Analogi
adalah keteraturan bahasa, suatu satuan bahasa dapat dikatakan analogis apabila
satuan tersebut sesuai atau tidak menyimpang dengan konvensi-konvensi yang
telah berlaku.
Pembicaraan mengenai kata serapan apabila bertujuan untuk mengetahui
perubahan-perubahan atau penyesuaian-penyesuaian yang terjadi tentu dilakukan
dengan memperbandingkan antara bahasa pemberi pengaruh dengan bahasa penerima
pengaruh. Untuk membicarakan kata serapan ke dalam bahasa Indonesia tentu
dilakukan dengan memperbandingkan kata-kata sebelum masuk ke dalam bahasa
Indonesia dan setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia.
Akan tetapi dalam pembicaraan kata serapan yang dikaitkan dengan analogi bahasa
justru dilakukan dengan memperbandingkan unsur-unsur intern bahasa penerima
pengaruh itu sendiri. Artinya suatu kata serapan perlu dilihat aslinya hanya
sekedar untuk mengetahui bahwa kata tersebut benar-benar kata serapan, tanpa harus
mengetahui bagaimana proses perubahan atau penyesuaian yang terjadi, yang lebih
proporsional perlu dilihat adalah bagaimana keadaan setelah masuk ke dalam
bahasa Indonesia, kemudian diperbandingkan dengan konvensi-konvensi yang lazim
yang berlaku sekarang ini. Karena analogi berbicara mengenai keteraturan bahasa
yang berkaitan dengan konvensi bahasa, tentu saja disini lebih banyak berkaitan
dengan kaidah-kaidah bahasa, bisa dalam bentuk sistem fonologi, sistem ejaan
atau struktur bahasa.
Analogi Dalam Sistem Fonologi
Banyak sekali kata-kata serapan ke dalam bahasa Indonesia yang tenyata telah
sesuai dengan sistem fonologi dalam bahasa Indonesia baik melalui proses
penyesuaian atau tanpa melalui proses penyesuaian. Di antara kata-kata tersebut
misalnya :
Aksi - action (Inggris)
Dansa - dance (Inggris)
Derajat - darrajat (Arab)
Ekologi - ecology (Inggris)
Fajar - fajr (Arab)
Galaksi - galaxy (Inggris)
Hikmah - hikmat (Arab)
Insan - insan (Arab)
Fonem-fonem /a/, /b/, /d/, /e/, /f/, /g/, /h/, /i/, /k/, /l/, /m/, /n/, /0/,
/r/, /s/, dan /t/ yang digunakan dalam kata-kata sebagaimana tersebut di atas
adalah fonem-fonem yang sesuai dengan sistem fonologi dalam bahasa Indonesia,
dengan demikian termasuk pada kriteria yang analogis, artinya yang sesuai
dengan fonem yang lazim dalam bahasa Indonesia. Tentu contoh-contoh tersebut
masih merupakan sebagian fonem dalam bahasa Indonesia selain fonem-fonem
tersebut tentu juga masih ada fonem-fonem yang lain yang lazim dalam sistem
fonologi dalam bahasa Indonesia yaitu : /c/, /j/, /p/, /q/, /v/, /w/, /x/, /y/,
/z/, /kh/, /sy/, /u/ dan /a/.
Apabila dikaitkan dengan kenyataan historis ternyata ada kenyataan yang menarik
untuk dicermati yaitu misal fonem /kh/ dan /sy/ kedua fonem ini diakui sebagai
fonem lazim dalam sistem fonologi bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1994:15). Namun apabila diselidiki lebih teliti secara historis,
ternyata kedua fonem ini bukan fonem asli Indonesia, ini bisa dibuktikan bahwa
semua kata-kata yang menggunakan fonem /kh/ dan /sy/ masih bisa dilacak aslinya
berasal dari bahasa Arab.
Kalau kedua fonem /kh/ dan /sy/ ini bukan asli Indonesia tentu saja pada awal
munculnya dalam bahasa Indonesia bisa dianggap sebagai gejala penyimpangan atau
gejala yang anomalis, tetapi setelah demikian lama berlangsung serta dengan
frekuensi kemunculan yang cukup tinggi, lama-kelamaan akan dianggap sebagai
gejala yang wajar, tidak lagi dianggap gejala penyimpangan dengan demikian
dapat dikatakan sebagi gejala yang analogis.
Dari kenyataan historis ini memperlihatkan bahwa ada suatu peristiwa
perubahan-perubahan dimana suatu gejala bahasa yang pada awalnya kemungkinan
dianggap anomalis, setelah berlangsung terus menerus dengan frekuensi yang
tinggi maka hal yang dianggap anomalis tersebut bisa berubah kondisinya
sehingga dianggap analogis. Fonem-fonem yang lain yang juga merupakan fonem
serapan- serapan lain adalah : /f /, /q/, /v/, dan /x/.
Analogi Dalam Sistem Ejaan
Sistem ejaan adalah hal yang berhubungan dengan pembakuan. tentu saja
pembicaraan mengenai analogi bahasa disini disandarkan pada ejaan yang berlaku
sekarang yaitu ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Mengenai hal ini ada
pembicaraan yang khusus yaitu tentang penulisan unsur serapan (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1994:38).
Menurut taraf integrasinya unsur pinjaman ke dalam bahasa lndonesia dapat
dibagi ke dalam dua golongan besar. Pertama unsur pinjaman yang belum
sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia .seperti kata : reshuffle,
shuttle cock. Unsur-unsur seperti ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia
tetapi penulisan dan pengucapannya masih :mengikuti cara asing. Kedua unsur
pinjaman yang pengucapan dan tulisannya telah disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994:38).
Tentu saja yang termasuk kriteria analogi bahasa adalah kategori kedua yaitu
unsur serapan yang telah disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia baik dalam
pengucapan maupun dalam penulisan. Di dalam Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan telah tersusun kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan.
Contohnya :
Kaustik - caustic
Sentral - central
Akomodasi - accomodation
aksen – accent
kolera – cholera
efek – effect
Contoh-contoh di atas hanya merupakan sebagian kecil dari contoh yang telah
dikemukakan dalam pedoman tersebut, dan untuk selengkapnya bisa dilihat
langsung dari pedoman yang telah ada yang ternyata aturan-aturannya tidak cukup
mudah dihafal, karena meliputi seperangkat aturan berjumlah 56 point.
0 komentar:
Posting Komentar