Memasuki era globalisasi mau tidak
mau memang harus meningkatkan mutu sumber daya manusia. Pada era globalisasi
dimana karena kemajuan teknologi khususnya teknologi komunikasi, telah
menjadikan umat manusia ini menjadi satu, manusia hidup dalam dunia tanpa
sekat, dan persaingan hidup menjadi sangat ketat. Keadaan yang demikian
memerlukan SDM yang unggul dan SDM yang terus menerus belajar. Hal ini menjadi
tantangan pendidikan luar sekolah untuk menunjukan kemampuannya dan perannya
sebagai salah satu wahana peningkatan mutu SDM.
Apakah yang dimaksud dengan
”mandiri”. Pemahaman pengertian mandiri dalam hal ini sangat penting karena
tanpa batasan yang jelas dapat menyulitkan dalam menentukan pendekatan yang
harus dilakukan pendidikan luar sekolah. Dalam percakapan sehari-hari tentulah
mudah dipahami arti mandiri itu, yang pada umumnya diartikan sebagai tidak
tergantung pada pihak lain. Pengertian yang tidak salah, tetapi dalam kaitannya
dengan tugas pendidikan luar sekolah perlu penjelasan lebih lanjut.
Memperhatikan pengertian mandiri,
seperti diatas kelihatannya pengertian itu lebih mengacu kepada hal yang
sifatnya kualitatif, menyangkut nilai, sikap mental, etos kerja, kemampuan
mengisi dan menciptakan lapangan kerja serta menghasilkan karya yang produktif.
Pengertian itu relative sejalan dengan apa yang diberikan oleh Tilaar (1999)
berkaitan dengan sumber daya manusia (SDM) unggul dalam menghadapi era
globalisasi. Tilaar memberikan kiat-kiat keunggulan SDM sebagai berikut :
(a)
Dedikasi dan disiplin, seorang
manusia unggul harus mempunyai rasa pengabdian terhadap tugas dan pekerjaan.
(b)
Jujur, jujur terhadap orang
lain maupun dirinya sendiri dan tanpa kejujuran tidak mungkin seorang manusia unggul dapat survive.
(c)
Inovatif, selalu mencari yang
baru.
(d)
Tekun, dapat memfokuskan
perhatian pada tugas dan pekerjaan yang telah diterima.
(e)
Ulet, tidak mudah putus asa
Selanjutnya SDM yang unggul harus
mampu belajar terus menerus, belajar sepanjang hanyatnya. SDM yang demikian
adalah SDM yang isa mandiri, yang tidak hanya berpikir tetapi juga berbuat.
Pengertian tersebut diatas kiranya
dapat dijadikan kajian dalam kaitannya dengan pengertian mandiri dalam
pendidikan luar sekolah. Pada arah kebijakan dan kegiatan pokok pendidikan luar
sekolah seperti telah disebut didepan secara tidak langsung berkaitan
nilai-nilai yang harus diberikan kepada warga belajar sudah diprogramkan. Ini
berarti walaupun tidak secara jelas tersurat tetapi secara tersirat menunjukkan
arah pengertian mandiri.
Dalam buku Pendidikan Luar Sekolah,
Kini dan Masa Depan (Umberto Sihombing, 1999), ada uraian yang bila dicermati
tersirat adanya gambaran tentang apa yang dimaksud dengan mandiri dalam
kaitannya dengan tugas pendidikan luar sekolah. Dari uraian dalam buku itu ada
ungkapan yang mengacu pada pengertian mandiri, yaitu bahwa keluaran pendidikan
luar sekolah diarahkan.
a.
Mempunyai keterampilan dan
mampu membuka lapangan kerja untuk diri sendiri dan ini berarti mampunyai mata
pencaharian.
b. Mampu melihat peluang yang ada di sekitarnya
dan kemudian mengelolanya untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Memang masih umum, tetapi bila dikaji
secara operasional akan sejalan dengan pengertian mandiri seperti yang sudah
disebut diatas yang pada dasarnya lebih mengacu kepada pembudayaan nilai,
sikap, dan pengembangan dirinya.
Dikaitkan dengan konsep kecakapan
hidup (life skills) yang dapat
dikelmompokkan menjadi
(a) personal
skills,
(b) social skills,
(c) academic skills, dan
(d) vocational skills.
Pengertian mandiri
dalam kaitannya denga pendidikan luar sekolah dalam pembelajarannya lebih
mengacu kepada konsep personal dan social
skills. Personal skills mencakup kecakapan mengenai diri (self awareness) dan kecakapan berpikir
rasional (thinking skills) yang
secara utuh diartikan sebagai kemampuan berdialog secara baik dengan diri
sendiri untuk emngaktualisasikan jatidirinya sehingga cakap memecahkan masalah
secara kreatif dan bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Sedangkan social
skills adalah kemampuan mendengar dan memahami peranan orang lain, kecakapan
berkomunikasi dan kecakapan bekerjasama. (Tim Broad Base Education, 2001)
Kecakapan-kecakapan tersebut mengarah kepada orang menjadi mandiri. Secara
lebih luas lagi sudah barang tentu pendidikan yang mengarah kepada kemandirian
keluarannya seharusnya mengacu kepada hasil rumusan UNESCO tentang pilar
pendidikan yang sudah sangat bermasyarakat di Indonesia yaitu
(a) learning to thing/know, belajar
berpikir/mengetahui,
(b) learning to do,
belajar melaksanakan
(c) learning to be,
belajar menjadi diri sendiri dan (d) learning
to live together, belajar hidup dengan orang lain/bekerjasama.
Pemahaman pengertian mandiri dalam
kaitannya dengan konsep pendidikan secara luas tersebut adalah penting
mengingat hal itu juga akan berpengaruh terhadap pola pendekatan yang harus dilakukan.
Apakah program pendidikan luar
sekolah dalam pendekatan pelaksanaan kegiatan secara operasional telah mengacu
pada tujuan untuk menghasilkan keluaran yang mandiri?. Secara umum kelihatannya
sudah mengarah kesana, walaupun keberhasilannya belum maksimal. Masih banyak
kegiatan yang dalam pendekatan pelaksanaannya mengandalkan adanya pemberian
bantuan secara fisik seperti peralatan dan dana misalnya, tetapi pendekatan
yang mengutamakan penanaman nilai, sikap, etos kerja seperti yang diharapkan
untuk menjadikan keluaran mandiri relative masih kurang. Sehingga kadang-kadang
begitu tidak ada lagi bantuan fasilitas fisik tadi kegiatan tersebut juga
terhenti.
Tidaklah mudah mempersiapkan
sumberdaya manusia yang mandiri, karena bukan sekedar memberikan pengetahuan,
keterampilan dan fasilitas kepada mereka tetapi lebih dari itu adalah
membudayakan nila dan membentuk suatu sikap. Walaupun pengetahuan, keterampilan
dan fasilitas (sarana dan dana) juga penting diberikan kepada warga belajar
pendidikan luar sekolah sebagai modal kehidupan selanjutnya.
Berbagai pendekatan telah
dilaksanakan, tetapi pendekatan yang digunakan memang harus ditinjau dan
dikembangkan sesuai dengan sifat keluwesan pendidikan luar sekolah, dan karena
memang ada perubahan dan perkembangan situasi dan kondisi. Tetapi ada hal-hal
pokok yang relative secara umum perlu menjadi pegangan dalam menentukan
pendekatan pelaksanaan pendidikan luar sekolah, yaitu
(a) ciri dan
(b) tujuan,
serta
(c) jenis dan tujuan kegiatan pendidikan luar sekolah itu sendiri.
Ciri dan tujuan pendidikan luar
sekolah menjadi acuan menentukan pendekatan secara umum sedangkan jenis dan
tujuan kegiatan akan memberikan pendekatan yang operasional untuk setiap jenis
kegiatan (Soepardi, 2001).
Dengan memperhatikan berbagai faktor
menyangkut sistem pendidikan luar sekolah dan dengan memperhatikan pengertian
mandiri dalam kaitannya keluaran pendidikan luar sekolah, pendekatan berikut
kiranya dapat dipertimbangkan dan dikaji sehingga pada akhirnya dapat membantu
pendidikan luar sekolah menghasilkan keluaran yang mandiri adalah :
a.
Menciptakan suasana dan proses
belajar mengajar yang mampu membangkitkan dan menumbuhkembangkan kreativitas
dan inovasi serta minat dan semangat belajar. Dengan pendekatan ini warga
belajar didorong untuk berani bertanya, mengemukakan pendapat dan membangkitkan
kreativitas sebagai modal untuk melakukan inovasi dan kemajuan kedepan.
b.
Menumbuh kembangkan daya juang
(fighting spirit), profesionaliems
dan wawasan profesionalisme dan wawasan keunggulan adalah kunci membangun
manusia yang bermutu, punya sikap pantang menyerah tatkala menemui kesulitan.
Nilai seperti itu dapat menumbuhkan jiwa yang mandiri dan siap membuka
kesempatan kerja dan usaha.
Menumbuh kembangkan sikap hidup yang
hemat, cermat, teliti, tertib, tekun dan disiplin. Nilai-nilai tersebut
merupakan nilai dasar yang harus tertanam dalam diri setiap warga belajar
pendidikan luar sekolah dalam membentuk SDM mandiri. Dalam era globalisasi
dimana persaingan sangat ketat maka tidak dapat lagi menggunakan budaya santai.
Menurut perkembangan yang wajar,
pendidikan luar sekolah harus dapat langsung membantu kualitas dan martabat
kita sebagai individu dan warga negara, yang dengan kemampuan dan kepercayaan
pada diri sendiri harus dapat mengendalikan perobahan dan kemajuan. Inilah
sesungguhnya yang menjadi inti dari segala jenis pendidikan didalam keluarga,
sekolah dan masyarakat. Tujuan yang lebih luas ini memberikan tugas yang makin
besar bagi bidang pendidikan luar sekolah. Dengan demikian maka sekarang ini perhatian
orng kembali dipusatkan pada pendidikan luar sekolah. Ada beberapa alasan yang mendorongnya,
seperti yang dijelaskan di bawah ini :
1. Kemajuan
teknologi yang antara lain membuat usangnya hasil penemuan masa lampua,
sekaligus dengan itu membuka perspektif-perspektif baru. Faktor inilah yang
menyebabkan perlunya penyegaran pengetahuan secara terus menerus seperti
penataran, kursus-kursus dan latihan keterampilan lainnya. Arus penemuan
teknologi baru untuk kepentingan berbagai bidang dewasa ini sudah demikian
derasnya, sehingga banyak mempengaruhi semua sektor kehidupan di masyarakat.
2. Lahirnya persoalan-persoalan baru
terhadap transpormasi nilai-nilai soaial akibat percampuran kebudayaan serta
dehumanisasi dari banyaknya interaksi sosial yang semuanya ini antara lain
menimbulkan gejala yang sering disebut dengan istilah ”kenakalan remaja”. Masalah
seperti itu menuntut juga peran pendidikan. Dengan peran atas masalah-masalah
seperti itu jelas tidak dapat diserahkan hanya kepada lembaga pendidikan semata.
3. Keinginan
untuk maju, hasrat belajar lebih tinggi, hasrat itu terutama terjadi akibat
bertambahnya hal-hal yang dapat mempengaruhi sikap. Oleh karena itu bagaimana
agar pelayanan pendidikan (bukan hanya disekolah tapi juga luar sekolah) mampu
membantu memecahkan masalah yang dihadapinya. Mereka ingin mengetahui apa yang
dapat disadapnya dari kemajuan pengetahuan dan teknologi.
4. Perkembangan alat-alat kemunikasi
yang memperluas kemungkinan untuk mengikuti pendidikan tnpa datang kesekolah,
atau memperluas kemungkinan untuk menjanjikan program secara sistematis tnpa
mengumpulkan orng yang bersangkutan dalam satu tempat yang sama. Contoh : surat kabar, majalah,
radio, TV, internet dan sebagainya. Yang semuanya dengan mudah dapat masuk
dalam lingkungan rumah tangga, lingkungan kerja, ataupun dalam masyarakat. Dan
yang lebih penting dengan kemajuan komunikasi ini akan memungkinkan semakin
banyaknya informasi pendidikan yang dapat diperoleh oleh masyarakat.
5. Terbentuknya
bermacam-macam organisasi sosial yang menambah pendidikan serta menambah
kebutuhan akan penyelenggaraan pendidikan luar sekolah, yaitu karena organisasi
tersebut banyak yang ingin menambah pengetahuan serta keterampilan anggotanya,
lewat organisasi yang diandalkan. Dengan demikian pendidikan luar sekolah tidak
hanya diperlukan oleh warga masyarakat :
a) yang belum pernah sekolah,
b) dop
out,
c) yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan tertentu, ttapi ingin
menambah pengetahuan dan keterampilan (suplemen dan komplemen).
Oleh karena itu
pendidikan luar sekolah tidak dapat diartikan sekedar :
a) harus
diselenggarakan apaila tidak ada sekolah atau hanya diepruntukkan bagi mereka
yang tidak bersekolah,
b) atau bentuk pendidikan yang hanya sesuai buat
golongan seosial ekonomi rendah.
0 komentar:
Posting Komentar