Suparlan (1997) menjelaskan perbedaan penelitian
kuantitatif dengan penelitian kualitatif sebagai berikut:
a)
Penelitian Kuantitatif
Landasan berpikir
pendekatan kuantitatif adalah filsafat positivisme yang pertama kali
diperkenalkan oleh Emile Durkhim (1964). Pandangan filsafat positivisme adalah
bahwa tindakan-tindakan manusia terwujud dalam gejala-gejala sosial yang
disebut fakta-fakta sosial. Fakta-fakta sosial tersebut harus dipelajari secara
objektif, yaitu dengan memandangnya sebagai “benda,” seperti benda dalam ilmu
pengetahuan alam. Caranya dengan melakukan observasi atau mengamati fakta
sosial untuk melihat kecenderungan-kecenderungannya, menghubungkan dengan
fakta-fakta sosial lainnya, dengan demikian kecenderungan-kecenderungan suatu
fakta sosial tersebut dapat diidentifikasi. Penggunaan data kuantitatif
diperlukan dalam analisis yang dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya demi
tercapainya ketepatan data dan ketepatan penggunaan model hubungan variabel
bebas dan variabel tergantung (Suparlan, 1997:95).
Pada buku yang lain Suparlan menjelaskan bahwa penelitian
kuantitatif memusatkan perhatiannya pada gejala-gejala yang mempunyai
karakteristik tertentu dalam kehidupan manusia, yang dinamakan variabel.
Hakikat hubungan antara variabel-variabel dianalisa dengan menggunakan teori
yang objektif. Karena sasaran kajian dari penelitian kuantitatif adalah
gejala-gejala, sedangkan gejala-gejala yang ada dalam kehidupan manusia itu
tidak terbatas banyaknya dan tidak terbatas pula kemungkinan-kemungkinan
variasi dan hierarkinya, maka juga diperlukan pengetahuan statistik. Statistik
dalam penelitian kuantitatif berguna untuk menggolong-golongkan dan
menyederhanakan variasi dan hierarki yang ada dengan ketepatan yang dapat
diukur, termasuk juga dalam penganalisaan dari data yang telah dikumpulkan (Suparlan,
1994:6-7).
b)
Penelitian Kualitatif
Landasan berpikir dalam penelitian kualitatif adalah
pemikiran Max Weber (1997) yang menyatakan bahwa pokok penelitian sosiologi
bukan gejala-gejala sosial, tetapi pada makna-makna yang terdapat di balik
tindakan-tindakan perorangan yang mendorong terwujudnya gejala-gejala sosial
tersebut. Oleh karena itu metoda yang utama dalam sosiologi dari Max Weber
adalah verstehen atau pemahaman (jadi bukan erklaren atau
penjelasan). Agar dapat memahami makna yang ada dalam suatu gejala sosial, maka
seorang peneliti harus dapat berperan sebagai pelaku yang ditelitinya, dan
harus dapat memahami para pelaku yang ditelitinya agar dapat mencapai tingkat
pemahaman yang sempurna mengenai makna-makna yang terwujud dalam gejala-gejala
sosial yang diamatinya (Suparlan, 1997:95).
Pada buku yang lain, Suparlan menjelaskan bahwa penelitian
kualitatif memusatkan perhatiannya pada prinsip umum yang mendasari perwujudan
satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia, atau pola-pola. Gejala-gejala
sosial dan budaya dianalisis dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat yang
bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai pola-pola yang berlaku, dan
pola-pola yang ditemukan tadi dianalisis lagi dengan menggunakan teori yang
objektif. Penelitian kualitatif sasaran kajiannya adalah pola-pola yang berlaku
yang merupakan prinsip-prinsip yang secara umum dan mendasar berlaku dan
menyolok berdasarkan atas kehidupan manusia, maka juga analisis terhadap
gejala-gejala tersebut tidak dapat tidak harus menggunakan kebudayaan yang
bersangkutan sebagai kerangka acuannya. Karena kalau menggunakan kebudayaan
lain atau kerangka acuan lainnya maka maknanya adalah menurut kebudayaan lain;
tidak objektif, sehingga pendekatan kualitatif tidak relevan (Suparlan,
1994:6-7).
Dari uraian Suparlan tersebut sudah jelas perbedaan yang
fundamental antara penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Agar
terdapat gambaran yang lebih rinci perbedaan penelitian kuantitatif dengan
penelitian kualitatif akan dikemukakan pandangan Cresswell (1994), Denzin &
Lincoln (1994), Guba & Lincoln (1994), dan Moustyan (1995) (dalam Neuman,
1997:14) sebagai berikut.
Quantitative Style (Model
Kuantitatif)
a.
Measure objective facts (mengukur fakta yang
objektif)
b.
Focus on variables (terfokus pada
variabel-variabel)
c.
Reliability is key (reliabilitas merupakan
kunci)
d.
Value free (bersifat bebas nilai)
e.
Independent of context (tidak tergantung
pada konteks)
f.
Many cases subjects (terdiri atas kasus atau
subjek yang banyak)
g.
Statistical analysis (menggunakan analisis
statistik)
h.
Researcher is detached (peneliti tidak
terlibat)
Qualitative Style (Model Kualitatif)
a.
Construct social reality, cultural meaning
(mengonstruksi realitas sosial, makna budaya)
b.
Focus on interactive processes, events (berfokus
pada proses interpretasi dan peristiwa-peristiwa)
c.
Authenticity is key (keaslian merupakan
kunci)
d.
Values are present and explicit (nilai hadir
dan nyata / tidak bebas nilai)
e.
Situationally constrained (terikat pada
situasi / terikat pada konteks)
f.
Few cases subjects (terdiri atas beberapa
kasus atau subjek)
g.
Thematic analysis (bersifat analisis
tematik)
h.
Researcher is involved (peneliti terlibat)
Penjelasan dan contoh Model Kuantitatif
a.
Mengukur fakta yang objektif
Setiap fakta atau fenomena yang dalam penelitian
kuantitatif dijadikan variabel (hal-hal yang pokok dalam suatu masalah) untuk
mendapatkan objektivitas, variabel tersebut harus diukur. Misalnya untuk
mengetahui kualitas atau kadar atau tinggi rendahnya motivasi kerja karyawan
suatu perusahaan dilakukan tes atau dengan kuesioner yang disusun berdasarkan
komponen-komponen/unsur-unsur/indikator-indikator dari variabel penelitian yang
dalam hal ini motivasi kerja karyawan.
b.
Terfokus pada variabel-variabel
Sebelum
dilakukan penelitian, terlebih dahulu ditentukan variabel-variabel atau hal-hal
pokok yang terdapat dalam suatu masalah/gejala/fenomena. Penentuan
variabel-variabel tersebut berdasarkan hukum sebab-akibat, suatu gejala yang
terjadi merupakan akibat dari gejala yang lain atau karena adanya hubungan atau
pengaruh gejala lain. Di sini terjadi cara berpikir nomotetik. Misalnya
dalam suatu perusahaan terjadi gejala penurunan produktivitas kerja karyawan.
Selanjutnya dilakukan pengkajian secara teoritis faktor-faktor apa yang
menyebabkan terjadinya penurunan produktivitas kerja tersebut. Misalnya secara
teori ditemukan bahwa produktivitas kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor
motivasi kerja dan kepemimpinan manajer. Kemudian pengaruh atau hubungan dari
data hasil pengukuran masing-masing variabel diuji secara statistik apakah
benar variabel motivasi kerja dan kepemimpinan manajer mempunyai pengaruh atau
mempunyai hubungan dengan variabel produktivitas kerja. Dan apakah pengaruh
atau hubungan tersebut signifikan atau dapat dipercaya (mempunyai tingkat
kepercayaan yang tinggi). Apabila hasil analisis statistik menyatakan
variabel-variabel tersebut mempunyai pengaruh atau hubungan secara signifikan,
maka dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja karyawan dipengaruhi oleh
variabel motivasi kerja dan kepemimpinan manajer atau mempunyai hubungan dengan
motivasi kerja dan kepemimpinan manajer.
Catatan:
Analisis statistik yang dipergunakan untuk mengukur pengaruh suatu variabel
pada variabel lain berbeda dengan analisis statistik yang dipergunakan untuk mengukur
hubungan suatu variabel dengan suatu variabel yang lain atau beberapa variabel.
Analisis statistik untuk mengukur pengaruh suatu variabel pada variabel yang
lain di antaranya menggunakan analisis statistik multiple regression (regresi
ganda), sedangkan untuk mengukur hubungan suatu variabel dengan variabel lain
di antaranya menggunakan analisis statistik correlation (korelasi)
misalnya correlation product-moment (korelasi product-moment)
dari Carl Pearson atau Spearman-Brown.
c.
Reliabilitas merupakan kunci
Reliabilitas atau keajegan
suatu tes atau kuesioner mempunyai arti bahwa tes atau kuesioner tersebut
menghasilkan skor yang relatif sama walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda.
Suatu alat ukur atau instrumen penelitian (misalnya tes atau kuesioner) apabila
memiliki reliabilitas yang tinggi akan menyebabkan hasil penelitian itu akurat.
Oleh karena itu, reliabilitas merupakan kunci dalam penelitian kuantitatif,
karena apabila alat ukur atau instrumen penelitian reliabel (terpercaya),
maka akan berdampak hasil penelitian akurat. Di samping alat ukur harus reliabel
dipersyaratkan pula harus valid (sahih) atau memiliki validitas
(kesahihan). Suatu instrumen penelitian dikatakan valid atau memiliki validitas
apabila dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
Catatan:
Uji statistik untuk mengukur reliabilitas diantaranya adalah Analisis
Alpha Cronbach dan KR-20 (Kuder-Richardson 20). Sedangkan uji statistik untuk
mengukur validitas dilakukan di antaranya dengan mengorelasikan skor setiap
item dengan skor total (jumlah seluruh skor item dikurangi skor item yang
dikorelasikan).
d.
Bebas nilai
Dalam
penelitian kuantitatif pengujian terhadap gejala/fenomena tidak dikaitkan
dengan budaya atau nilai-nilai budaya masyarakat yang melatarbelakangi fenomena
tersebut. Pengaruh nilai-nilai budaya terhadap fenomena tidak diperhitungkan
atau tidak diperhatikan. Sebagai contoh salah satu komponen dari konsep diri
adalah kelebihan dan kelemahan pada diri individu. Dalam budaya Barat seorang
individu untuk menyatakan kelebihan dan kelemahan diri sendiri tidak menjadi
masalah. Seorang individu untuk dapat dikatakan memiliki konsep diri yang
positif, individu tersebut dapat menyatakan kelemahan dan kelebihannya
di samping memiliki kriteria-kriteria konsep diri yang lain. Sedangkan pada
budaya Timur perilaku yang demikian dapat dikategorikan perilaku sombong. Dalam
penelitian kuantitatif pengaruh nilai-nilai budaya tidak diperhitungkan, karena
menurut paradigma yang dipergunakan sebagai landasan berpijak pada penelitian
kuantitatif, kriteria-kriteria konsep diri bersifat universal atau berlaku
umum.
e.
Tidak tergantung pada konteks
Suatu fenomena terkait
dengan konteks artinya terkait dengan situasi atau lingkungan yang menyertai
fenomena tersebut. Fenomena yang sama, konteksnya dapat berbeda. Misalnya
fenomena aktualisasi diri atau kebutuhan untuk mewujudkan kemampuan dirinya
(Teori Motivasi Abraham Maslow) bagi orang-orang perkotaan akan berbeda dengan
orang-orang pedesaan. Aktualisasi diri orang Jakarta akan berbeda dengan orang pedesaan
yang tinggal di lereng gunung Merapi, di lereng Merbabu, di pedalaman
Kalimantan, atau di pedalaman Irian Barat (Papua). Aktualisasi diri orang
Jakarta dimanifestasikan dalam kemampuan teknologi, teknologi informasi, bahasa
asing, manajemen, dan lain-lain, sedangkan orang-orang pedesaan di lereng
gunung Merapi dan Merbabu atau di pedalaman Kalimantan atau di pedalaman Papua
dimanifestasikan dalam kemampuan bertani atau bercocok tanam, memelihara
binatang, atau memburu binatang buas atau menguasai seni lokal atau seni daerah
setempat. Penelitian kuantitatif tidak tergantung konteks dari fenomena yang
diteliti
f.
Terdiri dari kasus-kasus atau subjek-subjek yang
banyak
Dalam
penelitian kuantitatif diperlukan adanya kasus-kasus atau subjek-subjek yang
banyak. Hal ini bertujuan agar dapat digeneralisasikan atau dapat diberlakukan
secara umum. Untuk itu terdapat terminologi populasi, sampel, dan technique
sampling (teknik menentukan sampel). Populasi adalah seluruh atau jumlah
individu dari suatu wilayah atau organisasi atau instansi atau perusahaan yang
memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
selanjutnya untuk ditarik kesimpulan. Sedang sampel adalah sebagian dari populasi
yang mewakili populasi, oleh karena itu sampel harus representatif (harus dapat
mewakili) artinya sampel harus dapat menggambarkan keadaan populasi. Terdapat
beberapa teknik sampling (cara pengambilan sampel), di antaranya: total
sampling, yaitu apabila seluruh individu atau seluruh anggota populasi
dijadikan sampel; stratified random sampling, yaitu apabila setiap
strata/tingkat/bagian ada wakil yang dijadikan sampel dan dilakukan secara acak
(random); purposive sampling, yaitu apabila individu yang dijadikan
sampel memiliki persyaratan tertentu sesuai tujuan penelitian; accidental
sampling, yaitu individu yang dijadikan sampel adalah individu yang dapat
ditemui; dan lain-lain. Dengan adanya sampel yang representatif terhadap
populasinya, maka penelitian cukup dilakukan terhadap sampel, dan hasil
penelitian terhadap sampel tersebut dapat digeneralisir artinya dapat
menggambarkan populasi, walaupun penelitian hanya ditujukan pada sampel, tetapi
sudah dapat untuk menggambarkan keadaan populasi.
g. Menggunakan
analisis statistik
Dalam
penelitian kuantitatif digunakan analisis statistik bertujuan agar dapat
mendeskripsikan secara akurat suatu fenomena (erklaren). Sedangkan dalam
penelitian kualitatif tidak menggunakan analisis statistik karena tujuannya
tidak akan mendeskripsikan suatu fenomena tetapi mencari makna guna mendapatkan
pemahaman yang mendalam (verstehen). Terdapat beberapa macam teknik
analisis statistik, misalnya sebagaimana telah diuraikan di depan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang
lain digunakan teknik analisis statistik korelasi product-moment dari
Carl Pearson atau dari Spearman-Brown. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
antara variabel yang satu pada variabel yang lain digunakan analisis statistik multiple
regression. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara variabel yang
satu dengan variabel yang lain digunakan rumus t-test. Dalam penelitian
kuantitatif digunakan istilah-istilah yang spesifik dan tidak digunakan dalam
penelitian kualitatif, misalnya variabel, validitas, reliabilitas, hipotesis,
signifikan, dan lain-lain. Signifikan digunakan untuk menggambarkan apabila
hubungan, perbedaan, pengaruh antara suatu variabel dengan variabel yang lain
mempunyai makna, untuk itu kemungkinan salah perhitungannya dibatasi maksimal
5%, atau dengan simbol statistik p < 0.05. Suatu hubungan atau
perbedaan atau pengaruh antara variabel yang satu dengan variabel yang lain
apabila p < 0.05 (tingkat kesalahan sama atau lebih kecil dari 5%)
dinyatakan signifikan atau bermakna.
h. Peneliti
tidak memihak
Dalam penelitian kuantitatif peneliti tidak
memihak, artinya peneliti menghindari subjektivitas dari subjek yang diteliti.
Dalam penelitian kualitatif peneliti justru berusaha mengetahui persepsi
subjektif dari subjek yang diteliti. Hasil penelitian kualitatif merupakan
hasil analisis persepsi subjektif dari subjek yang diteliti terhadap suatu
fenomena. Sedangkan dalam penelitian kuantitatif peneliti sejauh mungkin
mengeleminir subjektivitas dari subjek yang diteliti. Oleh karena itu dalam
penelitian kuantitatif dikatakan peneliti tidak memihak.
Penjelasan dan contoh Model Kualitatif
a.
Mengonstruksi realitas sosial, makna budaya
Apabila
penelitian kuantitatif berusaha mengukur fakta yang objektif atau dengan kata
lain mendeskripsikan suatu fenomena atau realitas, maka penelitian kualitatif
ingin mendapatkan pemahaman yang mendalam. Untuk itu harus mencari nomenon
atau makna di balik fenomena. Atau dapat dikatakan penelitian kuantitatif
berusaha mendeskripsikan fenomena secara akurat (erklaren), sedangkan
penelitian kualitatif ingin mendapatkan makna di balik fenomena, untuk itu
perlu mendapatkan pemahaman yang mendalam dari suatu fenomena (verstehen).
Untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam (verstehen),
tidak cukup apabila hanya mengetahui tentang apa dari suatu fenomena tetapi
juga mengapa dan bagaimana dari suatu fenomena. Mengapa suatu fenomena ada atau
terjadi, bagaimana suatu fenomena terjadi atau bagaimana proses terjadinya
suatu fenomena. Dan hal ini, yaitu pengetahuan tentang apa, mengapa, dan
bagaimana, dapat dikuasai manusia, karena manusia mempunyai metakognisi
yang mampu menghasilkan pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang
apa), pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang bagaimana), dan pengetahuan
kondisional (pengetahuan tentang mengapa dan kapan) (Micchenbaum, dkk, 1985
dalam Woolfolk, 1998:267). Untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam (verstehen)
tidak cukup hanya mengetahui tentang apa dari suatu fenomena tetapi juga
mengapa dan bagaimana suatu fenomena terjadi. Pendapat penulis ini mengacu
pendapat Suparlan (1997: 99) sebagai berikut: “Dalam pendekatan kualitatif,
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebagai pertanyaan-pertanyaan penelitian
bukan hanya mencakup: apa, siapa, dimana, kapan, bagaimana, tetapi yang
terpenting yang harus tercakup dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian tersebut
adalah mengapa. Pertanyaan mengapa menuntut jawaban mengenai
hakikat yang ada dalam hubungan diantara gejala-gejala atau konsep-konsep,
sedangkan pertanyaan-pertanyaan apa, siapa, dimana, dan kapan
menuntut jawaban mengenai identitas, dan pertanyaan bagaimana menuntut
jawaban mengenai proses-prosesnya.
Poerwandari (1998:17) menyatakan penelitian kualitatif
dilakukan untuk mengembangkan pemahaman. Penelitian kualitatif membantu
mengerti dan menginterpretasi apa yang ada di balik peristiwa: latar belakang
pemikiran manusia yang terlibat di dalamnya, serta bagaimana manusia meletakkan
makna pada peristiwa yang terjadi. Pengembangan hukum umum tidak menjadi tujuan
penelitian, upaya-upaya mengendalikan atau meramalkan juga tidak menjadi aspek
penting. Aspek subjektif manusia menjadi hal penting.
Penelitian kualitatif dinyatakan mengonstruksi realitas
sosial, karena penelitian kualitatif berlandaskan paradigma Konstruktivisme
yang berpandangan bahwa pengetahuan itu bukan hanya merupakan hasil pengalaman
terhadap fakta, tetapi juga merupakan hasil konstruksi rasio subjek yang
diteliti. Pengenalan manusia terhadap realitas sosial berpusat pada subjek dan
bukan pada objek, ini berarti ilmu pengetahuan bukan hasil pengalaman semata,
tetapi merupakan juga hasil konstruksi oleh rasio.
b.
Berfokus
pada proses interaksi dan peristiwa-peristiwa
Penelitian
kuantitatif berfokus pada variabel-variabel, bahkan sebelum penelitian dilakukan
telah ditentukan terlebih dahulu variabel-variabel yang akan diteliti.
Sedangkan dalam penelitian kualitatif, fokus perhatiannya pada proses interaksi
dan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadiannya itu sendiri, bukan pada
variabel-variabel. Bahkan fokus penelitian dapat berubah pada waktu di lapangan
setelah melihat kenyataan yang ada di lapangan. Dalam penelitian kualitatif di
antara teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah observasi. Observasi
tidak cukup apabila hanya diarahkan pada setting saja, tetapi justru
yang pokok adalah proses terjadinya peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian
itu sendiri. Demikian pula observasi tidak cukup dilakukan bersamaan dengan
wawancara, tetapi observasi sebaiknya dilakukan tidak bersamaan dengan wawancara.
Apabila observasi dilakukan bersamaan dengan wawancara, maka tidak dapat
terfokus pada hal-hal yang akan diobservasi. Walaupun memang ada perilaku yang
dapat diobservasi pada waktu diadakan wawancara, namun mengenai perilaku
tersebut belum dapat ditarik kesimpulan. Agar dapat ditarik kesimpulan maka
hasil wawancara harus dilengkapi dan dicek dengan hasil observasi yang
dilakukan secara khusus. Dengan observasi akan dapat diketahui tentang proses
interaksi atau kejadian-kejadiannya sendiri. Atau dengan kata lain, dengan
observasi terutama observasi langsung tidak hanya akan dapat menjawab
pertanyaan tentang apa, tetapi juga bagaimana dan mengapa. Dengan diketahuinya
tentang apa, bagaimana, dan mengapa, maka masalah akan dapat dipahami secara
mendalam (verstehen).
c.
Keaslian merupakan kunci
Dalam
penelitian kuantitatif, reliabilitas merupakan kunci, jadi analisis statistik
mempunyai fungsi yang sangat strategis. Dalam penelitian kualitatif keaslian
merupakan kunci, sehingga penelitian kualitatif ini juga dikatakan sebagai
penelitian alamiah (naturalist inquiry). Dalam penelitian kualitatif
tidak ada usaha untuk memanipulasi situasi maupun setting. Sebaliknya
penelitian kuantitatif justru sering melakukan manipulasi situasi maupun setting
penelitian. Misalnya dalam metoda eksperimen, situasi dapat dimanipulasi dengan
subjek diatur sehingga homogen dengan dipilih sesuai kriteria yang telah
ditentukan terlebih dahulu, dengan ditiadakannya pengaruh dari variabel
kontrol, adanya treatment (perlakuan khusus) misalnya diberikan terapi
khusus atau diberikan pelatihan khusus, dan lain-lain. Sebaliknya penelitian
kualitatif melakukan studi terhadap fenomena dalam situasi dan setting
sebagaimana adanya. Guba seperti yang dikutip Patton (1990 dalam Poerwandari,
1998:30) mendefinisikan studi dalam situasi alamiah sebagai studi yang
berorientasi pada penemuan (discovery-oriented). Penelitian demikian
secara sengaja membiarkan kondisi yang diteliti berada dalam keadaan
sesungguhnya, dan menunggu apa yang akan muncul atau ditemukan.
d.
Nilai hadir dan nyata (tidak bebas nilai)
Dalam
penelitian kuantitatif, peneliti berusaha untuk tidak memperhatikan atau tidak
memperhitungkan nilai (bebas nilai), sebaliknya dalam penelitian kualitatif
nilai sangat diperhatikan atau diperhitungkan. Penelitian kuantitatif memegang
teguh prinsip menghindari pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan
nilai-nilai dalam laporan penelitian (juga dalam skripsi, tesis, disertasi)
dengan jalan menggunakan bahasa yang impersonal (misalnya tidak
menggunakan kata: kita, kami, saya, kita semua), membuat laporan penelitian,
mengajukan argumentasi berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh dalam penelitian.
Sedang penelitian kualitatif menggunakan bahasa yang personal (dapat
menggunakan kata: kita, kami, saya, kita semua). Menurut Neuman (1997 dalam
Salim, 2001:36) dalam penelitian kualitatif para peneliti mengetahui adanya
sifat value-laden (sarat nilai-nilai subjektif si peneliti) dalam
penelitian, dan si peneliti pun secara aktif melaporkan nilai-nilai dan bias-biasnya,
serta nilai-nilai dari informasi yang dikumpulkan di lapangan.
e.
Terikat pada situasi (terikat pada konteks)
Telah
dijelaskan bahwa suatu fenomena terikat pada situasi yang mengelilinginya, atau
dengan kata lain selalu terikat pada konteks. Telah dijelaskan pula di depan
bahwa dalam penelitian kuantitatif karena ingin menghasilkan data yang berlaku
umum (universal), maka peneliti harus menjaga jarak dan bebas dari pengaruh
yang diteliti. Peneliti selalu berusaha mengontrol bias, memilih percontohan yang
sistematis dan berusaha objektif dalam meneliti suatu fenomena. Sebaliknya
penelitian kualitatif tidak menjaga jarak dan tidak bebas dari yang diteliti
karena ingin mengetahui persepsinya, atau dengan kata lain ingin mengetahui
persepsi subjektif dari yang diteliti. Persepsi subjektif dari yang diteliti
selalu terikat pada situasi atau terikat pada konteks. Individu yang sedang
mengalami kesedihan dapat berubah menjadi senang atau gembira pada saat
memasuki pesta ulang tahun anaknya atau teman karibnya. Dengan adanya data yang
bersifat subjektif, apa ini berarti penelitian kualitatif tetap bersifat
ilmiah? Walaupun datanya bersifat subjektif, penelitian kualitatif tetap
ilmiah, karena apabila data tersebut dimiliki beberapa atau banyak individu
atau dengan kata lain beberapa atau banyak individu memiliki data yang sama
dengan subjek yang diteliti, maka hasil penelitian seperti ini disebut bersifat
intersubjektif. Dalam penelitian kualitatif, pengertian intersubjektif
sama dengan objektif.
f.
Terdiri dari beberapa kasus atau subjek
Dalam
penelitian kualitatif karena tidak bertujuan menggeneralisasikan hasil
penelitiannya, maka penelitian kualitatif tidak perlu meneliti banyak kasus
atau subjek. Dalam studi kasus subjek yang diteliti dapat satu tetapi dapat juga
banyak, bahkan mungkin penduduk suatu negara. Karena dalam studi kasus yang
sangat penting adalah sifatnya yang sangat spesifik. Contoh penelitian
tentang “Perkembangan Demokrasi pada Negara-negara Sosialis.” Negara-negara
yang menganut paham Sosialis menentang paham Demokrasi. Jadi penelitian
perkembangan demokrasi di negara-negara sosialis bersifat spesifik. Sebagai
contoh tidak seperti dalam penelitian kuantitatif yang mematok jumlah subjek
minimal sebanyak 30 (tiga puluh) individu agar dapat dianalisis dengan
statistik parametrik, maka dalam penelitian kualitatif tidak mematok jumlah
subjek yang diteliti.
g.
Bersifat analisis tematik
Dalam
penelitian kualitatif karena tidak bertujuan menggeneralisasikan hasil
penelitiannya, maka yang diteliti adalah hal-hal yang bersifat khusus atau
spesifik, dan analisisnya bersifat tematik. Misalnya tindak kekerasan terhadap
perempuan, masalah-masalah jender: perjuangan perempuan mendapatkan perlakuan
yang adil dalam lapangan pekerjaan, kasus-kasus perilaku menyimpang, masalah
kesulitan belajar bagi anak-anak yang tidak normal (learning-disabilities),
dan lain-lain.
h.
Peneliti terlibat
Berbeda
dengan penelitian kuantitatif di mana peneliti mengambil jarak dengan yang
diteliti agar dapat menjaga objektivitas atau menghindari subjektivitas dari
yang diteliti, maka sebaliknya penelitian kualitatif peneliti tidak mengambil
jarak, agar peneliti benar-benar memahami persepsi subjek yang diteliti
terhadap suatu fenomena. Untuk itu peneliti dapat melakukan misalnya observasi
terlibat (participant observation). Dengan observasi terlibat pemahaman
terhadap subjek dapat mendalam.
0 komentar:
Posting Komentar