Pendidikan di dalam masyarakat

Pendididikan non formal adalah lembaga pendidikan tidak dapat dikesampingkan dari pendidikan keluarga dan sekolah, karena menurut Ahmadi (1991) kedua lembaga tadi tidak boleh terlepas dari tatanan kehidupan sosial dan berjenis-jenis kebudayaan yang sedang berkembang di dalam masyarakat di mana keluarga dan sekolah itu berada.

Oleh karena itu pendidikan non-formal menjadi bagian dari wacana internasional tentang kebijakan pendidikan pada akhir tahun 1960-an dan awal 1970-an. Hal ini dapat dilihat sebagai berkaitan dengan konsep berulang dan pembelajaran seumur hidup. Ketat (1996) menunjukkan bahwa sementara konsep-konsep yang terakhir harus dilakukan dengan ekstensi pendidikan dan pembelajaran sepanjang hidup, pendidikan non-formal adalah tentang "mengakui pentingnya pendidikan, belajar dan pelatihan yang berlangsung di luar lembaga-lembaga pendidikan yang diakui '. Fordham (1993) menunjukkan bahwa pada 1970-an, empat karakteristik datang dikaitkan dengan pendidikan non-formal:

  1. Relevansi dengan kebutuhan kelompok yang kurang beruntung, 
  2. Kepedulian dengan kategori tertentu orang, 
  3. Fokus pada tujuan yang jelas, 
  4. Fleksibilitas dalam organisasi dan metode.

Gagasan pendidikan nonformal terkait, pada 1967 di sebuah konferensi internasional di Williamsburg
USA, ide-ide yang berangkat ke apa yang menjadi analisis dibaca luas semakin 'krisis pendidikan dunia' oleh Coombs. Ada kekhawatiran tentang kurikulum tidak cocok, sebuah kesadaran bahwa pertumbuan pendidikan dan pertumbuhan ekonomi tidak selalu dalam langkah, dan pekerjaan yang tidak muncul secara langsung sebagai hasil dari input pendidikan. Banyak negara yang sulit (politik atau ekonomi) untuk membayar untuk perluasan pendidikan formal.

Kesimpulannya adalah bahwa sistem pendidikan formal telah beradaptasi terlalu lambat dengan perubahan sosio-ekonomi di sekitar mereka dan bahwa mereka menahan tidak hanya oleh konservatisme mereka sendiri, tetapi juga oleh masyarakat sendiri inersia. Jika kita juga menerima bahwa pembuatan kebijakan pendidikan cenderung mengikuti daripada memimpin tren sosial lainnya, maka mengikuti perubahan yang akan datang tidak hanya dari dalam sekolah formal, tetapi dari masyarakat yang lebih luas dan dari sektor lainnya di dalamnya. Itu dari titik tolak ini bahwa perencana dan ekonom di Bank Dunia mulai membuat perbedaan antara formal, non formal dan
pendidikan formal.

Lembaga-lembaga yang ada di dalam masyarakat seperti lembaga/ organisasi sosial keagamaan (misal lembaga da`wah), Lembaga adat, lembaga hukum, Lembaga bahasa, lembaga profesi, yayasan-yayawan sosial dan perkumpulan-perkumpulan atas dasar suku dan wilayah dan sejenis tidak bisa diabaikan peranannnya dalam pelengkap pendidikan anak.

Banyak diantara lembaga sejenis itu yang bergiat langsung dalam dunia pendidikan seperti dengan mendirikan sekolah-sekolah swasta, baik umum maupun sekolah berwawasan agama, malah mulaijenjang pendidikan yang paling rendah: taman kanak-kanak sampai ke perguruan tinggi, malah kegiatan mereka lebih luas dari pendidikan keluarga dan sekolah. Seperti adanya pelayayan kesehatan dengan mendirikan rumah sakit, mendirikan koperasi untuk pengembangan kemampuan berwira swasta, dan mengasah keterampilan hidup bagi anak-anak yang terhambat dalam pendidikan formal, termasuk mendirikan panti-panti untuk mengasuh anak cacat fisik, mental dan sosial, dan termasuk untuk orang dewasa dengan mendidikan panti jompo.

Pendidikan non formal juga mengembangkan pendidikan politik, pendidikan olahraga dan berbagai pengembangan kepribadian lainnya termasuk dalam penyaluran hobi yang positif, seperti kelompok penggemar membaca, memanjat tebing, SAR, palang merah, dokter kecil dan sebagainya yang hampir tidak didapatkan di keluarga dan sekolah secara lengkap.

Di Indonesia pendidikan nonformal meliputi:

  1. pendidikan kecakapan hidup, 
  2. pendidikan anak usia dini, 
  3. pendidikan kepemudaan, 
  4. pendidikan pemberdayaan perempuan, 
  5. pendidikan keaksaraan, 
  6. pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, 
  7. pendidikan kesetaraan, serta 
  8. pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

Satuan pendidikan nonformal terdiri atas

  1. lembaga kursus,
  2. lembaga pelatihan, 
  3. kelompok belajar, 
  4. pusat kegiatan belajar masyarakat, dan 
  5. majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.

Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan
bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri , mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

1 komentar:

bestfriend mengatakan...

sangat bermanfaat.
terimakasih,
https://marketing.ruangguru.com/bimbel

Posting Komentar

 

Serba Ada Blog Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger