Pengorganisasian Bahan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Bahan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial hendaknya diolah sedemikian rupa sehingga tersusun secara sistematis sehingga terlihat saling keterkaitan antara bahan yang satu dengan yang lain. Guru harus dapat mengkaitkan tema tertentu dengan matari yang terdapat dalam disiplin ilmu sosial. Sebagai contoh peserta didik membahas tentang banjir, guru dapat bertanya kepada peserta didik dimana banjir terjadi, menggambar denah lokasi banjir, dibahas jumlah rumah yang rusak, berapa kerugiannya, bagaimana sikap siswa terhadap korban banjir, apa sebab terjadi banjir, bagaimana langkah selanjutnya, dapat juga peserta didik diminta membuat cerita tentang pengalaman tentang banjir.

Dalam mengorganisasikan materi perlu diperhatikan beberapa faktor berikut ini (Poerwito, 1991:43):

  1. Keseimbangan; isi pelajaran disusun secara seimbang, baik mengenai sumber (masyarakat, anak didik, dan Ilmu-Ilmu Sosial), struktur (fakta, konsep, generalisasi), ataupun segi-segi kemampuah peserta didik (pengetahuan, ketrampilan dan sikap);
  2. Keterpaduan; baik secara horisontal yang menyangkut kaitan antara mata pelajaran (bidang studi) yang diajarkan pada suatu kelas atau semester, maupun keterpaduan vertikal, yang menyangkut kaitan antara sesuatu bidang studi (misalnya Ilmu Pengetahuan Sosial) pada kelas (semester) yang lalu, sekarang dan yang akan datang.
  3. Fleksibilitas; program pengajaran yang disusun secara kaku dan ketat, yang tidak memungkinkan penyimpangan sedikitpun, malahan akan menyulitkan peserta didik, karena pemahaman mereka seringkali perlu ditunjang oleh bahan pelajaran dari berbagai sumber yang tidak selalau tercantum dalam kurikulum nasional, ataupun buku teks yang diwajibkan.
  4. Kemudahan (leamable); merupakan tujuan pokok penetapan isi pelajaran, yaitu agar murid mudah menangkap, memahami dan mencernakan bahan tersebut sehubungan dengan tujuan instruksional, berupa perubahan perilaku siswa. 


IPS merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu yaitu sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, kewarganegaraan, maka guru IPS haruslah pandai menggabungkan konsep-konsep masing-masing disipilin ilmu. Untuk itu perlu strategi sendiri dalam pembelajaran IPS.

Berikut ini model-model pembelajaran terpadu yang dikembangkan di Madrasah Ibtidaiyah
1. Model keterhubungan
Model keterhubungan adalah model pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk rnenghubungkan satu konsep dengan konsep lain. satu topik dengar, topik 1ain, satu ketrampiian dengan ketrampilan lain, tugas-tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas-tugas yang dilakukan pada hari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari pada satu semester dengan ide-ide yang akan dipelajari pada semester berikutnya. Model keterhubungan mempunyai beberapa kekuatan yang dapat dikemukakan sebagai berikut :


  • Dengan mengaitkan ide-ide inter bidang studi, peserta didik memiliki keuntungan gambaran yang besar seperti halnya suatu studi yang terfokus pada suatu aspek
  • Konsep-konsep kunci dikembangkan peserta didik terus menerus, sehingga terjadi internalisasi.
  • Mengaitkan ide-ide dalam suatu bidang studi memungkinkan peserta didik mengkaji, mengkonseptualitasi, memperbaiki, dan mengasimilasi ide secara berangsur-angsur dan memudahkan proses transfer ide-ide tersebut dalam memecahkan masalah.


Adapun kelemahan dari model keterhuburngan antara lain dapat disebutkan sebagai berikut :

  • Berbagai bidang studi di dalam model ini tetap terpisah dan nampak tidak terkait, walaupun hubungan yang dibuat secara eksplisit interdisiplin.
  • Guru tidak didorong untuk kerja secara bersama-sama di dalam model ini, sehingga isi pelajaran tetap terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep dan ide-ide antar bidang studi.
  • Usaha-usaha yang terkonsentrasikan u:ntuk mengintegrasikan ide-ide dalam suatu bidang studi dapat mengabaikan kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang lebih global dengan bidang studi lainnya.


2. Model Jaring Laba-Laba
Model ini merupakan model pembelajaran terpadu yang menggunakanpendekatan tematik. Pendekatan mi pengembangannya dimulai dengan menentukan tematertentu misalnya "transportasi".Tema bisa ditetapkan dengan negosiasi antara guru dansiswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesama guru. Setelah tema tersebutdisepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema ini dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa.

Model jaring laba-laba mempunyai beberapa kekuatan yang dapat dikemukakan sebagai berikut :

  • Adanya faktor motivasional yang dihasilkan dari menyeleksi tema yang sangat diminati.
  • Model jaring laba-laba relatif mudah dilakukan bagi guru-guru yang belum berpengalaman.
  • Model ini mempermudah perencanaan kerja tim sebagai tim antar bidang studi yang bekerja untuk mengembangkan suatu tema ke dalam semua bidang isi pelajaran.
  • Pendekatan tematik memberikan suatu arahan yang jelas, yang dapat memotivasi peserta didik
  • Memudahkan peserta didik untuk melihat kegiatan-kegiatan dan ide-ide berbeda yang terkait.


Adapun kelemahan jaring laba-laba:

  • Langkah yang sulit dalam menerapkan model jaring laba-laba (webbed) adalah menyeleksi tema.
  • Ada suatu kecenderungan untuk merumuskan tema yang dangkal, sehingga hal ini hanya berguna secara artifisial di dalam perencanaan kurikulum.
  • Guru kurang dapat menjaga misi kurikulum baku.
  • Dalam pembelajaran, guru lebih fokus pada kegiatan-kegiatan daripada pengembangan konsep.


3. Model Keterpaduan
Model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan ketrampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa bidang studi. Berbeda dengan model jaring laba-laba yang menuntut pemilihan tema dan pengembangannya sebagai langkah awal, maka dalam model keterpaduan tema yang berkaitan dan bertumpang tindih merupakan hal terakhir yang ingin dicari dan dipilih oleh guru dalam tahap perencanaan program. Pertama kali guru menyeleksi konsep-konsep, ketrampilan, dan sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa bidang studi (IPA, Matematika, IPS dan Bahasa). Selanjutnya dipilih beberapa konsep, ketrampilan, dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara berbagai bidang studi.

Model keterpaduan mempunyai kekuatan yang dapat dikemukakan sebagai berikut :

  1. Memudahkan siswa untuk mengarahkan keterkaitan dan keterhubungan di antara berbagai bidang studi.
  2. Memungkinkan pemahaman antar bidang studi dan memberikan penghargaan terhadap pengetahuan dan keahlian.
  3. Mampu membangun motivasi.


Sementara itu, model keterpaduan ini mempunyai kelemahan antara lain sebagai berikut :

  • Model ini merupakan model yang sangat sulit diterapkan secara penuh.
  • Model ini menghendaki guru yang sangat terampil, percaya diri dan menguasai konsep, sikap dan ketrampilan yang diprioritaskan.
  • Model ini menghendaki tim antar bidang studi yang kadangkadang sulit dilakukan, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan.
  • Mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep dari masing-masing disiplin menuntut komitmen terhadap berbagai sumber.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Serba Ada Blog Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger