dalam hubungan
sekolah don masyarakat.
Masyarakat
diartikan sebagai laboratorium belajar yang paling besar. Sumber-sumber
masyarakat tak pernah habis sebagai sumber belajar. Prosedur penyelenggaraan
ialah dengan membawa siswa ke dalam masyarakat dengan karyawisata, survei,
berkemah dan lain-lain, atau dengan cara membawa masyarakat ke dalam sekolah
sebagai nara sumber. Dengan demikian, masyarakat akan memberikan sumbangan yang
besar terhadap pendidikan anak, dan sebaliknya, sekolah akan memberikan bantuan
dalam memecahkan masalah-masalah dalam masyarakat. Sekolah juga berfungsi turut
memperbaiki kehidupan masyarakat sekitamya.
3.
Siswa belajar secara aktif.
Siswa bukan saja aktif belajar di laboratorium
sekolah, mencari pengalaman kerja dalam berbagai lapangan kehidupan, -tapi juga
aktif bekerja langsung di masyarakat. Dengan cara ini. semua potensi yang
mereka miliki menjadi hidup dan berkembang. Siswa turut merencanakan,
berdiskusi, meninjau. membuat laporan, dan lain-lain, sehingga perkembangan
pribadinya selaras dengan kondisi lingkungan masyarakatnya.
4.
Guru bertugas sebagai komunikator
Guru juga bertugas sebagai penghubung antara sekolah
dan masyarakat. Guru mempersiapkan rencana awal pembelajaran, kemudian menyusun
rencana lengkap bersama para siswa sebagai persiapan melaksanakan di lapangan.
Guru harus mengenal dengan baik keadaan masyarakat sekitamya, supaya dapat
menyusun proyek kerja bagi para siswa. Kelas -ialu melakukan inventarisasi
masalah-masalah yang muncul jalam masyarakat, kemudian diupayakan pemecahannya.
Pranan sebagai komunikator, bukan saja memerlukan pengetahuan dalam bidang
pendidikan dan apresiasi, namun diperlukan pula keterampilan berintegrasi dan
bekeda sama dengan masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar