Setelah
memahami makna belajar dan pembelajaran yang dikemukakan oleh para pakar
pendidikan, serta temuan atas fakta di lapangan menyangkut praktik belajar dan
pembelajaran pendidikan agama Katolik, maka di sini akan dkemukakan gagasan
tentang pengembangan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik, khususnya pada pelaksanaan
kurikulum 2013 ini.
Ada beberapa
aspek pokok pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti yang perlu dipahami para
guru, Kepala Sekolah, dan para pengawas pendidikan agama Katolik yaitu; prinsip
pembelajaran, pola pembelajaran, metode pembelajaran, strategi pembelajaran dan model pembelajaran.
Ada
beberapa prinsip pembelajaran yang yang dikembangkan dalam pendidikan agama
Katolik dan budi pekerti, antara lain: penguasaan pengetahuan yang dikembangkan
dengan menggunakan berbagai sumber belajar melalui prinsip pendekatan ilmiah, terpadu serta berbasis
kompetensi. Prinsip yang dikembangkan dalam pembelajaran sikap dicapai melalui
keteladanan guru dan pengembangan kultur sekolah, sehingga pembelajaran sikap
tidak bersifat verbalis. Sedangkan pengembangan keterampilan, prinsip yang
dikembangkan berorientasi pada kemampuan mencipta.
Kerangka
pembelajaran yang dikembangkan berpijak pada tiga unsur, pengalaman, Kitab Suci
/ Tradisi serta refleksi pengalaman iman.
Pembelajaran adalah sebuah proses yang sengaja dirancang untuk
menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam diri individu. Pada kurikukulum
sebelumnya (KBK-2004) pola pembelajaran pendidikan agama Katolik telah dirancang dalam pola belajar-aktiv. Pola ini memungkinkan
peserta didik untuk aktif. Kalau peserta didik menjadi partisipan, maka
diandaikan dalam proses pembelajaran ada
interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru. Interaksi yang terjadi adalah interaksi
terarah, sehingga diandaikan ada suatu proses yang berkesinambungan. Interaksi
yang berkesinambungan bertujuan untuk menginterpretasikan dan mengaplikasikan
ajaran iman dalam hidup nyata, sehingga ia menjadi semakin beriman. Pola yang
dipakai pada Kurikulum Pendidikan Agama
Katolik 2004 disebut juga pola interaksi
(komunikasi) aktif. Dengan pola ini para peserta didik dibimbing untuk
menginterpretasikan dan mengaplikasikan ajaran imannya dalam hidup nyata.
Dapat pula disebut pola eksploratif atau inquiry/discovery method. Pola ini kemudian dijabarkan dalam berbagai metode yang memungkinkan para peserta didik sungguh-sungguh
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran (Komisi Kateketik KWI,
2006)
Kurikulum
2013 menekankan metode saintifik guna mengembangkan kompetensi yang diharapkan.
Dalam konteks Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti penemuan pengetahuan,
pengembangan sikap iman dan pengayaan penghayatan iman diproses melalui
tindakan merefleksikan pengalaman hidup dalam terang Kitab Suci dan Tradisi. Walaupun
demikian guru tetap dapat memanfaatkan berbagai macam pendekatan yang selama
ini dikembangkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik, yakni pendekatan
berbasis pengalaman (pergumulan), pendekatan naratif-eksperiensial, dan
pendekatan pedagogi reflektif.
a.
Metode Pergumulan
Komisi
Kateketik KWI pada lokakarya di Malino
tahun 1981 mengusulkan metode pergumulan sebagai pola pembelajaran pendidikan Agama
Katolik di sekolah. Pendekatan ini berorientasi pada pengetahuan yang tidak
lepas dari pengalaman, yakni pengetahuan yang menyentuh pengalaman hidup
peserta didik. Pengetahuan diproses melalui refleksi pengalaman hidup, selanjutnya
diinternalisasikan dalam diri peserta didik sehingga menjadi karakter. Pengetahuan
iman tidak akan mengembangkan diri seseorang kalau ia tidak mengambil keputusan
terhadap pengetahuan tersebut. Proses pengambilan keputusan itulah yang menjadi
tahapan kritis sekaligus sentral dalam pembelajaran agama.
Tahapan
proses metode pergumulan adalah sebagai berikut:
1)
Menampilkan
fakta dan pengalaman manusiawi yang membuka pemikiran atau yang dapat menjadi
umpan
2)
Menggumuli
fakta dan pengalaman manusiawi secara mendalam dan meluas dalam terang Kitab
Suci
3)
Merumuskan
nilai-nilai baru yang ditemukan dalam proses refleksi sehingga terdorong untuk
menerapkan dan mengintegrasikan dalam hidup
b.
Metode Naratif-Eksperiensial
Yesus
Kristus adalah seorang narator sejati. Dalam pengajaran-Nya seringkali
menggunakan cerita. Cerita-cerita itu menyentuh dan mengubah hidup banyak orang
secara bebas. Metode bercerita yang digunakan Yesus dalam pengajaranNya
dikembangkan sebagai salah satu pendekatan dalam Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti yang dikenal dengan pendekatan naratif-eksperiensial.
Dalam
metode Naratif-eksperiensial biasanya dimulai dengan menampilkan cerita
(cerita-cerita yang mengandung nilai-nilai kehidupan dan kesaksian) yang dapat
menggugah sekaligus menilai pengalaman
hidup peserta didik
Tahapan dalam
proses pendekatan naratif eksperiensial adalah sebagai berikut:
1)
Menampilkan
cerita pengalaman/ cerita
kehidupan/cerita rakyat
2)
Mendalami
cerita pengalaman/cerita kehidupan/cerita rakyat
3)
Membaca
Kitab Suci/Tradisi
4)
Menggali
dan merefleksikan pesan Kitab Suci / Tradisi
5)
Menghubungkan cerita pengalaman/cerita /kehidupan/cerita rakyat dengan cerita Kitab
Suci/Tradisi sehingga
bisa menemukan kehendak Allah yang perlu diwujudkan dalam hidup sehari-hari.
c.
Metode Dialog
– Partisipatif
Metode ini
mendorong siswa-siswi untuk kreatif, kritis, mandiri, dan terampil
berkomunikasi. Metode dialog partisipatif dapat dijabarkan/dikonkretkan dalam
kegiatan-kegiatan seperti: diskusi kelompok dan pleno; sharing pengalaman dan sharing pengalaman iman; wawancara;
dramatisasi dan dinamika kelompok.
d.
Metode Reflektif
Pendekatan
reflektif ialah suatu pembelajaran yang mengutamakan aktivitas peserta didik untuk menemukan dan memaknai pengalamannya
sendiri. Pendekatan ini meliputi tiga unsur utama, sebagai satu
kesatuan dalam proses pembelajaran, yaitu: pengalaman, refleksi dan aksi.
Pengalaman: Pengalaman
yang melatarbelakangi baik secara faktual maupun aktual dari peserta didik.
Pengalaman yang akan direfleksi ini digali dari peserta didik dengan
menampilkan kisah kepada mereka yang bisa diambil dari koran, majalah atau
berita media massa, kisah nyata, pengalaman peserta didik dan guru atau dari
cerita rakyat. Refleksi: Kegiatan untuk menemukan makna lebih, nilai, kesadaran,
semangat serta sikap baru. Aksi:
Perwujudan atas gerakan/dorongan batin yang tumbuh sebagai buah dari proses
refleksi, tindak lanjut dari proses pembelajaran yang perlu diarahkan dan
dipantau, baik berupa aksi batiniah maupun lahiriah.
e.
Metode Analisis Sosial (ANSOS)
Metode ANSOS dilakukan melalui kegiatan melihat, mengamati keadaan sosial dalam lingkup masyarakat yang
dekat dan mudah dikenali oleh para peserta didik. Peserta didik diajak untuk
mempelajari keadaan, unsur-unsur yang menyebabkan keadaan sosial itu terjadi.
Setelah keadaan sosial itu dikaji dan
dikaitkan dengan Kitab Suci/Ajaran Sosial Gereja (ASG), kemudian peserta didik
diajak untuk merancang kegiatan positif yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah sosial tersebut.
Proses
Pembelajaran agama
Katolik menggunakan metode ANSOS yaitu dengan langkah-langkah SOTARAE (Situasi-Obyektif- Tema–Analisis -Rangkuman–Aksi–Evaluasi) yaitu:
1) S (=situasi):
pada tahap awal ini peserta didik dihadapkan pada situasi (keprihatinan) yang
dapat diambil dari majalah/koran/tayangan TV/cerita kehidupan/cerita rakyat.
Tahap ini dimaksudkan untuk membangkitkan perasaan peserta didik. Oleh karena itu pertanyaan kepada peserta didik difokuskan pada perasaan.
2) O (=Obyektif): tahap selanjutnya adalah mengajak peserta didik untuk memahami
masalah (isi cerita) secara obyektif, tanpa diberi penilaian kualitatif (baik,
jelek, jujur, dsb). Pertanyaan pembantu berkisar pada: jalan cerita,
tokoh-tokoh. Tujuan yang hendak dicapai adalah peserta didik diajak untuk
mengerti isi cerita.
3) T (=Tema): pada tahap ini peserta didik diberi kesempatan untuk mencoba
memikirkan pokok-pokok atau hal-hal penting yang dapat ditarik dari sebuah
cerita. Peserta diharapkan menemukan pokok- pokok pesan dan berusaha memilih
tema atau pokok yang akan dijadikan prioritas atau diutamakan untuk dibahas bersama
di kelas.
4) A (=Analisis). Pada tahap analisis peserta didik berusaha menemukan latar
belakang, sebab-akibat terjadinya cerita; mencermati tokoh yang diuntungkan
atau dirugikan. Peserta didik diajak untuk melihat lingkungan sekitarnya adakah
kesesuaian dengan cerita tersebut. Dalam tahap ini guru atau fasilitator
dituntut terampil dalam mengajukan pertanyaan dengan baik dan tepat sehingga
cerita menarik dan aktual. Dalam analisis tersebut ditampilkan kutipan Kitab
Suci dan atau Ajaran Gereja dan didalami maksudnya. Guru atau fasilitator perlu mempunyai
penguasaan Kitab Suci yang memadai agar dapat memilih teks yang sesuai dengan
tema yang dipelajari.
5) R (=Rangkuman): pada tahap ini fasilitator mengajak peserta didik untuk
memperjelas analisis yang telah ditemukan bersama dan bagaimana analisis
tersebut dikonfrontir dengan ajaran iman kristiani.
6) A (=Aksi): Akibat dari mempertemukan hasil temuan dalam ANSOS yang sudah
dirumuskna menjadi tema dan visi Kristiani, timbul rencana untuk melakukan aksi
nyata (entah pribadi atau kelompok). Dalam kegiatan ini perlu tersedia waktu
yang cukup. Perencanaan yang dibuat tetap berpegang pada prinsip: bukan rencana
yang melampaui kemampuan peserta didik, melainkan rencana yang dapat
dilaksanakan peserta didik.
7) E (=Evaluasi): pada tahan ini fasilitator, guru mempertanyakan kepada peserta
didik tanggapan mereka atas pembelajaran model ANSOS: senang, tidak senang,
puas sulit, dan lain
sebagainya.
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti tidak lain
ialah pembelajaran mengenai hidup. Pengalaman hidup peserta didik menjadi
sentral dalam proses pembelajaran. Oleh
karena itu strategi pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik dan Budi
Pekerti
perlu dirancang sehingga memungkinkan optimalisasi potensi-potensi yang
dimiliki peserta didik yang meliputi perkembangan, minat dan harapan serta
kebudayaan yang melingkupi kehidupan peserta didik.
Metode
yang relevan untuk mengoptimalisasikan potensi peserta didik dan pendekatan
saintifik sesuai dengan kurikulum 2013 antara lain: observasi, bertanya,
refleksi, diskusi, presentasi, dan unjuk kerja.
Rencana
pembelajaran meliputi analisis kompetensi, analisis konteks, identifikasi
permasalahan (kesenjangan antara harapan dan kenyataan),
penentuan strategi yang meliputi pemilihan model, materi, metode, dan media
pembelajaran untuk mencapai kompetensi bertolak dari konteks. Berdasarkan
keseluruhan gagasan tersebut disusunlah proses pembelajaran yang meliputi
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 65 Tahun
2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah mengisyaratkan
tentang perlunya proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik/
ilmiah. Penerapan Pendekatan saintifik/ilmiah dalam proses pembelajaran ini
disebut-sebut sebagai ciri khas dan kekuatan dari Kurikulum 2013.
Banyak ahli
meyakini bahwa melalui metode saintifik/ilmiah, selain dapat
menjadikan peserta didik lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan
keterampilannya, juga dapat mendorong peserta didik untuk melakukan
penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau kejadian.
Artinya, dalam proses pembelajaran, peserta didik dibelajarkan dan dibiasakan untuk
menemukan kebenaran ilmiah, dalam melihat suatu fenomena. Mereka dilatih untuk
mampu berpikir logis, runtut dan sistematis,
dengan menggunakan kapasistas berpikir tingkat
tinggi (High Order Thinking/HOT). Combie White (1997) dalam bukunya yang berjudul “Curriculum
Innovation; A Celebration of Classroom Practice” telah mengingatkan kita
tentang pentingnya membelajarkan peserta didik tentang fakta-fakta. “Tidak
ada yang lebih penting, selain fakta“, demikian ungkapnya.
Penerapan pendekatan saintifik/ilmiah dalam model pembelajaran menuntut
adanya pembaharuan dalam penataan dan bentuk pembelajaran itu sendiri yang
seharusnya berbeda dengan pembelajaran konvensional. Beberapa model
pembelajaran
yang dipandang sejalan dengan prinsip-prinsip pendekatan saintifik/ ilmiah,
antara lain: Contextual Teaching and
Learning, Cooperative
Learning, Communicative Approach, Project-Based Learning, Problem-Based
Learning, Direct Instruction
Model-model tersebut berusaha membelajarkan peserta didik untuk mengenal masalah,
merumuskan masalah, mencari solusi atau menguji jawaban sementara
atas suatu masalah/pertanyaan dengan melakukan penyelidikan (menemukan
fakta-fakta melalui penginderaan), pada akhirnya dapat menarik kesimpulan dan
menyajikannya secara lisan maupun tulisan.
Pendekatan
ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran didalamnya mencakup
komponen: mengamati,
menanya,
mengeksplorasi, mengasosiasi, mengomunikasikan dan mencipta.
Penerapan metode saintifik dalam model pembelajaran Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
perlu dipahami secara tepat. Sebab pendekatan pemahaman bidang agama sangat
berbeda dengan pendekatan saintifik pada bidang ilmu lain. Tidak semua isi
agama dapat diuraikan dan dipahami secara ilmiah, sehingga seolah-olah agama
itu menjadi serba logis dan riil. Bidang agama mempunyai dimensi ilahi dan misteri yang tidak bisa
dijelaskan dan didekati secara saintifik.
Selama ini kita
mengenal beberapa pola model pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti.
Model pembelajaran yang umumnya digunakan adalah model
komunikasi iman dan internalisasi iman, analisa sosial, reflektif, dan lainnya.
Bila melihat unsur dan langkah-langkah yang ditampilkan dalam pendekatan
saintifik (mengamati,
menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, mengomunikasikan dan
mencipta), dan membandingkannya dengan model yang selama ini
digunakan dalam Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, maka kita menemukan beberapa unsur yang sejalan, walaupun tidak persis sama.
Proses
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik, diawali dengan mengungkapkan pengalaman
riil yang dialami diri sendiri atau orang lain, baik yang didengar, dirasakan,
maupun dilihat (bdk.mengamati). Pengalaman yang diungkapkan itu kemudian dipertanyakan
sehingga dapat dilihat secara kritis keprihatinan utama yang terdapat dalam
pengalaman yang terjadi, serta kehendak Allah dibalik pengalaman tersebut (bdk. menanya). Upaya mencari jawaban atas kehendak Allah di balik pengalaman keseharian
kita, dilakukan dengan mencari jawabannya dari berbagai sumber, terutama melalui
Kitab Suci dan Tradisi (bdk. mengeksplorasi).
Pengetahuan dan Pemahaman dari Kitab Suci dan Tradisi
menjadi bahan refleksi untuk menilai sejauhmana pengalaman keseharian kita
sudah sejalan dengan kehendak Allah yang diwartakan dalam Kitab Suci dan
Tradisi itu. Konfrontasi antara pengalaman dan pesan dari sumber seharusnya
memunculkan pemahaman dan kesadaran baru/ metanoia (bdk. mengasosiasi), yang akan sangat baik bila dibagikan kepada orang
lain, baik secara lisan maupun tulisan (bdk.
mengomunikasikan). Pertobatan yang
dihasilkan dalam proses pembelajaran, hendaknya diwujud-nyatakan dalam karya dan tindakan yang mengungkapkan
nilai-nilai pertobatan tersebut (bdk. mencipta)
Berkaitan dengan
keenam langkah pembelajaran seperti diuraikan di atas bisa jadi tidak semuanya
sampai pada langkah mencipta, karena sangat tergantung dari materi
pembelajarannya. Materi-materi tertentu proses pembelajarannya bisa dipadukan
dengan model problem-based learning,
atau direct – learning atau model lainnya.
4 komentar:
Terimakasih. aku sangat terbantu.
terima kasih informasi bermanfaatnya, BD
Pusing kalah terus dan ketika menang gk dibayar?
Yuk gabung dengan kami, sudah pasti kami bayar kemenangan anda dan kami berikan WINRATE 90%
Kami tawarkan kepada anda
> BONUS NEW MEMBER POKER UP TO 50%
> BONUS NEW MEMBER SPORTSBOOK 50%
> BONUS NEW MEMBER SLOT 70%
> BONUS NEW MEMBER TEMBAK IKAN 70%
> CASHBACK SABUNG AYAM 100%
> SPORTSBOOK MIX PARLAY CASHBACK 300%
> MENERIMA SEMUA JENIS TRANSAKSI BANK , OVO , DANA DAN GOPAY
Yuk, Kunjungi Situs kami atau hubungi Customer Service kami di
> Line : jumpa.official
> WA : +6282124313996
> FB : JUMPAPOKER
> Twitter : JUMPA.OFFICIAL
> WeChat : JUMPA.OFFICIAL
BONUS NEW MEMBER TERBESAR
AMBIL MOBILNYA DISINI
BACA BERITA DISINI
BERITA DEWASA
TOGELNYA PARA JUARA
JOKER GAMING SLOT TERBAIK
terima kasih dan sangat menginspirasi
Posting Komentar