Apa itu Kestabilan Emosi Remaja?

Pengertian remaja 
Kata remaja berasal dari kata latin yaitu adolescere (kata bendanya adolecentia yang berarti remaja). Istilah ini juga bisa diartikan sebagai suatu yang tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock 1980).

Menurut Kartono (1992) bahwa masa pada adolesensi ini teijadi proses pematangan yang berlangsung secara lambat dan teratur. Pada periode tersebut seseorang banyak melakukan introspeksi, dan mencari sesuatu kedalam diri sendiri sehingga ia akhirnya menemukan aku-nya, dalam artian menemukan harmoni baru antara sikap kedalam diri sendiri dengan sikap keluar pada dunia obyektif.

Menurut Hurlock (1980) bahwa awal masa remaja dimulai dari umur 13 tahun sampai umur 18 tahun yaitu usia matang secara hukum. Masa remaja merupakan pejiode yang sangat singkat.

Darajat (1993) berpendapat bahwa permulaan masa remaja dimulai dengan kegoncangan yang di tandai dengan haid (menstruasi) bagi anak perempuan dan mimpi basah pada pada pria. Kejadian tesebut teijadi kira-kira remaja menginjak usia 15 tahun. Bahwa masa remaja dikenal sebagai masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa.

Remaja mengalami perubahan pada sejumlah aspek perkembangan baik fisik maupun psikologis, emosi, mental, sosial maupun moral. Perubahan-perubahan tersebut menuntut remaja mengadakan perubahan besar dalam sikap dan perilaku sesuai dengan tujuan perkembangan dengan cara yang adaptif.

Haditono (1999) berpendapat bahwa dalam perkembangan kepribadiannya remaja mempunyai arti yang khusus, namun begitu, masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Ia tidak termasuk golongan anak tetapi ia pula term as uk golongan orang dewasa. Remaja masih belum mampu menguasai fungsi fisik maupun psikis. Ditinjau dari segi tersebut mereka termasuk golongan anak-anak. Mereka masih haras menemukan tempat dalam masyarakat.

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masa remaja adalah masa untuk tumbuh menjadi dewasa dan proses ini beijalan dengan lambat dan teratur. Masqa peralihan ini mempunyai arti kusus pada diri remaja. Karena pada masa itu tidak adanya kejelasan dalam proses perkembangan seseorang. Melalui intropeksi diri, remaja bisa menemukan jati diri.

Perubahan-perubahan Pada Remaja
Pada masa remaja teijadi perabahan-perahan yang saling mempengaruhi. Teijadinya perubahan yang satu bisa mempengaruhi terhadap perubahan yang lainya. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat dengan perubahan pada fisik. Selama awal remaja ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berkembang dengan pesat. Jikalau perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.

Adapun perubahan-perubahan itu antara lain meningginya emosi, perubahan pada fisik, perubahan minat dan peran, perubahan pola perilaku dan yang terakhir remaja berubah pada sikap ambivalen terhadap perubahan.

Meningkatnya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi, karena perubahan emosi biasanya tejadi lebih cepat selama masa awal remaja. Maka meningginya emosi lebih menonjol pada masa awal periode akhir masa remaja. Daradjat (1993) berpendapat bahwa masa remaja adalah masa perubahan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa remaja mengalami pertumbuhan disegala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak, baik bentuk badan, sikap, cara berfikir, dan bertindak, tapi bukan pula orang remaja yang telah matang. Tidak ubahnya masa ini merupakan suatu jembatan penghubung antara masa tenang yang selalu bergantung kepada pertolongan dan perlindungan orang tua dan lingkungan sekitar, dengan menuju masa berdiri sendiri, bertanggung jawab dan berfikir matang.

Untuk perubahan emosi ini, remaja harus mendapatkan bimbingan dan pengarahan dalam penyesuaian dengan lingkungan agar bisa diterima oleh linkungan sekitar. Remaja akan belajar mengatasi dan mengontrol emosinya. Tentu saja dalam hal ini remaja harus bisa mengambil hikmah atas kejadian-kejadian yang ada untuk dijadikan pedoman.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prubahan-perubahan pada masa remaja teijadi dengan sangat pesat dan saling mempengaruhi antara peruhan yang satu dengan perubahan yang lainya. Peruhan ini teijadi disegala bidang baik fisik maupun psikis.

Masa remaja merupakan masa anak-anak yang selalu tergantung dengan yang lainnya menuju pada masa mandiri, oleh karena itu pada masa remaja harus mendapatkan bimbingan agar sesuai dan bisa diterima oleh lingkungan.

Pola Emosi Pada Remaja Pola emosi pada masa remaja hampir sama dengan pola emosi pada masa kanak-kanak. Perbedaanya terletak pada rangsangan dan derajat yang membangkitkan emosi, kususnya pada pengendalian dalam mengungkapkan emosi (Hurlock, 1980)

Hurlock (1980) mengungkapkan bahwa pola emosi yang teijadi pada remaja tidak lagi mengungkapkan marahnya dengan cara menggunakan amarah yang meledak-ledak, dengan menggerutu, tidak mau bicara, atau mengkritik orang dengan suara keras. Pengungkapan emosi pada remaja dilakukan dengan melihat situasi dan kondisi agar bisa diterima dengan lingkungan sosial.

Sikap dan perilaku remaja yang sudah stabil emosinya tersebut dikarenakan remaja mampu mengabaikan banyak rangsangan yang tadinya dapat menimbulkan ledakan emosi. Remaja seharusnya sudah sudah dapat menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional. Ia tidak lagi bereaksi tanpa berfikir terlebih dahulu.

Menurut Daradjat (1993.), bahwa remaja merasa bahwa dirinya telah dewasa dan dapat berfikir logis. Mereka mengharap atau menginginkan perhatian dan tanggapan orang lain, baik dari orang tua, guru, maupun sosial masyarakat agar mereka dihargai dan diperlakukan seperti orang dewasa.

Hal ini di tunjukan dengan perhatian mereka terhadap masyarakat sangat besar, bahkan mereka kadang-kadang berkorban besar untuk mendapatkan perhatian tersebut. Sikap dan prilaku remaja yang sudah matang tersebut, karena remaja mengabaikan bayak rangsangan yang tadinya dapat menimbulkan ledakan emosi. Remaja dapat menilai situasi secara cermat sebelum bereaksi. Ia tidak lagi bereaksi tanpa berfikir sebelumnya (Hurlock, 1995)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengungkapan emosi merupakan hal yang sangat mempengaruhi remaja, sehingga kasalahan atau kebenaran dalum pengungkapan emosi ini akan berdampak dalam kehidupan remaja.

Secara teoritis emosi pada seorang remaja sudah terkendalikan, kondisi ini karena remaja sudah bisa mengabaikan hal-hal yang membuat ledakan emosi. dan juga karena remaja sudah bisa mengendalikan emosinya agar bisa diterima oleh lingkungan dengan cara merasa bahwa dirinya sudah dewasa yang bisa berfikir logis.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Serba Ada Blog Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger