Perkembangan pendidikan nonformal dan sosial education

Seperti diuraikan pada bagian awal bab ini, ada beberapa perbedaan pandangan tentang bagaimana orang mulai mengenal pendidikan nonformal. Pendidikan nonformal sebenarnya memiliki sejarah yang sangat panjang sesuai dengan lahirnya peradaban manusia, apabila kita merujuk kepada konsep learning society dan lifelong learning ”shogai gakushu”. Pendidikan nonformal lahir dari pemikiran tentang konsep learning society dan konsep lifelong learning. Learning society lahir dan berkembang sejalan dengan lahirnya peradaban dan pemahaman tentang nilai-nilai pengalaman (pendidikan), nilai-nilai pengetahuan, dan nilai-nilai kehidupan sebagai landasan hidup dan kehidupan individu, keluarga dan masyarakat. Pada proses itulah masyarakat saling mengenal saling belajar saling berkomunikasi dan saling menghargai diantara sesamanya. Djudju Sudjana menjelaskan dalam bukunya Pendidikan Luar Sekolah: ”....istilah pendidikan luar sekolah” telah hadir di dunia ini sama tuanya dengan kehadiran manusia yang berinteraksi dengan lingkungan di muka bumi ini. Setelah jumlah manusia makin berkembang, situasi pendidikan ini muncul dalam kehidupan kelompok dan masyarakat. Kegiatan pendidikan dalam kelompok dan masyarakat telah dilakukan oleh umat manusia jauh sebelum pendidikan sekolah lahir di dalam kehidupan masyarakat. Djudju Sudjana (2000:63).

Pada konteks pemikiran bagaiman pengorganisasian dan pengelolaan pengetahuan, pengalaman sebagai sebuah standar kehidupan bermasyarakat yang lebih indigenous dan dapat diikuti serta menjadi nilai dan norma seluruh lapisan masyarakat, maka disitulah pendidikan nonformal diperlukan. Karena pendidikan nonformal mampu menyatukan proses learning society dan shogai gakushu kedalam sebuah sistem yang terstruktur terorganisir dan menjadi standar dalam pemahaman dan penyampaian pengetahuan, keterampilan atau pengalaman dari individu yang satu ke individu yang lain atau dari masyarakat yang satu ke masyarakat lainnya di luar konteks pendidikan formal. Sehingga learning society dan shogai gakushu dalam konsep sejarah pendidikan nonformal dijadikan prinsip dasar dan landasan dalam proses pembelajaran dan pengembangannya. Sebagai sebuah contoh tentang lahirnya pondok pesantren, sebagai sebuah lembaga yang berdasar kepada pemikiran regenerasi Islam, bagaimana pengetahuan tentang keIslaman diturunkan dan disebarluaskan ke seluruh lapisan masyarakat melalui media da’wah atau media lainnya. Begitu pula dengan lahirnya konsep social education atau Kominkan di masyarakat Jepang. Pendidikan nonformal sebagai sebuah format pendidikan yang utuh (original) lahir melalui berbagai gerakan pembaharuan pendidikan baik di negara-negara Amerika, Eropa, Asia maupun di Afrika. Terutama ketika orang mempertanyakan keberadaan pendidikan formal yang tidak mampu melayani kesemua lapisan masyarakat yang membutuhkan, seperti halnya berbagai kegiatan dalam rangka pemberantasan buta huruf, pemberantasan kemiskinan, pemberdayaan perempuan, pelatihan masyarakat desa, pendidikan keterampilan bagi orang dewasa dll. Berikut ini daftar para pemikir dan pencetus lahirnya konsep pendidikan nonformal baik perorangan maupun lembaga:


Berbagai pemikiran lain yang tentu tidak akan muat dalam buku ini tentang gagasan-gagasan lahirnya konsep pendidikan nonformal, baik yang secara langsung membahas pendidikan nonformal maupun yang berkaitan dengan konsep dasar pendidikan nonformal itu sendiri seperti; adult education, learning society, lifelong learning, lifelong education, informal education, formal education, community learning dan democratic education dll.

Dalam rangka pemahaman sejarah pendidikan nonformal di masyarakat Indonesia, pesantren merupakan cikal bakal terbentuknya pendidikan nonformal karena model pendidikan endegenous ini sudah mulai terorganisir dan terkelola secara baik. Bentuk lain yang serupa diantaranya adalah: Madrasah Diniyah, atau pengajianpengajian di Surau, atau pertemuan-pertemuan lain yang secara rutin dilakukan di tengah-tengah masyarakat untuk merencanakan berbagai aktivitas masyarakat, atau media da’wah yang dilakukan dalam kegiatan keagamaan lainnya. Sejarah pendidikan nonformal khususnya yang berkaitan dengan pendidikan sosial di Jepang mencatat, bahwa perkembangan dan pertumbuhan lifelong learning diceritakan secara lengkap sebagai dasar pengembangan konsep adult education dan community education, dimana konsep tentang lifelong learning diperkenalkan pemerintah tidak hanya dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan formal akan tetapi juga dalam bidang pendidikan nonformal dan pembangunan masyarakat khususnya peningkatan kehidupan. Gagasan pengembangan lifelong learning terus berlanjut hingga awal tahun 1970-an, kondisi ini membuat masyarakat bersemangat untuk terus meningkatkan dan mengembangkan diri melalui berbagai kegiatan pendidikan, terutama kegiatan-kegiatan yang difasilitasi pendidikan sosial. Kegiatan pengembangan kemampuan masyarakat dilakukan tidak hanya secara individual akan tetapi dilakukan dalam kegiatan-kegiatan kelompok dan massal.

Dengan dikembangkannya konsep lifelong learning oleh pemerintah, kondisi ini sangat membatu tumbuhnya kegiatan-kegiatan pendidikan social (social education/shakai kyoiku) di tengah-tengah masyarakat, terutama kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka memberikan penyadaran kepada masyarakat akan pentinganya belajar dan memperoleh pendidikan yang lebih mengakar dan komprehensif di luar pendidikan formal. Berbagai fasilitas yang dibangun pendidikan sosial diantaranya adalah Kominkan, Museum, Perpustakaan publik, Pusat Pengembangan Pemuda dan Anakanak, Pusat Pengembangan Perempuan dan kegiatan-kegiatan lain yang bergerak dalam pengembangan pendidikan nonformal.


1 komentar:

bestfriend mengatakan...

terimakasih artikel ini sangat bermanfaat
salam sehat selalu,
https://marketing.ruangguru.com/uji

Posting Komentar

 

Serba Ada Blog Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger