Dunia kerja erat kaitannya dengan kecerdasan intelektual yang dimiliki oleh
seseorang. Seorang pekerja yang memiliki IQ tinggi diharapkan dapat menghasilkan
kinerja yang lebih baik dibandingkan mereka yang memiliki IQ lebih rendah. Hal
tersebut karena mereka yang memiliki IQ tinggi lebih mudah menyerap ilmu yang
diberikan sehingga kemampuannya dalam memecahkan masalah yang berkaitan
dengan pekerjaannya akan lebih baik (Eysenck, 1981, p.32).
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Wiramiharja (2003, p.80) menemukan
bahwa kecerdasan yang lebih bersifat kognitif memiliki korelasi positif yang bersifat
signifikan dengan prestasi kerja. Ia menyebutkan bahwa prestasi kerja yang dimiliki
oleh seorang pekerja akan membawanya pada hasil yang lebih memuaskan untuk
dapat meningkatkan kinerjanya. Dalam penelitiannya ia memberikan bukti bahwa IQ
memberikan kontribusi sebesar 30 % didalam pencapaian prestasi kerja dan kinerja
sesorang.
Kecerdasan intelektual atau inteligensi diklasifikasikan ke dalam dua kategori
yaitu general cognitive ability dan spesifik ability. Kinerja seseorang dapat diprediksi
berdasarkan seberapa besar orang tersebut memiliki g factor.
Seseorang yang
memiliki kemampuan general cognitive maka kinerjanya dalam melaksanakan suatu
pekerjaan juga akan lebih baik, meskipun demikian spesifik ability juga berperan
penting dalam memprediksi bagaimana kinerja sesorang yang dihasilkan (Ree, Earles
dan Teachout, 1994, p.521).
Penelitian yang dilakukan oleh ketiganya tersebut merupakan penelitian
tentang kecerdasan intelektual yang didasarkan tidak hanya dengan satu kemampuan
yang general saja. Ada kemampuan spesifik, yaitu biasa disebut dengan pengetahuan
yang dimiliki seseorang, yang dapat memprediksi kinerja seseorang. Rae, Earles dan
Teachout (1994, p.518) menggunakan alat tes ASVAB ( the Armed Sevuce Vocational
Aptitude Battery) untuk mengukur kemampuan general kognitif dan kemampuan
spesifik. Mereka juga menggunakan tujuh kriteria kerja dalam kinerja yang akan
diukur, alat analisis yang dipakai adalah multiple regresion analysis. Hasilnya adalah
ternyata general cognitive abilty dan spesifik ability merupakan faktor kecerdasan
intelektual yang berpengaruh positif signifikan dalam memprediksi kinerja seseoramg
Tes inteligensi dapat dipandang sebagai ukuran kemampuan belajar atau
inteligensi akademik. Fungsi-fungsi yang diajarkan dalam sistem pendidikan
merupakan hal penting yang mendasar dalam budaya yang modern dan maju secara
teknologis, karena itu skor pada sebuah tes inteligensi akademik juga merupakan alat
untuk memprediksi kinerja yang efektif dalam banyak industri kerja. Hal tesebut
menunjukkan bahwa orang yang memiliki skor inteligensi yang cukup baik akan
dapat berhasil dalam lingkungan kerjanya (Anastasi, 1997, p.221).
Keseimbangan yang baik antara IQ dengan EQ harus dapat dicapai. Orang
yang memiliki EQ yang baik tanpa ditunjang dengan IQ yang baik pula belum tentu
dapat berhasil dalam pekerjaannya. Hal ini karena IQ masih memegang peranan yang
penting dalam kinerja sesorang, sehingga keberadaan IQ tidak boleh dihilangkan
begitu saja (Caruso, 1999, p.3). Hal yang sama yang juga diungkapkan oleh Gordon
(fokus-online, 2004, p.1) bahwa perbaikan kemampuan kognitif adalah cara terbaik
untuk meningkatkan kinerja para pekerja.
Kemampuan kognitif dalam hal ini kecerdasan intelektual merupakan alat
peramal yang paling baik untuk melihat kinerja sesorang di masa yang akan datang
(Hunter, 1996, p.450). Penelitian Moustafa dan Miller pada tahun 2003, juga
menunjukan hasil yang sama pula. Mereka meneliti tentang validitas tes skor
kemampuan kognitif pada proses seleksi karyawan. Tes inteligensi merupakan alat
yang tepat dalam melakukan seleksi terhadap karyawan, sehingga tes tersebut dapat
memberikan keputusan bagi manajer untuk mendapatkan orang yang tepat dalam
pemilihan karyawan yang dibutuhkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seorang karyawan yang mendapatkan skor tes IQ yang tinggi pada saat seleksi ternyata
menghasilkan kinerja yang lebih baik, terutama apabila dalam masa-masa tugasnya
tersebut ia sering mendapatkan pengetahuan dan keterampilan beru dari pelatihan
yang dilakukan (Moustafa dan Miller, 2003, p.8).
Variabel intervening dalam postingan ini nantinya
tidak akan dipakai karena penelitian hanya akan menguji pengaruh langsung
kecerdasan intelektual tehadap kinerja karyawan. Hal ini karena penelitian-penelitian
sebelumnya yang lain juga banyak yang menunjukkan pengaruh langsung kecerdasan
intelektual terhadap kinerja karyawan. Bagan ini hanyalah merupakan suatu gambaran
dari penelitian sebelumnya dan penelitian ini bukanlah suatu penelitian replikasi dari
penelitian sebelumnya.
0 komentar:
Posting Komentar