Ada beberapa penamaan nomenklatur
untuk merujuk kepada kajian pembentukan karakter peserta didik, tergantung
kepada aspek penekanannya. Di antaranya yang umum dikenal ialah: Pendidikan
Moral, Pendidikan Nilai, Pendidikan Relijius, Pendidikan Budi Pekerti, dan
Pendidikan Karakter itu sendiri. Masing-masing penamaan kadang-kadang digunakan
secara saling bertukaran (inter-exchanging), misal pendidikan karakter
juga merupakan pendidikan nilai atau pendidikan relijius itu sendiri
(Kirschenbaum, 2000). Sebagai kajian akademik, pendidikan karakter tentu saja
perlu memuat syarat-syarat keilmiahan akademik seperti dalam konten
(isi), pendekatan dan metode kajian. Di sejumlah negara maju, seperti Amerika
Serikat terdapat pusat-pusat kajian pendidikan karakter (Character Education
Partnership; International Center for Character Education). Pusat-pusat ini
telah mengembangkan model, konten, pendekatan dan instrumen evaluasi pendidikan
karakter. Tokoh-tokoh yang sering dikenal dalam pengembangan pendidikan karakter
antara lain Howard Kirschenbaum, Thomas Lickona, dan Berkowitz. Pendidikan karakter berkembang dengan
pendekatan kajian multidisipliner: psikologi, filsafat moral/etika, hukum,
sastra/humaniora.
Terminologi ”karakter” itu sendiri
sedikitnya memuat dua hal: values
(nilai-nilai) dan kepribadian. Suatu karakter merupakan cerminan dari nilai apa
yang melekat dalam sebuah entitas. ”Karakter yang baik” pada gilirannya adalah
suatu penampakan dari nilai yang baik pula yang dimiliki oleh orang atau sesuatu,
di luar persoalan apakah ”baik” sebagai sesuatu yang ”asli” ataukah sekadar
kamuflase. Dari hal ini, maka kajian pendidikan karakter akan bersentuhan
dengan wilayah filsafat moral atau etika yang bersifat universal, seperti
kejujuran. Pendidikan karakter sebagai pendidikan nilai menjadikan “upaya eksplisit mengajarkan
nilai-nilai, untuk membantu siswa
mengembangkan disposisi-disposisi guna bertindak dengan cara-cara yang pasti” (Curriculum
Corporation, 2003: 33). Persoalan baik dan buruk, kebajikan-kebajikan, dan
keutamaan-keutamaan menjadi aspek penting dalam pendidikan karakter semacam
ini.
Sebagai aspek kepribadian,
karakter merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh dari seseorang:
mentalitas, sikap dan perilaku. Pendidikan karakter semacam ini lebih tepat
sebagai pendidikan budi pekerti. Pembelajaran tentang tata-krama, sopan santun,
dan adat-istiadat, menjadikan pendidikan karakter semacam ini lebih menekankan
kepada perilaku-perilaku aktual tentang bagaimana seseorang dapat disebut
berkepribadian baik atau tidak baik berdasarkan norma-norma yang bersifat
kontekstual dan kultural.
Bagaimana pendidikan karakter yang ideal?
Dari penjelasan sederhana di atas, pendidikan karakter hendaknya mencakup aspek
pembentukan kepribadian yang memuat dimensi nilai-nilai kebajikan universal dan
kesadaran kultural di mana norma-norma kehidupan itu tumbuh dan berkembang. Ringkasnya,
pendidikan karakter mampu membuat kesadaran transendental individu mampu
terejawantah dalam perilaku yang konstruktif berdasarkan konteks kehidupan di
mana ia berada: Memiliki kesadaran global, namun mampu bertindak sesuai konteks
lokal.
0 komentar:
Posting Komentar