Sastra dalam prespektif sosiologi sastra merupakan sebuah cermin dari realitas yang terjadi di masyarakat. Dalam pandangan Lowethal (Laurenson & Swingewood dalam Endraswara, 2004:88) sastra sebagai cermin nilai dan perasaan, akan merujuk pada tingkatan perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang berbeda dan juga cara individu menyosialisasikan diri melalui struktur sosial. Hal ini mengakibatkan realitas yang terdapat dalam sastra tidak berbeda jauh dengan realitas yang terdapat dalam masyarakat(memetik). Pada kondisi ini, nilai imajinasi sastra memiliki peran yang minimum. Ini bukan berarti menihilkan nilai fiksional, sebab dalam sastra merupakan bentukan fiksi dan realitas. Namun demikian, sastra pada konteks ini akan melahirkan nilai historis yang tinggi. Sastra akan menjadi saksi jaman dan sejarah.
Kemampuan sastra sebagai cerminan masyarakat, tidak terlepas dari peran pengarang. Menurut Ratna (2006:334), pada umumnya para pengarang yang berhasil adalah para pengamat sosial sebab merekalah yang mampu untuk mengkombinasikan antara fakta-fakta yang ada dalam masyarakat dengan ciri-ciri fiksional. Sastra, dengan demikian merupakan gabungan dari dua elemen, yakni fakta dan fiksi. Keduanya tidak dapat dipisahkan.
Andera Hirata sebagai pengarang Laskar Pelangi berhasil membangun sinergisitas elemen sastra tersebut. Selain itu LaskarPelangi dapat memberikan cerminan masyrakat Belitong di mana Andrea Hiarata. Mahayana (2005:41) mengatakan, karya sastra dalam hal ini, merupakan tanggapan evaluatif sastrawan atas kondisi sosio-kultural masyrakatnya.
Keberadaan masyrakat yang diceritakan dalam Laskar Pelangi, tidak terlepas dari persoalan yang hadir dalam dunia nyata. Kajian sosiologi sastra dengan demikian memiliki relevansinya yang kuat terhadap kehadiran novel itu. Oleh karenanya, peneliti secarra sossio-kultural akan melihat karya satra Laskar Pelangi dalam tiga perspektif aspek sosiologis.
Aspek sosiologis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi konsep struktur sosial, system sosial perubahan sosial dan perspetif nilai-nilai relegi yang dimanahkan pengarang melalui telaah tekstual dan kontekstual karya sastra. Pembahasan struktur sosial menggunakan konsep Max Weber tentang stratifikasi sosial. Pada pembahasan system sosial, digunakan konsep dari Nikhlas Luhmann, dan pada perubahan sosial, mengggunakan konsep dari Karl Marxm sedangkan analisis nilai-nilai relegi ditelaah dengan meggunakan pendekan dan konsep-konsep religi yang merupakan bagian dari aspek dan fenomena objek sosilogi karya sastra.
0 komentar:
Posting Komentar