a)
Keluhan utama: perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing,
dan kurang bersemangat serta nafsu makan berkurang (terutama selama masa
inkubasi)
b)
Suhu tubuh biasanya meningkat, demam berlangsung selama 3 minggu
bersifat febris remiten pada malam atau pagi atau setiap hari dan suhunya tidak
tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap
harinya, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore hari dan
malam hari. Dalam minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada
minggu ketiga, suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu
ketiga.
c)
Pada orangtua dan keluarga juga mengalami kecemasan akibat anggota
keluarganya yang sakit sehingga terkadang mempengaruhi psikologi orangtua atau
keluarga.
d) Pemeriksaan fisik :
-
Mulut:
terdapat napas tidak sedap, bibir pecah-pecah dan kering. Lidah tertutup
selaput putih yang kotor sementara ujung dan tepinya berwarna kemerahan
-
Abdomen
dapat ditemukan keadaan perut kembung, bisa terjadi konstipasi, bisa juga diare
atau normal.
-
Hati dan limpa membesar disertai
dengan nyeri pada perabaan.
Pemeriksaan Diagnostik
Menurut
Suryadi (2006) pemeriksaan pada klien dengan
typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari:
1.
Pemeriksaan
leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah
sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada
sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat
leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu
pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
2.
Pemeriksaan
SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali
meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
3.
Biakan
darah
Bila
biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini
dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor:
a. Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain,
hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu
pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
Biakan darah terhadap Salmonella
thypii terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada
minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
c. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi
dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah
negatif.
d.
Pengobatan
dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin
negatif.
4.
Uji Widal
Uji
widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella
thypii terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang
yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah
suspensi Salmonella yang sudah
dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid.
Akibat infeksi oleh Salmonella thypii,
klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
a.
Aglutinin
O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
b.
Aglutinin
H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
c.
Aglutinin
Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari
ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya
untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
5.
Pemeriksaan
Tubex
Pemeriksaan yang
dapat dijadikan alternatif untuk mendeteksi penyakit demam tifoid lebih dini
adalah mendeteksi antigen spesifik dari kuman Salmonella (lipopolisakarida O9) melalui pemeriksaan IgM Anti
Salmonella (Tubex TF). Pemeriksaan ini lebih spesifik, lebih sensitif, dan
lebih praktis untuk deteksi dini infeksi akibat kuman Salmonella thypii.
Keunggulan pemeriksaan Tubox TF antara lain bisa mendeteksi secara dini infeksi
akut akibat Salmonella thypii, karena
antibody IgM muncul pada hari ke 3 terjadinya demam. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa pemeriksaan ini mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap
kuman Salmonella (lebih dari 95%).
Keunggulan lain hanya dibutuhkan sampel darah sedikit, dan hasil dapat
diperoleh lebih cepat, Anon1 (2010).
0 komentar:
Posting Komentar