Dari bahasan-bahasan tentang
ideologi, baik itu pengertian, bentuk-bentuk maupun macam-macam ideologi kita
dapat memahami bahwa ideologi dapat ditinjau dari pelbagai sudut. Ideologi
dapat menjadi sistem pemikiran yang terbuka dan tertutup, ideologi dapat
dimengerti sebagai ilusi, dan beroritntasi pada kekuasaan di mana dalam bentuk
ini, ideologi bersifat menindas. Namun di sisi lain, ideologi juga dapat
menjadi world view, pandangan hidup.
Bertolak dari seluruh pengertian tersebut, maka diperlukan upaya kritis
tepatnya refleksi kritis terhadap ideologi mengingat adanya satu ciri penting
yang melekat pada ideologi, yakni sifatnya yang futuristik (berisi cita-cita
tentang tatanan masyarakat yang baik di masa depan dan merupakan acuan untuk
melakukan perubahan politik). Ideologi berfungsi memberikan harapan akan dunia
baru yang lebih baik dari keadan masa lampau yang kurang ideal, serta
memberikan langkah-langkah strategis untuk mencapai tujuan yang ideal tersebut,
maka ideologi sangat menarik baik rakyat, baik secara rasional maupun
emosional. Sering ada kecenderungan ideologi dikeramatkan, dimitoskan sebagai
yang mampu membawa keselamatan bagi bangsa seluruh umat manusia. Dengan
demikian, ideologi diterima sebagai ajaran suci yang tidak bisa dibantah,
tertutup bagi ide dan realitas baru, sehingga menjadi steril, kaku dan tidak
berkembang. Pengaruh ideologi yang sedemikian besar terhadap masyarakat,
sebagai eksesnya bisa terjadi manusia dikorbankan untuk ideologi, dan bukan
ideologi untuk manusia. Dan karena ideologi menyangkut masalah strategi
bernegara, tidak jarang kelompok-kelompok masyarakat mengunakan ideologi
sebagai alat untuk mempertahankan dan memperoleh kepentingan diri secara
sepihak dengan merugikan pihak-pihak lainnya. Mengatasnamakan serta memperalat
ideologi untuk mempertahankan dan memperoleh kepentingan diri secara sepihak
itu akan berakibat terjadinya suatu ” pengkhianatan” terhadap ilmu dan
kebenaran. Misalnya dalam ilmu sejarah seringkali terjadi ”penggelapan”
kebenaran fakta historis, bahkan sering pula pemutarbalikan kenyataan demi
kepentingan pihak tertentu dalam membenarkan ideologinya. ( Paulus Wahana, 1993
: 81-84 )
Terkait dengan Pancasila, dapat dilihat bahwa
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan nilai-nilai yang dapat
mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Sisi futuristik yang
melekat pada Pancasila sebagai ideologi ini di satu pihak dapat membawa orang
pada harapan yang kurang realistik. Oleh karenanya perlu untuk selalu berdialog
dengan kenyataan yang ada. Dalam hal ini ilmu pengetahuan dapat berperan. Di
pihak lain, sifat futuristik dari ideologi mengimplikasikan bahwa kenyataan
yang ada ( sistem ekonomi, politik, budaya ) tidak dapat dipandang sebagai
perwujudan yang telah tuntas dari ideologi, dalam hal ini ideologi Pancasila.
Apabila sistem yang ada telah dianggap perwujudan yang tuntas, maka fungsi
ideologi hanya menjadi legitimasi atau pembenaran saja dari status quo. Padahal
ideologi harus mampu berfungsi menyoroti kenyataan yang ada dan berfungsi
kritis terhadap perwujudannya yang selalu belum sempurna. Dengan kata lain
ideologi Pancasila dapat menjadi titik referensi bagi kritik sosial
(Sastrapratedja, 1993: 143-144).
0 komentar:
Posting Komentar