Kata taqwa berasal dari kata waqaya yang memiliki arti takut, menjaga
diri tanggung jawab dan memenuhi tanggung jawab. Karena itu orang yang bertaqwa
adalah orang yang takut kepada Allah SWT. berdasarkan kesadaran, mengerjakan perintah-Nya
dan tidak melanggar larangan-Nya baik secara lahiriah maupun batiniah, ia takut
terjerumus ke dalam perbuatan dosa. Orang yang taqwa adalah orang yang menjaga
(membentengi) dirinya dari perbuatan jahat, memelihara diri agar tidak
melakukan perbuatan yang tidak diridhai oleh Allah SWT., bertanggung jawab
mengenai sikap tingkah laku dan perbuatannya serta memenuhi kewajiban.
Di
dalam QS. Al-Hujarat ayat 13, Allah SWT. mengatakan bahwa : “Manusia yang paling mulia di sisi Allah
adalah orang yang paling taqwa”. Dalam surat lain, taqwa dipergunakan
sebagai dasar persamaan hak antara pria dan wanita (suami dan isteri) dalam
keluarga, karena pria dan wanita diciptakan dari jenis yang sama (QS. An-Nisa
ayat 1). Sedangkan dalam QS. Al-Baqarah ayat 117 makna taqwa terhimpun dalam
pokok-pokok kebajikan.
Ruang
lingkup taqwa dalam makna memelihara meliputi empat jalur hubungan manusia,
yaitu :
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT.
b. Hubungan manusia dengan dirinya
sendiri
c. Hubungan manusia dengan sesama
manusia
d. Hubungan manusia dengan lingkungan
hidup.
Hubungan
Manusia dengan Allah SWT.
Ketaqwaan
atau pemeliharaan hubungan dengan Allah SWT. dapat dilakukan dengan cara :
- Beriman
kepada Allah SWT. menurut cara-cara yang diajarkannya melalui wahyu yang
disengaja diturunkannya untuk menjadi petunjuk dan pedoman hidup manusia.
- Beribadah
kepada Allah SWT. dengan jalan melaksanakan sholat lima waktu dalam
sehari, menunaikan zakat apabila telah mencapai syarat nisab dan haulnya,
berpuasa pada bulan suci ramadhan, dan melakukan ibadah haji seumur hidup
sekali dengan cara-cara yang telah ditentukan.
- Mensyukuri
nikmat-Nya dengan jalan menerima, mengurus dan memanfaatkan semua karunia
dan pemberian Allah kepada manusia.
- Bersabar
menerima cobaan dari Allah dalam pengertian tabah, tidak putus asa ketika
mendapat musibah.
- Memohon
ampun atas segala dosa dan kesalahan serta bertaubat dalam arti sadar
untuk tidak lagi melakukan segala perbuatan jahat atau tercela.
Hubungan
Manusia dengan Dirinya Sendiri
Hubungan
manusia dengan dirinya sendiri sebagai dimensi taqwa yang kedua dapat
dipelihara dengan jalan menghayati benar patokan-patokan akhlak yang telah
disebutkan oleh Allah SWT. di dalam Al-Qur’an, begitu pula pedoman yang telah
disampaikan oleh Rasul-Nya melalui As-Sunnah (Al-Hadits) sebagai teladan bagi
umatnya. Secara singkat berikut dikemukakan beberapa contoh :
- Sabar
(QS. Al-Baqarah ayat 153)
- Ikhlas
(QS. Al-Bayyinah ayat 5)
- Berkata
benar (QS. Al-Kahfi ayat 29)
- Berlaku
adil (QS. An-Nisa ayat 135)
- Tidak
menganiaya diri (QS. Al-Baqarah ayat 195)
- Berlaku
benar dan jujur (QS. At-Taubah ayat 119)
- Menjaga
diri (QS. At-Tahrim ayat 6)
- Pemaaf
(QS. Ali Imran ayat 134)
Hubungan
Manusia dengan Sesama Manusia
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri
tanpa bantuan dan pertolongan manusia lain. Karena ternyata manusia yang
mengaku pintar ini tidak dapat dan tidak mampu mencukupi kebutuhan diri sendiri
tanpa bantuan orang atau pihak lain. Oleh sebab itu manusia sebagaimana
diajarkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah agar menjaga dan memelihara hubungan
baik antar sesamanya. Hubungan manusia dengan sesamanya dalam masyarakat dapat
dibina dan dipelihara melalui :
- Tolong
menolong dan bantu membantu dalam kebaikan dan tidak mengembangkan
perbuatan dosa dan menyebarkan permusuhan (QS. Al-Maidah ayat 2)
- Suka
memaafkan kesalahan orang lain (QS. Ali Imran ayat 134)
- Menepati
janji (QS. Al-Maidah ayat 1)
- Toleransi
dan lapang dada (QS. Ali Imran ayat 159)
- Menegakkan
keadilan dengan berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain
(QS.An-Nisa 135)
- Tidak
menyombongkan diri/angkuh dalam pergaulan (QS. Luqman ayat 18)
- Berlaku
sederhana dan lemah lembut dalam pergaulan (QS.Luqman ayat 19)
Hubungan
Manusia dengan Lingkungan Hidup
Di
lihat secara umum mengenai pelaksanaan taqwa bila digambarkan oleh kewajiban
terhadap lingkungan hidup adalah :
- Kewajiban terhadap lingkungan hidup dapat disimpulkan dari pernyataan Allah dalam Al-Qur’an yang menggambarkan kerusakan yang telah terjadi di daratan dan di lautan, karena ulah tangan-tangan manusia, yang tidak mensyukuri karunia Allah. Untuk mencegah derita yang dirasakan oleh manusia, manusia wajib memelihara dan melestarikan lingkungan hidupnya. Memelihara dan melestarikan alam lingkungan hidup berarti pula memelihara kelangsungan hidup manusia sendiri dan keturunannya di kemudian hari.
- Kewajiban orang yang taqwa terhadap harta yang dititipkan atau diamanatkan oleh Allah SWT. padanya. Menurut ketentuan Allah SWT. dan Sunnah Nabi Muhammad SAW yang kini terekam dalam kitab-kitab hadits, hubungan manusia dengan hartanya dapat di lihat dari tiga sisi, yaitu (a) cara memperolehnya, (b) fungsi dan harta, (c) cara memanfaatkan atau membelanjakannya.
0 komentar:
Posting Komentar