Pendidikan yang pertama dalam
kehidupan manusia terjadi di dalam keluarga. Ini terjadi sebelum anak memasuki
dunia pendidikan formal. Keluarga sebagai satuan masyarakat terkecil yang
dipandang sebagai persekutuan hidup yang strategis dalam pembinaan kemandirian
manusia Indonesia. Suatu bangsa terdiri dari keluarga-keluarga dan
keluarga-keluarga ini terdiri dari individu utama yang disebut ayah-ibu dan
anak-anak sebagai anggota keluarga generasi kedua.
Anggota masyarakat yang kini berpengaruh dalam pergaulan
hidup bermasyarakat dan bernegara adalah individu-individu produk pendidikan
masa lalu yang pangkalnya adalah keluarga juga. Pendidikan dalam keluarga akan
banyak mewarnai kehidupan seseorang dimasa mendatang. Jika pendidikan ini
berhasil baik maka anak akan tumbuh secara sempurna dan tumbuh menjadi
pribadi-pribadi mandiri. Pribadi mandiri ditandai dengan kedewasaan berpikir
dan bertindak. Mereka pada suatu saat akan menjelma menjadi manusia yang mampu
menghidupi diri sendiri dan bahkan bisa membuka lapangan kerja bagi orang lain,
menjadi pribadi dewasa dan mampu mendewasakan orang lain. Salah satu sumber
pemikiran mengenai pendidikan adalah pengajaran dan pembelajaran nilai-nilai
inti keagamaan.
Berdasarkan
undang-undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bab I Pasal 1, bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Di atas telah disinggung bahwa yang dijadikan pokok
telaahan adalah ajaran Islam dan ajaran ini pula banyak berfungsi sebagai
sumber belajar. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang memberi petunjuk dan
mengisyaratkan kebijakan pendidikan. Di antaranya ayat-ayat tentang percaya
diri, tanggung jawab, optimisme, rajin beramal dengan tujuan mencari ridho
Alloh, diharapkan ajaran-ajaran seperti ini bisa menjadi landasan terbentuknya
kemandirian anak dimasa depan. Ayat-ayat itu adalah :
1.
Al- Baqarah 2 : 139
2.
Al-Balad 90 : 4
3.
Al-Kahf 18 : 23-24
4.
Ali Imran 3 : 139
Al-Baqarah
ayat 139 yang artinya sebagai berikut; “Apakah kamu memperdebatkan dengan kami
tentang Alloh, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan
kami, bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati”.
Seorang muslim diberi
petunjuk untuk tidak terpengaruh oleh keadaan sekitar yang seringkali
bertentangan dengan kepentingan dirinya selaku seorang yang beragama Islam dan
tidak bisa dibenarkan kalau dia tertarik untuk melakukan apa yang dilakukan
orang banyak. Mereka diajarkan untuk
meyakini bahwa pada akhirnya berlaku dua criteria tentang baik-buruk dan sistem
pembalasan:
1. Yang memastikan adalah Alloh SWT, Tuhannya
dan Tuhan mereka juga.
2. Amalnya akan menentukan nasibnya, sedang
nasib mereka akan ditentukan oleh amal mereka sendiri.
Keyakinan yang sama dipaparkan oleh
ayat-ayat lain antaranya Alqasas 28 : 55, dan Asy-Syura 42 : 15. dengan ajaran
seperti ini seorang muslim diharapkan tumbuh menjadi pribadi yang kokoh
pendiriannya. Sikap seperti ini dalam agama Islam disebut istiqomah. Dia tidak
akan tergoda sedikitpun untuk melakukan penyelewengan dari ajaran agamanya
sekalipun hal itu sudah biasa dilakukan orang lain di sekitarnya.
Keyakinan lain yang diharapkan mampu
memberikan pembelajaran/membina kemandirian seorang muslim adalah kerja keras
untuk meraih keberuntungan ukhrowi. “Sesungguhnya kami telah menciptakan
manusia berada dalam susahpayah”, ayat ini memberikan petunjuk bahwa manusia
ditakdirkan hidup di dunia yang penuh tantangan terutama dari sesama manusia
dan kepentingan makhluk lain disekitarnya. Hal lain yang menyebabkan hidup ini
tidak mudah bahwa Tuhan tidak akan mengubah keadaan yang ada kecuali setelah
ada usaha nyata dari manusia yang berkepentingan untuk mengadakan perubahan
(Arra’du 13 : 11). Untuk itu diperlukan perjuangan sepanjang hayat.
Segi lain dari ajaran agama Islam yang
mendorong terwujudnya kemandirian adalah kerja keras dan optimisme tanpa
kesombangan. Kerja keras yang dianjurkan menjadi lebih intens dan bermakna
tatkala usaha itu ditujukan hanya untuk mendapat Ridho Alloh semata-mata dan
tujuan kebendaan di nomor duakan. Selanjutnya dikatakan bahwa: “ Dan jangan
sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu; sesungguhnya aku akan mengerjakan
itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut); Insya Alloh”. Ayat ini
mengandung dua hal tentang bekerja dan pekerjaan:
1.
Seorang muslim sangat dianjurkan untuk melakukan setiap
kesempatan berbuat baik dan tidak patut kalau dia melewatkannya berlalu begitu
saja, dan itu dilakukan saat munculnya tanpa menunggu-nunggu sampai besok atau
kapan-kapan.
2. kegairahan kerja dan optimisme jangan
membuat sombong seorang muslim, sebab dalam keadaan ini hasil usaha tersebut
masih sangat tergantung pada kudrat dan kehendak Alloh.
Ajaran lain yang juga sangat mungkin
mendorong lahirnya manusia mandiri adalah kewajaran harga diri. Merasa diri
lebih beruntung dari orang lain yang wajar tanpa merasa superior, karena
seorang muslim dengan ketaatannya pada ajaran agama Islam tidak akan pernah
menyusahkan orang lain, tidak pernah merasa dikejar-kejar aparat penegak hukum,
tidak juga merasa ada orang lain yang mengancam keselamatan dirinya, ditambah
lagi bahwa hidupnya bermakna bagi masyarakat dan lingkungannya. Orang lain bisa
saja tidak yakin akan hal itu, namun pribadinya yang mukmin mau tidak mau dia
akan menjadi manusia yang berkualitas tinggi. Seperti ayat yang mengatakan:
“Dan janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi, jika kamu orang-orang yang beriman”.
0 komentar:
Posting Komentar