Penentuan suatu
faktor apakah termasuk model tetap atau model acak sangat berkaitan atau
tergantung dari penguasaan bidang ilmu yang sedang diteliti. Namun demikian
pengetahuan tentang klassifikasi model tetap dan model acak sangat penting
untuk memberikan gambaran kepada para peneliti sehingga dapat memberikan
keseragaman definisi dan persepsi.
1.
Model Tetap.
Percobaan yang
perlakuannya atau taraf faktornya ditetapkan sebelum penelitian oleh peneliti,
dalam hal ini peneliti tentunya mempunyai suatu alasan berdasarkan bidang
ilmunya menetapkan bahwa, taraf-taraf faktor tersebut mempunyai suatu ciri
tertentu yang dapat membedakan dengan taraf yang lain. Jadi tiap taraf dapat
mewakili populasi yang dihipotesiskan atau dibayangkan ada.
Sebagai
teladan, penelitian pengaruh pejantan sapi Bali
terhadap berat lahir anak dari induk yang dikawini. Misalnya digunakan 4 ekor
pejantan yang masing-masing dikawinkan dengan 5 ekor sapi betina yang seragam,
maka faktor pejantan bisa model tetap bisa juga model acak.
Pejantan sapi Bali dikatakan model tetap, jika tiap-tiap pejantan dapat
diidentifikasi mempunyai ciri-ciri tertentu yang dapat ditetapkan oleh peneliti
sebelum penelitian dilakukan. Misalnya pejantan pertama umur 2 tahun, pejantan
kedua umur 2,5 tahun,pejantan ketiga umur 3 tahun dan pejantan keempat umur 3,5
tahun. Bisa juga diidentifikasi berdasarkan bobot tubuhnya pada umur yang sama,
misalkan bobotnya masing-masing 250,
300, 350, dan 400 kg. jadi
tiap-tiap pejantan dapat mewakili himpunan populasi yang dihipotesiskan atau
dibayangkan oleh peneliti.
Sebaliknya
pejantan sapi Bali dikatakan model acak, jika
peneliti tidak menetapkan ciri-ciri tertentu dari pejantan yang digunakan
sebelum penelitian dilakukan. Peneliti menambil 4 ekor pejantan secara acak dari suatu populasi sapi jantan. Jadi,
tiap pejantan tidak dapat mewakili suatu populasi hipotetik, melainkan mewakili
populasi sapi jantan. Dalam penelitian ini peneliti ingin menguji apakah ada
variasi dari pejantan dalam memberikan berat lahir anak sapi dari induk yang
dikawininya. Kesimpulan ditunjukkan kepada populasi pejantan, bukan himpunan
dari sapi jantan dengan ciri tertentu.
Pada model
tetap, peneliti sebenarnya telah mendefinisikan T=t populasi inferensinya, dalam hal ini dibayangkan ada T=t populasi. Secara statistika suatu faktor model tetap
dicirikan sebagai berikut. Misalkan αi (i=1,2,3,…..t) melambangkan pengaruh tetap taraf ke-I
factor A. Karena αi
dianggap
konstan, maka E(αi)= αi,
yaitu
rataan sebenarnya αi.
2.
Model Acak.
Seperti teladan pada model
tetap suatu faktor termasuk dalam model acak, jika peneliti mengambil t taraf dari suatu factor (t<T) yang akan diteliti sebagai
suatu contoh berukuran t yang representative, digunakan untuk mewakili populasinya (T). Jadi inferensi tidak dimaksudkan
untuk t taraf dari factor yang diteliti.
Dalam pengertian statistika , suatu faktor model acak
dicirikan sebagai berikut. Misalkan Ai (I,1, 2, 3,……..,t) melambangkan
pengaruh acak taraf ke-I faktor A, rataan sebenarnya Ai=E(Ai)=0, untuk semua I, karena Ai
dianggap sebagai peubah acak.
Pengulangan untuk memperoleh t
taraf faktor A mengandung unsur
ketakpastian. Keragaman timbul bukan
karena keragaman nilai-nilai Ai,
tetapi juga oleh keragaman contoh-contoh berukuran t berdasarkan penarikan
dengan pemilihan. Dalam pengujian
hipotesis model acak ditunjukkan kepada
variasi antar taraf yang diteliti, bukan perbedaan anta taraf yang diteliti,
dengan kata lain uji-uji lanjutan antar taraf ke-I tidak diperlukan lagi.
Dalam percobaan yang melibatkan lebih dari satu factor,
baik klasifikasi silang, tersaranr maupun berjanjang yang salah satu faktornya
factor tetap dan faktor yang lain faktor acak disebut model campuran.
0 komentar:
Posting Komentar