Kecerdasan ini berhubungan dengan kualitas-kualitas psikologis tertentu yang oleh Salovey dikelompokkan ke dalam lima karakter kemampuan:
- Mengenali emosi diri; wilayah ini merupakan dasar kecerdasan emosi. Penguasaan seseorang akan hal ini akan memiliki kepekaan atas pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi.
- Mengelola emosi; kecerdasan emosi seseorang pada bagian ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan sehingga dia dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan.
- Memotivasi diri sendiri; kecerdasan ini berhubungan dengan kamampuan seseorang dalam membangkitkan hasrat, menguasai diri, menahan diri terhadap kepuasan dan kecemasan. Keberhasilan dalam wilayah ini akan menjadikan seseorang cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apa pun yang mereka kerjakan.
- Mengenali emosi orang lain. Berkaitan erat dengan empati, salah satu kecerdasan emosi yang merupakan "keterampilan bergaul" dasar. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.
- Membina hubungan. Seni membina hubungan, menuntut kecerdasan dan keterampilan seseorang dalam mengelola emosi orang lain. Sangat diperlukan untuk menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi.
Selanjutnya Goleman, Danile, pada tahun 1998 menerbitkan sebuah buku dengan judul Emotional Intelligence, yang telah diterjenamhkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul: Kecerdasan
Emotional, Mengapa EI lebih penting dari IQ, oleh PT Gramedia Pustaka Utama.
Daniel Goleman (1998) mendefenisikan emosi sebagai suatu keadaan gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan melibatkan hampir keseluruhan dari individu (Daniel Goleman, 1999). Dari hasil penelitiannya Daniel Goleman menyebutkan bahwa kecerdasan emosi jauh lebih berperan ketimbang IQ atau keahlian dalam menentukan siapa yang akan jadi bintang dalam suatu pekerjaan. Goleman (1998) memperkuat bahwa perilaku-perilaku menyimpang yang disebabkan oleh rendahnya kecerdasan emosional (Emotional Intelligence) mereka berkaitan dengan ketidakmatangan kondisi psikologis yang bersangkutan dalam hal: memotivasi diri dan bertahan menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa. Dengan kata lain, perilaku menyimpang baik dari para remaja (termasuk mahasiswa) maupun kaum profesional (guru) mengindikasikan betapa rendahnya Kecerdasan Emotional mereka.
Dari sejumlah penelitian yang telah dilakukannya Goleman berkesimpulan bahwa kesuksesan karir seseorang 80% ditentukan oleh kecerdasan emosi (EQ)-nya., bahkan terbukt i bahwa kecerdasan pikiran (IQ) atau kecerdasan akademis semata-mata praktis tidak menawarkan persiapan untuk menghadapi gejolak yang ditimbulkan oleh kesulitan-kesulitan hidup. Oleh karenanya, ia mengingatkan bahwa dalam institusi pendidikan (formal maupun informal) perlu dibangun suatu mekanisme yang cukup efektif dalam menciptakan kondisi emosional yang kondusif. "Emosi" menurut Oxford English Dictionary, adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Ada dua macam emosi yang kita kenal, yaitu: "emosi negatif" dan "emosi positif". Untuk bisa menjalani kehidupan dengan kegembiraan, kebahagiaan yang dinamis di sepanjang hidup, maka harus bisa mengatur dan mengendalikan "emosi Anda".
Ada enam tahapan perkembangan emosi yang harus dilalui seorang anak. Pengalaman emosional yang sesuai pada tiap tahap merupakan dasar perkembangan kemampuan koginitif, sosial, emosional, bahasa, keterampilan dan konsep dirinya di kemudian hari.
Tahapan tersebut saling berkesinambungan, tahapan yang lebih awal akan mempersiapkan tahapan selanjutnya. Anak-anak yang diasuh dengan kehangatan dan tidak mengalami gangguan perkembangan biasanya akan mencapai tahapan terakhir secara otomatis pada usia 4-5 tahun, namun anak-anak dengan kebutuhan khusus membutuhkan bantuan dari orang tua dan profesional untuk bisa mencapainya dengan lebih perlahan. Kapan / pada usia berapa tercapainya bukan merupakan hal yang penting bila dibandingkan bagaimana pencapaiannya.
- Menunjukkan minat terhadap berbagai rangsang dalam lingkungan sedikitnya selama 3 detik;
- Bisa tenang dan terfokus pada sesuatu sedikitnya 2 menit
- Pulih dari kondisi tidak menyenangkan dalam 20 menit dengan bantuan
- Menunjukkan minat terhadap pengasuh, tidak hanya terhadap benda
Emosi berperanan banyak dalam proses berpikir, yaitu
- mengarahkan aksi dan tingkah laku
- memungkinkan mengontrol tingkah laku
- memberi arti terhadap pengalaman
- menyimpan, mengorganisasi dan mengingat kembali pengalaman
- menggagas pengalaman baru
- memecahkan masalah
- berpikir kreatif, selektif, logis, tidak idiosinkretik (aneh)
- memahami kalimat lisan maupun tulisan ('rasa' bahasa)
- memahami konsep kuantitas, waktu, ruang, sebab-akibat yang bersifat 'relatif
- membentuk konsep diri, pengertian atas diri (dengan membandingkan perasaan dengan situasi yang dialaminya)
- memisahkan realitas dan fantasi
- mengendalikan tingkatan perkembangan emosi, sosial dan intelektual.
1 komentar:
artikel parenting yang sangat bermanfaat
terimakasih dan salam kenal,
https://marketing.ruangguru.com/bimbel
Posting Komentar